Sukses

Entertainment

Cerita Pengisi Suara Ungkap Hal Istimewa di Film Turning Red, Sandra Oh Kenang Sahabat dan Pencarian Jati Diri

Fimela.com, Jakarta Turning Red, film Disney dan Pixar ini sebentar lagi bisa Anda saksikan. Sarat makna dan kenangan, film pertama Pixar dengan sentuhan beda menjadi salah satu tontonan menarik yang tak boleh Anda lewatkan.

Bicara soal film Turning Red yang tayang 11 Maret mendatang di Disney+ Hotstar, dalam virtual press conferece yang digelar Selasa (1/3/2022) lalu, para pengisi suara Sandra Oh (Ming), Rosalie Chiang (Meilin), Ava Morse (Miriam), Maitreyi Ramakrishnan (Priya), dan Hyein Park (Abby), mengungkap hal-hal menarik dalam film garapan sutradara Domee Shi ini.

"Saya memiliki hubungan dan persahabatan yang berusia 40 tahun. Saya suka film ini, persahabatan juga musik, itu adalah hal yang berharga ketika Anda mulai mencari tahu siapa Anda, ketika Anda dan teman menjadi sangat, sangat penting," ujar Sandra Oh.

Tentang Film

Turning Red mengisahkan Meilin 'Mei' Lee yang berusia 13 tahun yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan norak, namun ia adalah anak yang berbakti pada orang tua.

Sayangnya kedekatannya pada sang ibu protektif membuat kehidupan remaja Mei terasa terbatas. Seiring dengan perubahan minat dan proses pendewasaan diri Mei, tubuhnya pun mengalami perubahan dan menjadi panda merah raksasa saat ia terlalu stres atau bersemangat.

Menariknya, kehadiran tiga sahabatnya, Miriam, Priya, dan Abby sangat membantu Mei dalam mengendalikan emosinya.

Pengalaman yang Sama

Di kesempatan tersebut, para pengisi suara pun merasa kisah yang dialami tokoh utama Mei dalam film begitu relevan dengan pengalaman mereka di masa lalu, di mana kehadiran sahabat begitu berarti dan membantu membentuk diri mereka saat ini.

"Semua temanku sangat berarti untuk Aku. Dan mereka semua sangat mendukung apa pun yang terjadi," ujar Ava Morse mengenang kehadiran teman-temannya di masa lalu.

Hal Menarik

Selain kisah persahabtan yang menarik, Turning Red menghadirkan latar Toronto di awal tahun 2000-an. Keragaman serta popularitas musik pop dan boy band pun menjadi hal yang melekat dalam film ini.

Penonton pun diajak bernostalgia di mana media sosial bukan menjadi pusat perhatian remaja saat itu. "Kami ingin menceritakan kisah menuju dewasa dan menghindari media sosial, juga lingkungan dan waktu yang lebih sederhana dengan menghadirkan ponsel flip, CD, gelang jelly, Myspace," tutur Domee sambil tertawa.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading