5 Cara Mendisiplinkan Balita Tanpa Kata Tidak

Fimela.com, Jakarta Mendisiplinkan balita seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Banyak yang merasa terjebak dalam siklus penggunaan kata "tidak" yang berulang, padahal ada pendekatan yang lebih efektif.

Pendekatan positif ini bertujuan untuk membimbing si kecil tanpa membatasi eksplorasi mereka. Sahabat Fimela dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif anak.

Dilansir dari berbagai sumber, kita akan mengulas lima strategi cerdas untuk mendisiplinkan balita. Metode ini akan membantu anak belajar batasan dan perilaku yang diinginkan secara mandiri dan positif. Salah satu cara paling efektif untuk mengelola perilaku balita yang tidak diinginkan adalah melalui pengalihan perhatian. Metode ini sangat berguna karena balita masih terlalu muda untuk memahami konsep time-out yang kompleks.

Military OneSource menyarankan untuk mengalihkan perhatian anak ke aktivitas positif. Daripada fokus pada apa yang salah, arahkan energi mereka ke hal yang konstruktif. Ini membantu mereka belajar tanpa merasa dihukum.

First 5 California juga menekankan bahwa rentang perhatian anak-anak sangat pendek. Jika balita mulai bertingkah atau melakukan sesuatu yang berbahaya, coba alihkan fokus mereka. Ajak mereka bermain dengan mainan favorit atau tunjukkan sesuatu yang menarik di sekitar. Ini dapat mencegah amukan dan mengarahkan mereka ke perilaku yang lebih baik.

Alih-alih sering mengucapkan "jangan lakukan itu" atau "tidak", orang tua dapat menggunakan frasa positif. Pendekatan ini memberikan instruksi yang jelas mengenai perilaku yang diinginkan. Dr. Carothers dari Child Mind Institute menjelaskan bahwa anak-anak mungkin tahu arti "tidak", tetapi mereka belum tentu tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Oleh karena itu, Sahabat Fimela perlu memberikan alternatif yang konkret. Misalnya, katakan "gunakan tangan yang lembut" atau "jaga tanganmu" daripada hanya "jangan pukul". Instruksi positif ini lebih mudah dipahami oleh balita.

HealthyChildren.org juga menyarankan penggunaan bahasa positif untuk membimbing anak. Contohnya, ucapkan "waktunya duduk" daripada "jangan berdiri". Ini membantu anak memahami harapan orang tua dengan lebih baik dan mendorong kepatuhan.

Memberikan pilihan kepada balita adalah cara cerdas untuk memberi mereka rasa kontrol. Ini juga sekaligus membimbing mereka ke arah yang benar. Kirsten Jensen Counseling menjelaskan bahwa dengan menawarkan pilihan, anak belajar membuat keputusan dalam lingkungan yang terkontrol.

Batasi pilihan hanya pada dua opsi yang dapat diterima. Misalnya, "Apakah kamu ingin memakai kemeja merah atau kemeja biru hari ini?". Pendekatan ini memberikan anak rasa kepemilikan atas tindakan mereka. Ini juga tanpa memberikan terlalu banyak kebebasan yang bisa membingungkan.

HealthyChildren.org menegaskan pentingnya membiarkan anak membuat pilihan di antara alternatif yang masuk akal. Ini membantu mereka mengembangkan kemandirian. Pada saat yang sama, orang tua tetap menetapkan batasan yang wajar. Dengan demikian, anak belajar bertanggung jawab atas keputusan mereka sejak dini.

Balita belajar disiplin paling efektif ketika mereka mengalami konsekuensi alami dari perilaku mereka. Ini berbeda dengan hukuman yang tidak terkait. Janet Lansbury, seorang ahli parenting, menjelaskan bahwa jika seorang anak melempar makanan, waktu makannya selesai. Ini adalah konsekuensi alami dari tindakan tersebut.

Contoh lain, jika anak menolak untuk berpakaian, mereka mungkin tidak bisa pergi ke taman. Konsekuensi logis ini mengajarkan anak hubungan sebab-akibat. Pendekatan ini menarik bagi rasa keadilan anak.

Military OneSource juga mendukung penerapan konsekuensi alami dan logis. Ini adalah metode yang sesuai untuk pelanggaran aturan. Dengan cara ini, anak belajar dari pengalaman langsung. Mereka memahami bahwa setiap tindakan memiliki hasil, baik positif maupun negatif, tanpa perlu intervensi yang keras.

Memberikan pujian dan perhatian untuk perilaku yang diinginkan adalah salah satu cara terbaik untuk mendorong balita mengulanginya. Rachel Ehmke dari Child Mind Institute menekankan pentingnya memuji anak untuk perilaku yang aman dan positif. Hal ini berlaku bahkan saat anak sedang tantrum.

Idenya adalah menunjukkan kepada anak bahwa perilaku baik mendapatkan perhatian orang tua. Jika memungkinkan, abaikan amukan dan tunggu sampai mereka tenang. Setelah itu, pujilah mereka karena berhasil menenangkan diri.

HealthyChildren.org juga menyarankan untuk spesifik dalam memberikan pujian. Misalnya, katakan "Wow, kamu melakukan pekerjaan yang baik dalam menyimpan mainan itu!" daripada hanya "anak pintar". Pujian yang spesifik membantu anak memahami perilaku mana yang dihargai. Ini akan mendorong mereka untuk mengulanginya di masa depan.