Sukses

Entertainment

Eksklusif Arzetti Bilbina Mudik dan Kenangan Masa Kecil

Fimela.com, Jakarta Mudik Lebaran sudah menjadi tradisi masyarakat muslim Indonesia. Meski susah payah tetap saja dilakoni. Seperti itu juga yang dilakukan mantan model dan peragawati yang kini menjadi wakil rakyat Arzetti Bilbina. Ternyata, saat mudik banyak yang hal bisa diperoleh dan itu tak mungkin dibeli dengan uang.

***

Perempuan berdarah Minang yang dilahirkan di Lampung, 4 September 1976 ini dikenal sebagai model. Ia menapaki karier di dunia modelling Indonesia dari nol, hingga menjadi model papan atas. Saat kariernya perlahan menurun di pentas modelling, ia merambah ke dunia sinetron, film, dan presenter. “Dunia kita ini kan berputar, regenerasi di dunia modelling itu cepat sekali. Kalau kita tidak siap untuk melangkah di bidang lain akan mandeg. Alhamdulillah setelah tak lagi jalan di catwalk ada bidang lain tempat berkarya. Sekarang menjadi wakil rakyat,” ujarnya.

Lihat juga: Tradisi Lebaran Arzetti Bilbina

Arzetti Bilbina. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Pemilik nama lengkap Arzetti Bilbina Zuhaimi ini kemudian menikah dengan seorang pengusaha bernama Aditya Setiawan pada Februari 2004 silam. Dari pernikahan itu mereka dikarunia tiga orang anak; Bagas Wicaksono Rahadi Setiawan (lahir 9 Maret 2005), Dimas Aryo Baskoro Rahadi Setiawan (lahir 12 Maret 2006), dan Gendis Setiawan (lahir 2 Januari 2008).

Untuk urusan mudik, kata Zetti –begitu ia biasa disapa-- ketiga anaknya amat antusias. Baik saat pulang ke kampung halaman suaminya di Yogyakarta, maupun saat pulang ke kampung halamannya di Krui, Lampung Barat. Soalnya, menurut anggota Komisi VIII DPR RI ini, hanya di kampunglah anak-anaknya bisa bebas bermain di alam. Karena itu momen mudik juga ditunggu sekali oleh ketika anaknya yang mulai beranjak besar. “Pokoknya, anak-anak riang banget kalau sudah di kampung, bisa bermain tanah, di sawah, di laut, dan di hutan,” ungkapnya.

Arzetti Bilbina. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Meski mudik, namun pikiran Arzetti tidak pernah lupa dengan tugasnya sebagai wakil rakyat. Saat berbicara soal mudik dia dengan lancar menjelaskan sebagian agenda kerjanya untuk menyelesaikan RUU Disabilitas. “RUU ini masih setengah jalan, doakan semoga lekas selesai dan bisa diundangkan. Lewat UU ini nantinya kaum disabilitas diharapkan bisa lebih berdaya dan lebih mandiri,” terangnya kepada Edy Suherli, Galih W. Satria dan Basyirl Latifan dari Bintang.com yang menemuinya di bilangan Cibubur, Jakarat Timur, pada Rabu (15/7/2015). Berikut petikan selengkapnya.

Merasakan Indahnya Mudik

Meski repot namun Arzetti tetap mudik. Kali ini ia mudik ke kampung halaman tempat ia dibesarkan, Krui, Lampung Barat. Tahun sebelumnya, giliran mudik di kampung halaman suami di Yogyakarta. Banyak hal indah yang bisa dikenang dan diulang saat berada di kampung halaman.

Bagaimana Anda memandang tradisi mudik yang dilakukan menjelang Lebaran?

Mudik biasa dilakukan oleh orang yang mukim dan tinggal di kota lain, seperti Jakarta atau kota besar lainnya untuk menyambangi orang tua, keluarga di kampung halaman. Lewat aktivitas ini banyak hal yang bisa dipetik, yang jelas sillaturahmi dengan keluarga kembali terjalin. Kemudian mudik ini juga bentuk recharge dan motivasi diri. Selama ini kita sibuk dengan aktivitas harian yang rutin, sejenak refresh berkumpul dengan keluarga.

Baca juga: Bukber, Arzetti Bilbina Makan Lontong Bersama Anak Yatim

Arzetti Bilbina. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Mudik kan capek dan repot?

Memang capek, dan jawaban yang sama juga akan keluar dari berjuta-juta orang yang juga mudik. Repot itu sudah pasti. Soal biaya tiket atau ongkos pulang kampung juga begitu. Namun, ada kepuasan yang didapat saat bisa menyambangi kampung halaman. Bisa bertemu sanak famili. Itu saya kira tak ternilai harganya. Justru di situ nikmatnya menjalani aktivitas mudik. Setelah kembali ke Jakarta semangat kembali.

Tahun ini mudiknya ke mana?

Tahun ini kami sekeluarga mudik ke Lampung. Tahun sebelumnya mudik ke Surabaya dan Yogyakarta. Kami menggunakan mobil saja yang lebih praktis dan simpel. Kalau dengan pesawat agak repot ke Lampung. Dengan mobil sendiri dari rumah di Jakarta langsung bisa sampai ke Krui, Lampung.

Di tepi pantai ya?

Oh ya, Krui adalah sebuah kota tepi pantai yang indah dan bikin kangen. Suasananya seperti di Bali. Indah sekali.

Anak-anak bagaimana?

Anak-anak apalagi, senang banget kalau di kampung. Mereka bisa bermain bebas di alam. Bisa main tanah, ke sawah, laut, dan ke hutan. Kalau di Jakarta mana bisa seperti itu.

Arzetti Bilbina. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Open house di kampung?

Kalau yang dimaksud seperti open house di Jakarta mungkin tidak, namun esensinya sama. Kalau sudah di kampung banyak keluarga yang datang, sillaturahmi. Malah lebih terbuka dari itu, kapan saja keluarga bisa datang dan sillaturahmi.

Suasana seperti apa yang paling dirindukan ketika mudik?

Saat mudik itu seperti mengulang masa kecil. Kita bertemu dengan khas, teman masa kecil dan sanak saudara. Pokoknya, kalau sudah di kampung semua seperti kembali ke masa lalu. Bisa cara soal masa kecil tidak bisa hilang begitu saja. Dan memori itu selalu terngiang.

Tempat yang paling indah di kampung apa saja?

Semua tempat di kampung itu penting dan indah. Seperti masjid tempat salat dan belajar mengaji. Sekitar jam lima sore kita sudah datang ke masjid bermain dulu dengan teman-teman. Bedug maghrib berbunyi berhenti bermain dan dilanjutkan dengan salat berjamaah dan mengaji. Ke sekolah ingat saat masih manjat pagar. Di pantai ingat saat dulu sering olah raga. Semuanya memorable banget.

Yang khas apa lagi?

Saat takbiran anak-anak keliling kampung dengan membawa obor bambu, meriam, dan lain-lain.

Apa hidangan yang khas di sana?

Ada pandap, gulai rebung, tape dan lain-lain yang khas sekali. Makanan itu selalu ada saat kita bertandang ke rumah kerabat. Ikan dan hasil laut juga banyak dan segar-segar. Jadi, biar ikannya cuma digoreng dengan garam dan perasan jeruk nipis saja enak banget.

Selain makanan?

Sillaturahmi dengan tetangga dan kerabat itu benar-benar detil. Kita tahu si A anaknya berapa dan di mana saja. Kalau di Jakarta mana tahu. Semua asyik dengan urusan masing-masing. Momen itu yang tidak bisa terbeli.

Tugas sebagai Wakil Rakyat

Arzetti Bilbina yang mengawali kariernya sebagai model, peragawati dan bintang sinetron bermetamarposa menjadi wakil rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Di gedung dewan ia bertugas di Komisi VIII yang membidangi persoalan anak-anak, perlindungan anak, dan pemberdayaan perempuan, serta urusan ibadah haji. Apa saja yang akan menjadi prioritasnya di selama menjadi wakil rakyat.

Sebagai wakil rakyat apa yang akan menjadi prioritas Anda selama bertugas lima tahun ini?

Menjadi wakil rakyat itu kan amanah rakyat. Sebagai representasi dari rakyat saya akan sekuat tenaga memperjuangkan kepentingan rakyat. Saya bertugas di Komisi VIII yang membidangi persoalan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan berhubungan dengan Kemenang serta Kemensos, saya akan berbuat maksimal.

Baca juga: Arzetti Bilbina Sosialisasikan Anak Makan 4 Sehat 5 Sempurna

Arzetti Bilbina. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Apa skala prioritas yang akan digoal-kan?

Kami sedang membahas soal RUU Disabilitas. Selama ini orang yang memiliki anggota keluarga yang disabilitas memandang mereka perlu dikasihani karena ketidakmampuannya itu. Padahal, mereka juga punya kelebihan dan kekurangan seperti orang yang normal. Keberadaan orang yang disabilitas itu harus disamakan dengan orang yang normal. Mereka bisa bekerja di mana saja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak perlu ada pembedaan untuk mereka.

Jadi perusahaan tidak boleh menolak kaum disabilitas?

Kami akan upayakan supaya ada satu persen dari seluruh populasi karyawan ada yang disabilitas. Tetapi dengan catatan mereka bisa mengerjakan suatu pekerjaan sama dengan orang yang normal. Untuk travelling orang disabilitas kalau perlu mendapat kemudahan. Dalam urusan kesehatan juga demikian. Ini yang sedang kami perjuangan untuk dibahas menjadi UU.

Arzetti Bilbina. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Selama ini apakah fasilitas untuk orang-orang disabilitas ini sudah memadai?

Karena belum ada aturan dan payung hukumnya, jadi belum ada tempat rujukan. Doakan saja semoga RUU ini bisa segera selesai dan diundangkan. Memang sudah ada fasilitas umum seperti trotoar yang menggunakan marka untuk tunanetra, atau lift dan ATM dengan huruf Braille. Tetapi belum semua tempat memiliki fasilitas seeprti itu. Kalau aturannya sudah jelas tempat publik wajib memiliki fasilitas yang bisa dipakai orang saudara kita yang disabilitas.

Jadi RUU ini baru setengah jalan?

Ya, mudah-mudah akhir tahun ini bisa selesai.

Soal perlindungan anak juga menjadi isu yang marak, seperti apa Anda meyikapinya?

Masyarakat perlu meningkatkan kepedulian pada lingkungan. Kalau mendengar ada anak kecil yang disiksa, meski pun oleh orang tuanya sendiri, jangan segan untuk melapor kepada pihak yang berwajib. Kalau Anda diam, artinya turut terlibat juga. Ini yang perlu disadari oleh kita semua agar kasus penyiksaan anak tidak terulang lagi. Anak-anak itu kan aset yang bisa menjadi penerus perjuangan. Jangan sampai masa depan mereka terganggu karena kasus kekerasan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading