Tips Penanganan Masalah Dermatitis pada Bayi yang Perlu Diketahui Orangtua

Dermatitis kontak pada bayi dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, masing-masing dengan karakteristik dan pemicu yang berbeda. Memahami perbedaan ini sangat krusial untuk menentukan langkah penanganan yang paling efektif bagi si kecil. Reaksi kulit ini seringkali membuat orang tua khawatir.

Jenis yang paling umum adalah Dermatitis Kontak Iritan (Irritant Contact Dermatitis - ICD), yang menyumbang sekitar 80% dari semua kasus. ICD terjadi ketika zat iritan merusak lapisan pelindung luar kulit bayi yang sensitif. Reaksi ini dapat muncul dengan cepat setelah paparan tunggal terhadap iritan kuat, atau setelah paparan berulang terhadap iritan ringan seperti sabun dan air.

Sementara itu, Dermatitis Kontak Alergi (Allergic Contact Dermatitis - ACD) dipicu oleh respons kekebalan tubuh terhadap alergen tertentu. Berbeda dengan ICD, reaksi alergi ini biasanya membutuhkan waktu satu hingga dua hari setelah paparan untuk muncul. Ruam seringkali hanya memengaruhi area yang bersentuhan langsung dengan alergen, namun dapat menyebar jika alergen berpindah ke bagian tubuh lain melalui sentuhan.

Kulit bayi yang lembut dan tipis membuatnya sangat rentan terhadap berbagai iritan dan alergen di lingkungan sekitarnya. Mengenali pemicu ini adalah kunci dalam mencegah dan mengelola masalah dermatitis pada bayi.

Pemicu iritan umum meliputi sabun dan deterjen berpewangi, cairan tubuh seperti air liur dan urin (penyebab ruam popok), serta beberapa jenis makanan. Selain itu, popok basah, losion bayi berparfum, dan bahan kasar pada pakaian juga bisa menjadi penyebab. Bahkan, bahan kimia pada pakaian baru yang belum dicuci juga patut diwaspadai.

Untuk dermatitis kontak alergi, beberapa alergen yang sering ditemukan adalah logam nikel (pada kancing atau ritsleting), pewangi dalam produk perawatan kulit, dan lateks (pada mainan atau empeng). Tanaman seperti poison ivy serta bahan kimia dalam kosmetik dan obat-obatan topikal tertentu juga bisa memicu reaksi alergi pada kulit bayi yang sensitif.

Secara spesifik, area popok seringkali menjadi lokasi dermatitis kontak. Selain urin dan feses, pewarna biru pada popok, tisu basah beralkohol, serta bahan kimia dalam losion atau salep popok juga dapat menjadi pemicu. Penting bagi Sahabat Fimela untuk selalu memeriksa label produk yang digunakan untuk si kecil.

Gejala masalah dermatitis dapat bervariasi, namun umumnya muncul dalam beberapa menit hingga jam setelah paparan dan bisa bertahan hingga 2-4 minggu. Orang tua perlu sigap mengenali tanda-tanda ini untuk penanganan yang cepat dan tepat.

Tanda-tanda yang mungkin terlihat antara lain kulit kemerahan, bengkak, dan terasa sangat gatal. Pada kasus yang lebih parah, bisa muncul lepuh yang mungkin mengeluarkan cairan dan mengering, serta kulit menjadi kering, pecah-pecah, atau bersisik. Bayi juga bisa menunjukkan rasa nyeri atau sensasi terbakar pada area yang terkena ruam.

Diagnosis dermatitis kontak biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan oleh dokter. Dokter akan menanyakan tentang paparan zat baru-baru ini dan mungkin merekomendasikan tes tempel (patch testing) untuk mengidentifikasi alergen spesifik. Tes ini tidak menyakitkan, namun memerlukan beberapa kunjungan selama seminggu.

Penanganan terbaik adalah dengan mengidentifikasi dan menghindari zat pemicu. Segera cuci kulit bayi dengan sabun dan air setelah terpapar. Cuci juga pakaian dan benda lain yang mungkin bersentuhan dengan zat penyebab reaksi untuk mencegah paparan ulang.

Di rumah, Sahabat Fimela dapat menggunakan kompres dingin basah untuk menenangkan peradangan. Setelah kemerahan berkurang, aplikasikan pelembap hipoalergenik seperti Vaseline atau cocoa butter. Sedikit lidah buaya segar juga bisa membantu menenangkan kulit yang sangat teriritasi. Jangan lupa pakaikan sarung tangan pada bayi untuk mencegah garukan yang bisa memperparah kondisi.

Untuk kasus yang lebih parah, dokter mungkin meresepkan krim kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan gatal. Antihistamin oral juga dapat diberikan untuk meredakan gatal yang mengganggu. Selalu konsultasikan dengan dokter anak sebelum memberikan obat-obatan.

Segera hubungi dokter jika ruam sangat parah, meluas, tidak membaik dalam tiga minggu, melibatkan mata, mulut, wajah, atau alat kelamin. Waspadai juga tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, atau cairan nanah. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis darurat.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa langkah proaktif yang bisa Sahabat Fimela lakukan untuk melindungi kulit si kecil dari reaksi yang tidak diinginkan.

Secara umum, hindari penggunaan sabun, pembersih, dan pelembap yang mengandung pewangi atau pewarna. Selalu cuci pakaian baru bayi sebelum digunakan untuk menghilangkan bahan kimia. Jika bayi memiliki tindik, pastikan perhiasan terbuat dari bahan hipoalergenik seperti baja bedah. Jika ada hewan peliharaan yang sering bermain di luar, bersihkan bulunya karena bisa membawa alergen seperti minyak dari tanaman tertentu.

Untuk mencegah ruam popok, yang merupakan jenis dermatitis kontak iritan, ganti popok bayi secara teratur. Jaga area popok agar selalu bersih dan kering. Hindari tisu basah beraroma dan gunakan krim popok tebal yang mengandung zinc oxide atau petroleum jelly sebagai pelindung. Memberikan waktu tanpa popok juga sangat dianjurkan agar kulit bayi bisa bernapas dan kering.