Sukses

Fashion

Menelusuri Perjalanan Kapas Lokal Jadi Pakaian dari Sukkha Citta untuk Lawan Krisis Iklim

Fimela.com, Jakarta Kesadaran masyarakat akan sustainability living semakin meningkat mengingat pentingnya peran manusia dalam menjaga kelestarian alam. Dari industri fashion, Sukkha Citta menjadi merek lokal yang berpegang teguh pada bahan ramah lingkungan di setiap proses produksi koleksinya.

Menggelar sebuah pameran bertajuk Kapas di Ashta District 8, Sukkha Citta bercerita bagaimana pihaknya mengelola kapas lokal yang ditanam di tanah Indonesia hingga menjadi produk lokal Indonesia. Mengingat sebagian besar kapas yang digunakan sebagai material pakaian merupakan impor sehingga meninggalkan jejak karbon yang cukup tinggi.

Bahkan dengan perkiraan terendah, industri fesyen menyumbang lebih banyak jejak karbon (Green House Gas emission/GHG) dibanding negara Jerman, Perancis dan Inggris digabung . Kurang dari 60% berasal dari tahap materialnya, sementara tahap awal yang bahkan tidak diketahui asalnya oleh 89% brand fesyen.

Sukkha Citta ingin meminimalisir emisi karbon yang mungkin timbul dari proses produksinya. Salah satu upayanya adalah menanam sendiri pohon kapas yang nantikan dijadikan sebagi material koleksi.

 

Menanam kapas sendiri di Jawa Timur

Memilih wilayah Gaji yang berada di Tuban, Jawa Timur, Sukkha Citta turut memberdayakan petani lokal dengan menanam kapas sendiri menggunakan sistem Tumpang Sari. Cara ini merupakan cara bertanam yang mengembalikan hubungan timbal balik kita dengan tanah.

Petani kecil Indonesia telah mempraktikan pertanian regeneratif atau Tumpang Sari selama beberapa generasi – sebelum perusahaan kimia meyakinkan mereka untuk melakukan yang sebaliknya. Bersama dengan Sukkha Citta, saat ini mereka kembali menelusuri jejak nenek moyang mereka – dari agroforestry tradisional hingga rempah-rempah digunakan sebagai pestisida alami.

"Dari kebun ke karya (farm to closet), kita akan mengexplorasi proses dan dampak dari apa yang kita pakai. Mengajak publik untuk mengingat kembali Tumpang Sari, cara bertanam yang mengembalikan hubungan timbal balik kita dengan tanah. Berfokus pada solusi krisis iklim dimana kita berpijak, dan apa yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi,” kata CEO of Sukkha Citta, Denica Riadini saat konferensi pers beberapa waktu lalu.

 

Koleksi yang dihadirkan

Dibutuhkan waktu sekitar 180 hari untuk mengolah kapas sejak dipanen hingga akhirnya menjadi sebuah pakaian utuh yang kita kenakan sekarang. Anastasia Setiobudi yang menjadi desainer Sukkha Citta menuturkan pihaknya telah menabung kain yang terbuat dari kapas lokal ini sejak empat tahun lalu. Dari bahan yang ada, ia memikirkan desain yang timeless dengan minim limbah.

Di koleksi yang terbuat dari kapas lokal ini, Sukkha Citta menghadirkan kurang lebih 20 koleksi dengan desain yang timeless. Anastasia memilih untuk tidak mewarnai koleksi Sukkha Citta kali ini untuk menghadirkan tekstur asli dari kain yang dipintal dari kapas lokal. Sebagai gantinya, Anastasia bermain pada potongan dan detail tertentu seperti embroidery dan mutiara lokal pada kemeja.

Pameran Kapas dari Sukkha Citta akan hadir selama sebulan penuh di Ashta District 8, mulai dari 15 April-15 Mei 2022.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading