Sukses

Entertainment

Eksklusif The Rain, Sisi Terang Getirnya Hidup di Trilogi Single

Fimela.com, Jakarta Band asal Yogyakarta The Rain memang selalu terkenal dengan lagu-lagu galau yang menjadi ciri khasnya. Band yang beranggotakan Indra prasta (vokal), Aang Anggoro (drum), Ipul Bahri (bass) serta Iwan Tanda (gitar) ini selalu punya cara tersendiri untuk membuat para penggemarnya merasakan kegalauan dengan musik mereka.

Baru-baru ini The Rain baru saja merilis single berjudul 'Penawar Letih' pada 18 November 2015'. Single tersebut merupakan bagian terakhir dari trilogi single yang mereka mulai sejak 18 November tahun 2013 lalu dengan sebuah single berjudul 'Terlatih Patah Hati'. Setahun setelahnya Indra dan kawan-kawan merilis single berjudul 'Gagal Bersembunyi' pada 18 November 2014.

Eksklusif The Rain (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

"The Rain baru rilis penutup trilogi single namanya trilogi 18 November. Sejak tahun 2013 kita rilis single setiap tanggal itu, berturut-turut selama 3 tahun. Di tahun 2015 kita tutup dengan single 'Penawar Letih'. Jadi part 1 judulnya 'Terlatih Patah Hati', sekuelnnya judulnya 'Gagal Bersembunyi' dan penutupnya judulnya 'Penawar Letih'," tutur Indra sang vokalis.

Selain merilis trilogi single, The Rain juga akan merilis sebuah album baru sebagai bukti eksistensi mereka berkarya di industri musik Indonesia. Dalam album terbarunya The Rain berencana memasukkan 12 lagu termasuk 3 buah lagu yang sebelumnya menjadi trilogi single.

Eksklusif The Rain (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

The Rain yang sudah tak bersama major label juga bercerita bagaimana perjalanan mereka ketika membangun sebuah label. Label yang diberi nama Heavy Rain Records tersebut menjadi sebuah perusahaan sendiri yang mengurusi segala keperluan The Rain dalam melakukan rekaman. Namun The Rain masih membutuhkan bantuan label lain dalam proses distribusi karya-karya mereka.

Ketika berkunjung ke kantor Bintang.com pada Senin (10/01/2015) kemarin, The Rain banyak bercerita tentang segala hal mulai dari pembajakan, label yang dibentuk, hingga trilogi single yang menjadi cara baru The Rain dalam menceritakan getirnya kehidupan. Yuk simak perbincangan tim Bintang.com bersama para personel The Rain dalam rubrik ekskusif Bintang.com.

Trilogi Single Hingga Persiapan Album Baru

Apa kesibukan kalian akhir-akhir ini?

The Rain baru rilis penutup trilogi single namanya trilogi 18 November. Sejak tahun 2013 kita rilis single setiap tanggal itu, berturut-turut selama 3 tahun. Di tahun 2015 kita tutup dengan single 'Penawar Letih'. Jadi part 1 judulnya 'Terlatih Patah Hati', sekuelnnya judulnya 'Gagal Bersembunyi' dan penutupnya judulnya 'Penawar Letih'.

Dari ketiga single ini, apa semuanya berhubungan?

Tema besarnya berurutan. Dulu The Tain kan terkenal sebagai band yang merilis lagu-lagu galau, galaunya kebangetan malahan. Kalo di tirlogi single ini kita ubah itu. Kita mengubah sudut pandang kita di 3 single ini. Kita lebih menertawakan hidup yang getir. Sebenarnya ceritanya tetap getir sih, ketiga-tiganya sebenarnya ceritanya tetap getir, nggak ada yang ceritanya bahagia banget. Tapi di trilogi ini kami coba buat bahagia.

Masing-masing single menceritakan apa?

'Terlatih Patah Hati' ceritanya tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Terus diputusin tanpa alasan yang jelas, terus digantungin. Sampai lama-lama karena sudah terbiasa akhirnya jadi terlatih. Kalo 'Gagal Bersembunyi' ceritanya tentang orang yang yakin udah move on dari mantan sampai becandain mantan sama temen-temennya, terus tiba-tiba kangen. Kalo 'Penawar Letih' ceritanya tentang orang-orang yang ngerasain berjuang dimanapun dia berada, terutama di kota besar. Kayak orang-orang yang gajinya kecil tapi kerjanya keras dan capek. Tapi tiba-tiba capeknya hilang pas ketemu keluarga di rumah. Bisa ketemu pasangan, keluarga, pacar, orang tua dan apapun itu. Secapek apapun, kita punya penawar letih. Intinya 3 single ini melihat sisi terang dari keadaan yang suram.

Eksklusif The Rain (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Sisi terang dari masing-masing lagu apa?

Sisi terang dari 'Terlatih Patah Hati' adalah meskipun kita patah hati berulang kali, kita akhirnya terlatih. Kalo 'Gagal Bersembunyi' sisi terangnya ada di liriknya "aku cuma rindu itu saja". Jadi kangen itu nggak mesti harus balikan, jadi cuma kangen, itu aja. Sisi terang dari 'Penawar Letih' adalah meski ngerasain capek banget ternyata kita punya hal yang bisa menghilangkan rasa capek kita.

Setelah trilogi single, apa ada rencana bikin album?

Tentu, rencana bikin album ada.

Di album baru ini, apa 3 single tadi bakal masuk?

Di album baru rencananya ada 12 lagu termasuk 3 single tadi. Sekarang baru ada 10 lagu kurang 2 lagi. Mudah-mudahan kalo ada rejeki kita bisa rilis 12 lagu.

Apa benang merah di album baru The Rain?

Berkat trilogi ini kita jadi makin semangat rilis lagu yang mengangkat sisi terang dari hal-hal yang suram.

Eksklusif The Rain (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Apa itu berarti The Rain bakal meninggalkan lagu-lagu melow?

Tetep ada lagu-lagu melow. Kita yakin orang-orang pasti ada yang kangen dengan lagu-lagu The Rain yang seperti itu. Tapi sudut pandang liriknya diubah. Menurut kita itu merupakan bagian dari evolusi dan revolusinya The Rain.

Berapa lama persiapan mengumpulkan materi untuk album baru?

Lama sih, 3 tahun sejak tahun 2013. Waktu itu kita nggak punya cukup waktu untuk bikin album. Terus kita putuskan bikin single 'Terlatih Patah Hati'. Ternyata singlenya meledak, jadi kita nggak sempat masuk ke studio. Terus karena ternyata banyak jadwal tur dan lain-lain, kita nggak kerasa kalo udah hampir setahun. Akhirnya kita putuskan sekalian bikin trilogi.

Selain Bangun Label, The Rain Ungkap Rencana di Masa Mendatang

Kalian kan keluar dari major label dan bikin label sendiri, kenapa?

Pertama karena idealisme kita nggak tertampung di label. Tapi sebenernya kita udah nawarin ke label-label lain dan nggak ada yang mau. Kita nawarin lagu 'Terlatih Patah Hati' ke semua label yang kita kenal. Mulai label besar, label kecil sampai label yang baru kita kenal kita tawarin. Karena pada saat nawarin nggak ada yang mau, akhirya kita rilis pake label sendiri. Tapi tetap kerjasama sama label GP Records untuk distribusi karena kita nggak punya kemampuan untuk distribusi. Jadi label kita Heavy Rain Records cuma bener-bener record company aja.

Kenapa memutuskan membangun label sendiri?

Menurut kita langkah ke depannya kita memang cuma mau nyari partner aja. Sudah nggak jamannya band lama ataupun band baru nyari label untuk menaungi mereka.

Apa perbedaan mendasar ketika dulu di major label sama sekarang pas di label sendiri?

Kalo kita kerjasama sama label pasti ada peraturan yang harus kita patuhi. Misalnya pemilihan produser atau penentuan jadwal rekaman. Terus ada target juga yang harus dipenuhi. Kita bener-bener nggak bisa kompromi. Kalo sekarang kita bebas banget mau bikin apa. Bisa bikin karya yang sesuai sama keinginan kita.

Apa Heavy Rain Records nggak menutup kemungkinan untuk menaungi artis lain untuk rekaman?

Kita nggak menutup kemingkinan kesana. Tapi saat ini yang baru bisa kita lakukan adalah rekaman untuk diri sendiri. Kalo memang bisa jalan untuk kita, ya kita bakal nyobain untuk yang lain. Kalo memang bakal kita lakuin, kita harus bener-bener siap.

Eksklusif The Rain (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Darimana datangnya inspirasi The Rain dalam menulis lagu?

Sebenernya jawaban diplomatisnya sih dari mana aja ya. Dari ngayal, dari nonton film, dari macem-macem. kebanyakan dari nonton film.

Apa kegiatan lain kalian selain ngeband?

Kebetulan The Rain ini sebagian personelnya ngantor juga. Nggak sebagian juga sih, semuanya punya pekerjaan lain di luar band.

Bagaimana membagi waktu antara ngeband dan kerjaan lain?

Susah sekali, kadang harus telfonan sama klien. Kadang-kadang kerjaan harus dibawa pulang, terus kabur dari kantor. Kadang-kadang juga harus cuti disaat jatah cuti sudah habis. Untungnya kita kerja di kantor yang mengerti kegiatan kita sebagai seniman.

Apa Makna dari nama The Rain?

The Rain itu hujan, dan hujan itu syahdu. Yang jelas kita suka dengan suasana hujan. Meskipun hujan itu kalo di Jakarta suka bikin macet, tapi hujan itu membuat suasana syahdu. Hujan itu menguatkan emosi tertentu terutama perasaan rindu.

Eksklusif The Rain (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Denti Ebtaviani/Bintang.com)

Kalian sempat rilis komik kan, ceritakan dong?

Kita bikin komik strip yang ceritanya cukup satir. Ceritanya tentang ironi industri musik indonesia. Sebenarnya cerita lucu tentang band, kayak misalnya  The Rain mainnya kapan dan dimana, tapi ternyata dibayarnya kapan.

Kalian pernah mengalami musik kalian dibajak?

Setiap saat. Band yang belum kontrak sama label aja udah ngalamain, apalagi band yang udah kontra sama label. Kalo ngomong pembajakan banyak banget sudut pandangnya. Ada orang yang rela dibajak karena yang dicari memang popularitas. Ada juga yang sebaliknya mati-matian menentang pembajakan. Kalo kita ada di posisi bukan sebagai yang bisa melawan secara hukum karena kita bukan penegak hukumnya. Tapi kita ada di posisi menginfokan kalo mau beli yang beneran. Tapi kalo ada orang yang pengen bajakan terserah lah. Ada 2 tipe, ada yang nggak peduli dan ada yang nggak tahu, dan semakin kemari semakin banyak yang nggak tahu. Akhirnya kita mulai males bahas pembajakan. Karena kita tahu kalo orang yang bener ngefans sama kita pasti mereka akan mencari cara buat beli yang asli. Kadang-kadang orang nggak tahu apa pengaruhnya ke kita kalo mereka beli asli atau bajakan. Mereka pikirnya kita ini (para musisi) udah kaya jadi merasa nggak masalah kalo dibajak.

Rencana kalian ke depan apa?

Bikin konser di tahun 2016. Terus di akhir tahun kita mau bikin konser buat merayakan 15 tahun The Rain. Waktunya tinggal sedikit lagi, jadi memang harus dipersiapkan mulai sekarang. Lagi direncanakan mulai sekarang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading