5 Tips Menghadapi Anak yang Sering Tantrum di Tempat Umum

Saat tantrum terjadi, tetaplah berada dekat dengan anak untuk memberikan rasa aman. Jika memungkinkan, turunkan posisi tubuh agar sejajar dengan mata mereka, gunakan suara yang lembut, dan sampaikan bahwa Anda ada di sana untuk mendampingi. 

Kehadiran fisik dan emosional sangat membantu anak merasa tidak sendirian dalam menghadapi emosi besar. Hindari sikap mengancam, menyalahkan, atau memarahi karena hal ini hanya memperpanjang durasi tantrum. Tujuan Anda adalah menjadi jangkar ketenangan bagi anak saat mereka merasa kewalahan.

Mengakui perasaan anak adalah cara efektif untuk meredakan intensitas emosi mereka. Anda dapat mengatakan, “Kamu sangat sedih karena ingin tetap bermain di taman. Itu memang sulit.” Validasi semacam ini membuat anak merasa dimengerti. 

Pada saat yang sama, hindari memberikan penjelasan panjang atau menasihati, karena anak dalam kondisi tantrum tidak dapat memproses informasi tersebut. Gunakan kalimat singkat seperti “Ibu/Ayah di sini. Kita lewati ini bersama.” Kalimat sederhana dan tenang membantu menenangkan sistem saraf mereka.

Ketika anak meronta atau menangis sangat keras, pastikan mereka berada di tempat yang aman. Bila perlu, alihkan anak ke sudut yang lebih tenang agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain. 

Jika anak menginginkan pelukan, berikan dengan lembut. Namun, jika mereka menolak disentuh, cukup berada di dekatnya. Keamanan adalah prioritas, bukan memaksa anak untuk “tenang” dengan cara yang justru memperburuk situasi.

Setelah anak kembali tenang, momen ini tepat untuk mengembangkan kemampuan regulasi emosi mereka. Bantu anak menamai perasaan, misalnya, “Kamu tadi marah karena menara baloknya roboh.” Selanjutnya, ajak anak mencari solusi bersama, seperti membangun di lantai agar lebih stabil. 

Tunjukkan strategi sederhana untuk menenangkan diri, seperti menarik napas dalam, menghitung sampai lima, atau memeluk boneka kesayangan. Berikan pujian untuk proses pemulihan anak, bukan tantrumnya. Misalnya, “Kamu bisa tenang lagi dengan napas panjang. Ibu bangga.”

Tantrum tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tetapi dapat diminimalkan. Bangun rutinitas harian yang konsisten agar anak merasa aman dan tahu apa yang akan terjadi. Berikan peringatan sebelum beralih kegiatan, seperti, “Lima menit lagi kita pulang ya.” Tawarkan pilihan terbatas: “Kamu mau minum pakai gelas biru atau merah?” 

Kenali tanda awal anak mulai lelah, lapar, atau overstimulated, lalu sesuaikan rencana. Langkah-langkah kecil ini membantu mencegah meluapnya emosi sebelum mencapai titik tantrum.

Menghadapi tantrum, terutama di tempat umum, memang dapat terasa melelahkan dan memalukan. Namun, tantrum bukan tanda kegagalan orang tua, melainkan bagian alami dalam proses tumbuh kembang anak. Yang terpenting adalah menjadi tempat aman bagi anak, mendampingi mereka melewati emosi besar, dan mengajarkan keterampilan regulasi emosi secara bertahap. Dengan pendekatan yang konsisten dan penuh empati, anak akan tumbuh dengan kemampuan mengelola perasaan yang lebih matang dan sehat.