Sukses

Food

Mengenal Filosofi Tradisi Memasak Bubur Asyura, Lengkap Beserta Resepnya

Fimela.com, Jakarta Berbicara tentang Tahun Baru Islam, sebagaimana selebrasi lain, tidak akan jauh dari sederet kuliner khas. Salah satu yang telah begitu lekat adalah bubur asyura. Lebih spesifik, sajian ini diasosiasikan dengan pelaksanaan puasa sunah di bulan pertama kalender Hijriah, yakni Muharram.

Di hari ke-10 bulan Muharram, umat Islam merayakan Hari Asyura yang ditandai dengan puasa sunah. Bubur Asyura adalah bubur yang dibuat dengan berbagai bahan dan ramuan khusus untuk berbuka puasa pada hari itu.

Bubur asyura biasanya akan dimasak bersama, dan nantinya akan dibagi-bagi ke masjid maupun warga sekitar. Bahan untuk memasakknya juga akan dikumpulkan dari masing-masing orang sebelum akhirnya dimasak bersama.

Tradisi memasak ini sudah membudaya karena mengandung makna filosofi yang kuat bagi umat muslim. Untuk lebih jelasnya, berikut Fimela.com akan mengulas filosofi tradisi memasak bubur asyura beserta resepnya. Dilansir dari Merdeka.com, simak ulasan selengkapnya di bawah ini. 

Sejarah dan Filosofi Bubur Asyura

Bulan Muharram merupakan bulan yang spesial bagi umat Islam. Bulan ini dirayakan sebagai pergantian tahun bagi para muslim.

Tak hanya itu, di hari ke-10 Bulan Muharram, umat Islam merayakan Hari Asyura. Di hari ke-10 ini, umat Islam mempunyai tuntunan untuk menjalankan puasa sunnah. Namun, Hari Asyura juga diperingati dengan cara lain, yang paling terkenal adalah dengan membuat Bubur Asyura.

Bubur Asyura atau Suro ternyata tidak hanya menjadi tradisi semata dalam menyambut Tahun Baru Islam, bubur asyura ternyata sarat makna. Tradisi memasak bubur asyura merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.

Jika dirujuk menurut sejarah atau asal usulnya, bubur asyura ternyata sudah ada sejak masa Nabi Nuh kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu.

Dilansir dari berbagai sumber, dihikayatkan, bahwa tatkala perahu Nabi Nuh AS. sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari ‘asyuro, beliau berkata kepada kaumnya: “kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!”. Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata: “(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)”.

Kemudian Nabi Nuh berkata: “pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat”. Dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Dan kejadian di atas merupakan praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan. Dan juga peristiwa itu dijadikan (inspirasi) sebagai kebiasan setiap hari ‘asyuro.

 

Sejak itu, tradisi memasak bubur asyura dilakukan oleh kaum Muslim di berbagai belahan dunia tak terkecuali di Indonesia.

 

 

 

Tradisi Memasak Bubur Asyura di Indonesia

Tradisi memasak bubur asyura tidak hanya berpusat pada satu wilayah, namun hampir seluruh daerah di Indonesia yang warganya melaksanakan puasa Muharram. Salah satu daerah yang masih melaksanakan tradisi ini adalah satu desa di Sumatra Utara (Sumut). Tepatnya di Desa Stabat Lama Barat, Dusun Pantai Luas, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.

Kemudian, rasa dari bubur asyura bisa berbeda antardaerah, mengingat bahan yang dipakai juga lain. Dikatakan bahwa ada bubur asyura yang terbuat dari umbi-umbian, sehingga memberi cita rasa manis. Namun, ada pula yang justru didominasi rasa gurih karena berbahan rempah-rempah dan daging.

Bubur asyura selalu dimasak dalam porsi yang sangat besar. Hal ini lantaran, biasanya bubur ini nantinya akan disajikan ke masyarakat dalam satu desa. Bubur yang dimasak setiap setahun sekali ini dibuat dengan sekitar 44 macam bahan campuran, diantaranya beras, ubi kayu, kentang, santan, ikan teri, ikan asin, daging ayam dan ramuan rempah-rempah lainnya.

Untuk proses pemasakannya sendiri, biasanya dilakukan sepanjang hari. Mulai dari pagi hingga matahari terbenam. Bubur asyura selalu dimasak dengan cara gotong royong oleh warga desa setempat yang mempunyai waktu untuk membantu dalam proses pembuatan bubur ini.

Dilansir dari Merdeka.com, setelah bubur asyura selesai dimasak, bubur ini akan didoakan lebih dulu sebelum dikonsumsi. Sebelum dibagikan ke masyarakat, bubur yang telah dimasak tadi kemudian di tempatkan di dalam satu wadah besar yang kemudian didoakan oleh seorang ustaz.

Tradisi memasak bubur ssyura setiap tanggal 10 Muharram memang masih terus dipertahankan di berbagai daerah di Indonesia. Momen ini menjadi semakin spesial, selain dimasak secara bergotong-royong, momen ini pun menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga dan menumbuhkan jiwa sosial.

Resep Membuat Bubur Asyura

Sebenarnya tidak ada resep pasti soal 41 bahan yang harus digunakan dalam bubur asyura. Jika bahan tidak genap 41, maka pembuatnya bisa menambahkan bahan sayuran, kacang-kacangan, dan daging apa saja sesuai selera. Berikut salah satu resep bubur asyura yang bisa kamu coba di rumah: 

Bahan-bahan: 

  • 150 gram beras.
  • 30 gram bayam.
  • 30 gram kangkung.
  • 40 gram jagung manis.
  • 40 gram wortel.
  • 40 gram kentang.
  • 20 gram kacang tanah.
  • 20 gram kacang hijau.
  • 20 gram kacang kedelai.
  • 20 gram kacang panjang.
  • 50 gram ayam potong kecil.
  • Ceker ayam sesuai selera.
  • 50 gram daun pucuk waluh.
  • 30 gram daun kemangi.
  • 100 ml santan.
  • 3 lembar daun salam.
  • 1 ikat daun melinjo.
  • 40 gram buah melinjo.
  • Bawang putih secukupnya, cincang.
  • Jahe secukupnya, geprek.
  • Garam dan lada untuk penyedap.
  • Air secukupnya.
  • Aneka bahan lainnya agar genap 41 bahan.

Bahan pelengkap: 

  • Abon sapi secukupnya
  • Sambal goreng tempe secukupnya
  • Telur dadar iris secukupnya

Cara membuat bubur asyura:

  1. Pertama, rendam beras dengan air agar beras cepat lunak dan mudah dimasak. 
  2. Siapkan panci stainless atau panci anti lengket, panaskan lalu tuang minyak. Panaskan minyak, tumis bawang putih dan jahe hingga harum. 
  3. Masukkan beras yang sudah direndam ke dalam panci. Tumis bersama minyak, jahe, dan bawang putih kurang lebih 5 menit. Pastikan beras tercampur rata dengan minyak.
  4. Tuang air secukupnya dan daun salam, lalu masak bubur.
  5. Masukkan bahan yang membutuhkan waktu memasak lebih lama, yakni ayam potong, ceker ayam, dan aneka kacang-kacangan. 
  6. Lanjut dengan memasukkan aneka sayur dengan tekstur keras, seperti kentang, wortel, dan jagung manis. 
  7. Masak sambil diaduk secara berkala dengan api sedang hingga hampir matang. 
  8. Jika sudah hampir matang, masukkan sayuran yang mudah matang seperti kangkung, bayam, daun kemangi, daun melinjo, buah melinjo, daun pucuk waluh, dan lain-lain. 
  9. Aduk rata, masukkan santan dan bumbu. Koreksi rasa, lalu masak hingga matang. 
  10. Sajikan bubur asyura bersama pelengkap.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading