Fimela.com, Jakarta Lahir dari keluarga imigran Tiongkok yang berprofesi sebagai insinyur listrik di Fremont, California, Lucy Guo sudah menunjukkan ketertarikan pada dunia coding sejak usia yang sangat muda, bahkan sejak kelas dua SD. Meskipun ibunya sempat khawatir dan melarangnya karena dunia teknologi yang keras dan didominasi pria, Lucy tidak gentar. Semangatnya untuk berinovasi dan membangun sesuatu yang baru membawanya meninggalkan bangku kuliah di Carnegie Mellon University, tempat ia mengambil jurusan ilmu komputer dan interaksi manusia-komputer.
Keputusan berani ini diambil setelah ia menerima Thiel Fellowship pada tahun 2014, sebuah beasiswa bergengsi yang mendukung para pemuda berbakat untuk mengejar proyek kewirausahaan alih-alih menyelesaikan pendidikan formal. Sebelum mendirikan Scale AI, Lucy juga sempat magang di perusahaan teknologi raksasa seperti Facebook dan bekerja sebagai desainer produk di Snapchat dan Quora. Pengalaman ini memberinya wawasan berharga dan jaringan profesional yang penting, termasuk pertemuannya dengan Alexandr Wang di Quora, yang kemudian menjadi rekan pendirinya di Scale AI.
Advertisement
Scale AI: Tulang Punggung Revolusi Kecerdasan Buatan
Pada tahun 2016, bersama Alexandr Wang, Lucy Guo mendirikan Scale AI. Perusahaan ini berfokus pada penyediaan data berkualitas tinggi untuk melatih model kecerdasan buatan. Di era di mana AI semakin meresap ke berbagai aspek kehidupan, kebutuhan akan data yang akurat dan terlabeli menjadi sangat krusial. Scale AI berhasil mengisi celah ini, menjadi tulang punggung bagi banyak sistem kecerdasan buatan modern dan menarik investasi besar. Meskipun Lucy meninggalkan Scale AI pada tahun 2018, ia masih memiliki saham signifikan di perusahaan tersebut, yang menjadi fondasi utama kekayaannya.
Gaya Hidup yang Kontras dengan Kekayaan
Salah satu aspek yang paling mencolok dari Lucy Guo adalah gaya hidupnya yang sederhana dan jauh dari kemewahan, sebuah kontras yang tajam dengan statusnya sebagai miliarder. Ia dikenal suka berpura-pura tidak punya uang meskipun aslinya adalah seorang jutawan. Bahkan untuk makanan, ia dilaporkan masih sering mencari promo "beli satu gratis satu" di layanan pengiriman makanan. Asistennya hanya mengantarnya dengan Honda Civic yang sudah tua, dan Lucy sendiri tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.
Prinsipnya jelas: uang bukanlah alat untuk pamer, melainkan alat untuk menciptakan dampak dan kebebasan. Meskipun demikian, ia tetap realistis dan tidak menolak terbang dengan kelas bisnis atau mengenakan gaun desainer jika memang diperlukan untuk acara-acara tertentu. Filosofi ini, "berpura-puralah tidak punya uang tapi tetap kaya," mencerminkan fokusnya pada tujuan dan inovasi daripada konsumsi berlebihan.
Gaya fashion berkarakter
Lucy Guo memiliki gaya fashion yang berkarakter. Tampilannya tidak loud, namun memiliki karakteristik yang begitu menjanjikan. Ia kerap hadir dengan gaya fashion edgy menghadirkan ciri khas gaya yang begitu memikat. Gaya kesehariannya berhasil diunggah dan bisa menjadi OOTD untuk daily wear yang begitu chic.Â