Mengenal Lebih Dekat Apa Itu Gangguan Separation Anxiety Disorder pada Anak

8 Tips Mengelola Emosi Anak Sensitif dan Mudah Menangis — Sahabat Fimela, penasaran apa itu gangguan separation anxiety disorder pada Anak? Mari selami lebih dalam kondisi yang memengaruhi si kecil ini. (Foto: Unsplash.com/Marcos Paulo Prado).

ringkasan

Gangguan Kecemasan Perpisahan (SAD) adalah kondisi kesehatan mental pada anak yang ditandai dengan ketakutan berlebihan saat berpisah dari figur lekat, jauh melebihi kecemasan perpisahan normal yang dialami bayi dan balita.
Gejala SAD meliputi distres emosional dan perilaku, gangguan tidur, serta keluhan fisik yang muncul secara persisten dan mengganggu aktivitas sehari-hari anak, bukan hanya sekadar 'rewel' biasa.
Diagnosis SAD memerlukan evaluasi profesional berdasarkan kriteria DSM-5-TR, dan penanganannya umumnya melibatkan psikoterapi seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT), terkadang dikombinasikan dengan obat-obatan

Fimela.com, Jakarta - Setiap orang tua pasti ingin melihat anaknya tumbuh ceria dan mandiri. Namun, terkadang ada kondisi yang membuat si kecil merasa sangat cemas saat harus berpisah, bahkan hanya sebentar. Kondisi ini dikenal sebagai Separation Anxiety Disorder (SAD), sebuah masalah kesehatan mental yang menyebabkan anak mengalami ketakutan berlebihan.

Kecemasan ini jauh lebih intens dan mengganggu daripada kecemasan perpisahan normal yang dialami sebagian besar bayi dan balita. Jika kecemasan tersebut berlanjut hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti sekolah atau bermain, ini bisa menjadi tanda SAD yang memerlukan perhatian.

Memahami apa itu Gangguan Kecemasan Perpisahan pada Anak sangat penting bagi Sahabat Fimela. Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat mengenali gejala, penyebab, hingga langkah penanganan yang efektif untuk membantu anak mengatasi tantangan ini. Artikel ini akan mengulasnya secara komprehensif.

Mengenali Tanda dan Gejala Gangguan Kecemasan Perpisahan pada Anak

kesehatan mental — Anak-anak dengan Separation Anxiety Disorder (SAD) mungkin menunjukkan berbagai gejala yang bervariasi pada setiap individu. (Foto: Unsplash/Jordan Whitt)

Anak-anak dengan Separation Anxiety Disorder (SAD) mungkin menunjukkan berbagai gejala yang bervariasi pada setiap individu. Gejala-gejala ini tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga dapat memengaruhi perilaku, pola tidur, dan bahkan kondisi fisik mereka.

Secara emosional dan perilaku, anak mungkin mengalami kesulitan berpisah dari orang tua atau figur lekat utama lainnya, bahkan untuk pergi ke sekolah. Mereka seringkali menunjukkan kekhawatiran berlebihan tentang bahaya yang menimpa orang terkasih atau diri sendiri. Gejala lainnya termasuk keengganan untuk sendirian, sangat 'lengket' (clingy), tantrum, atau serangan panik saat perpisahan terjadi.

Gangguan tidur juga merupakan indikator penting. Anak dengan SAD mungkin kesulitan tidur, menolak tidur sendirian, atau mengalami mimpi buruk berulang yang bertema perpisahan. Selain itu, keluhan fisik seperti sakit perut, sakit kepala, mual, atau muntah yang berulang saat perpisahan terjadi atau diantisipasi juga seringkali muncul. Penting untuk membedakan gejala ini dari kecemasan perpisahan normal yang biasanya membaik sekitar usia 2 hingga 3 tahun.

Mengungkap Penyebab dan Faktor Risiko SAD pada Si Kecil

Para ahli meyakini bahwa Separation Anxiety Disorder (SAD) pada anak disebabkan oleh kombinasi kompleks antara faktor biologis dan lingkungan. Memahami akar penyebab ini dapat membantu orang tua dan profesional dalam memberikan dukungan yang tepat.

Dari sisi biologis, anak mungkin mewarisi kecenderungan untuk cemas. Ketidakseimbangan dua bahan kimia di otak, yaitu norepinefrin dan serotonin, juga diduga berperan dalam perkembangan kondisi ini. Selain itu, riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan atau diagnosis kesehatan mental lainnya dapat meningkatkan risiko anak mengalami SAD.

Faktor lingkungan dan situasional juga memiliki pengaruh besar. Peristiwa stres atau traumatis, seperti kematian orang terkasih, perceraian orang tua, atau perubahan besar dalam hidup seperti pindah rumah atau sekolah, dapat memicu SAD. Orang tua yang terlalu protektif atau memiliki keterikatan yang tidak aman dengan anak juga berpotensi membuat anak lebih rentan terhadap kecemasan perpisahan. SAD terjadi secara merata pada anak laki-laki dan perempuan, dengan gejala pertama sering muncul sekitar kelas tiga atau empat, atau setelah libur sekolah atau sakit berkepanjangan.

Diagnosis dan Langkah Penanganan Efektif untuk Anak dengan SAD

Diagnosis Separation Anxiety Disorder (SAD) melibatkan evaluasi menyeluruh oleh penyedia layanan kesehatan. Proses ini seringkali dimulai dengan dokter anak yang kemudian dapat merujuk ke profesional kesehatan mental, seperti psikiater anak atau psikolog. Mereka akan melakukan penilaian kesehatan mental, termasuk berbicara dengan anak dan orang tua, untuk memahami pikiran, perasaan, dan perilaku yang muncul.

Menurut kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima, Revisi Teks (DSM-5-TR), diagnosis SAD dapat ditegakkan jika kecemasan atau ketakutan berlebihan berlangsung setidaknya empat minggu pada anak-anak dan remaja, serta menyebabkan gangguan signifikan dalam fungsi sosial atau akademik. Gejala harus mencakup setidaknya tiga dari delapan kriteria spesifik, seperti distres berulang saat berpisah, kekhawatiran berlebihan tentang bahaya yang menimpa figur lekat, atau keluhan fisik saat perpisahan.

Penanganan SAD biasanya melibatkan kombinasi psikoterapi dan, dalam beberapa kasus, obat-obatan. Terapi Perilaku Kognitif (CBT) adalah bentuk terapi yang paling umum dan efektif, membantu anak mengubah pikiran dan perilaku yang tidak membantu. Terapi paparan (exposure therapy), bagian dari CBT, secara bertahap memaparkan anak pada situasi perpisahan untuk mengelola ketakutan mereka. Terapi keluarga dan program seperti SPACE (Supportive Parenting for Anxious Childhood Emotions) juga dapat sangat membantu. Jika terapi saja tidak cukup, dokter mungkin mempertimbangkan penggunaan obat antidepresan jenis SSRI, seperti Fluoxetine atau Sertraline, terutama untuk anak usia 6 tahun ke atas, di bawah pengawasan ketat. Mendapatkan bantuan profesional adalah kunci, karena jika tidak diobati, kecemasan dapat memburuk dan berdampak jangka panjang pada perkembangan anak.