Dampak Perceraian Orangtua terhadap Kesehatan Mental Anak

Salah satu dampak paling awal yang dirasakan anak adalah perasaan kehilangan. Anak bisa merasa kehilangan sosok ayah atau ibu yang sebelumnya selalu hadir setiap hari. Ketika salah satu orang tua tidak lagi tinggal serumah, anak sering merasa ada bagian penting dalam hidupnya yang hilang. Perasaan ini dapat memicu kesedihan mendalam, kecemasan, hingga rasa tidak aman yang terus menghantui.

Rasa tidak aman ini membuat anak takut akan ditinggalkan lagi. Mereka bisa menjadi lebih sensitif, mudah menangis, atau justru sangat pendiam. Anak juga bisa merasa khawatir tentang masa depannya, seperti memikirkan dengan siapa ia tinggal, apakah masih bisa bertemu orang tua yang pergi, hingga takut kehilangan kasih sayang. Kondisi ini membuat dunia anak terasa tidak lagi stabil seperti sebelumnya.

Jika perasaan ini tidak direspon dengan empati dan dukungan emosional yang cukup, anak berisiko mengalami gangguan kecemasan berkepanjangan. Ia akan tumbuh dengan rasa waspada berlebihan terhadap perubahan dan hubungan, karena telah belajar bahwa sesuatu yang dianggap aman pun bisa hilang tiba-tiba.

Perceraian juga sering memicu perubahan emosi dan perilaku pada anak. Anak bisa menjadi lebih mudah marah, tersinggung, membangkang, atau justru menarik diri dari lingkungan sekitar. Beberapa anak menunjukkan perilaku agresif sebagai bentuk luapan emosi yang mereka sendiri belum mampu pahami. Ada juga anak yang mengalami penurunan prestasi belajar karena pikirannya dipenuhi kebingungan dan tekanan batin.

Selain itu, anak bisa mengalami perubahan pola tidur dan makan. Ada yang menjadi sulit tidur karena sering merasa cemas, ada pula yang kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan untuk menenangkan diri. Perubahan-perubahan ini adalah sinyal bahwa anak sedang mengalami tekanan emosional yang cukup berat.

Tanpa pendampingan yang tepat, perubahan perilaku ini bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius, seperti depresi ringan, gangguan kepercayaan diri, hingga kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Anak mungkin tumbuh dengan perasaan bahwa dirinya berbeda, tidak berharga, atau tidak cukup dicintai.

Perceraian orang tua tidak hanya berdampak dalam jangka pendek, tetapi juga dapat memengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan hubungan dengan orang lain di masa depan. Anak yang tumbuh dalam kondisi emosional tidak stabil berisiko memiliki kepercayaan diri yang rendah. Mereka bisa merasa tidak layak dicintai atau takut ditinggalkan oleh orang-orang terdekatnya.

Dalam hubungan pertemanan dan percintaan saat dewasa, luka dari masa kecil ini bisa kembali muncul. Anak yang dulu menyaksikan perceraian orang tuanya mungkin menjadi sangat takut gagal dalam hubungan, cenderung posesif, atau justru menghindari komitmen karena takut mengulang luka yang sama. Pengalaman masa kecil ini membentuk pola pikir dan sikap mereka terhadap hubungan secara tidak sadar.

Tidak sedikit pula anak yang tumbuh dengan kemarahan terpendam kepada salah satu atau kedua orang tuanya. Jika emosi ini tidak diselesaikan dengan baik, perasaan tersebut bisa mengganggu kualitas hubungan keluarga hingga ia dewasa. Inilah mengapa penyembuhan emosi anak menjadi hal yang sangat penting.

Meskipun perceraian tidak selalu bisa dihindari, orang tua tetap memiliki peran besar dalam meminimalkan dampaknya bagi kesehatan mental anak. Hal paling penting adalah memastikan anak tetap merasa dicintai oleh kedua orang tuanya. Anak perlu diyakinkan bahwa perceraian bukan karena kesalahan mereka, dan kasih sayang orang tua tidak akan berkurang.

Komunikasi yang jujur, lembut, dan sesuai usia anak sangat diperlukan agar mereka tidak mengisi kekosongan informasi dengan asumsi yang menyakitkan. Hindari melibatkan anak dalam konflik, menyudutkan pasangan, atau menjadikan anak sebagai tempat meluapkan emosi. Sikap orang tua yang dewasa akan membantu anak merasa lebih aman menghadapi perubahan.

Jika diperlukan, orang tua juga tidak perlu ragu untuk mengajak anak berkonsultasi dengan psikolog. Bantuan profesional dapat membantu anak memahami perasaannya sendiri dan belajar mengekspresikannya dengan cara yang sehat, sehingga luka emosional tidak tersimpan terlalu lama.

Perceraian orang tua memang tidak pernah mudah, terutama bagi anak yang berada di dalamnya. Dampaknya tidak hanya terasa secara emosional, tetapi juga memengaruhi kesehatan mental, perilaku, hingga hubungan anak di masa depan. Namun, dengan pendampingan yang tepat, komunikasi penuh empati, serta kasih sayang yang konsisten, anak tetap bisa tumbuh secara sehat meski hidup dalam kondisi keluarga yang berubah. Perhatian orang tua terhadap kesehatan mental anak adalah kunci utama agar luka tidak berkembang menjadi beban jangka panjang dalam kehidupannya.