Fimela.com, Jakarta Matcha dan Jepang dua hal yang tak terpisahkan. Salah satu kota yang menjadi surganya matcha di Jepang adalah Uji. Kota kecil di dekat Kyoto. Kurang lebih 21 km dari Stasiun Kyoto, kamu akan menemukan kota yang setiap sudutnya dipenuhi kuliner khas Matcha.
Uji bukan sekadar kota penghasil teh, ia adalah simbol tradisi, budaya, dan kualitas matcha terbaik Jepang. Dengan makin berkembangnya sosial media, pesona Uji makin disorot. Kota ini makin dikenal sebagai surga bagi pecinta matcha.
Dengan warisan teh yang sudah berabad-abad, Uji kini menjadi destinasi utama bagi wisatawan asing yang ingin mencicipi pengalaman matcha otentik. Restoran dan kafe lokal menawarkan beragam hidangan unik berbasis matcha, mulai dari gyoza berisi matcha, ramen kuah teh hijau, hingga es krim dan parfait matcha premium.
Advertisement
Tidak hanya di meja makan, toko-toko lokal di Uji juga kebanjiran pembeli yang memburu teh matcha asli dan berbagai suvenir berbasis matcha seperti sabun, permen, dan bubuk siap seduh.
Advertisement
Tantangan di Balik Popularitas Matcha
Dilansir dari Japan Times, di balik popularitasnya yang mendunia, industri matcha Jepang menghadapi tantangan besar. Meski produksi matcha meningkat pesat bahkan mencapai 4.176 ton pada 2023, naik tiga kali lipat sejak 2010 permintaan global tetap melebihi pasokan.
Ironisnya, konsumsi domestik di Jepang justru menurun, sehingga pasar ekspor menjadi tumpuan utama. Untuk mengatasi kekhawatiran kekurangan, pemerintah Jepang mulai mempertimbangkan subsidi bagi petani teh agar beralih dari menanam teh daun biasa ke tencha, bahan dasar matcha. Namun, para ahli mengingatkan bahwa produksi matcha tidak mudah ia membutuhkan proses panjang, ketelitian tinggi, dan hasil panen yang terbatas.
Daya tarik matcha bukan hanya karena keunikannya, tetapi juga khasiat kesehatannya. Matcha dikenal memiliki efek menenangkan, meningkatkan fokus, dan mengandung antioksidan tinggi. Meski beberapa wisatawan awalnya skeptis terhadap rasa pahit-alami matcha, banyak yang kemudian jatuh cinta setelah mencoba langsung di Jepang dalam suasana budaya yang mendalam.
Perjalanan Panen Tencha yang Panjang
Meningkatnya popularitas matcha yang makin tinggi memang bagai buah simalakama bagi jepang. Lonjakan permintaan terhadap matcha telah mengubah kota Uji menjadi pusat wisata global, sekaligus menempatkan industri teh Jepang pada persimpangan penting. Di satu sisi, ini adalah peluang ekonomi dan diplomasi budaya. Di sisi lain, Jepang harus menjaga keberlanjutan produksi sambil mempertahankan kualitas dan nilai tradisionalnya. Dan bagi kita sebagai konsumen, mencintai matcha juga berarti menghormati asal-usulnya.
Salah satu penyebab matcha yang semakin langka adalah proses panen hingga menjadi matcha melalui proses yang cukup panjang. Karena prosesnya sangat teliti dan memakan waktu, panen tencha biasanya hanya satu kali setahun untuk kualitas terbaik. Semua tahapan dari shading hingga penggilingan memengaruhi rasa, warna, dan kualitas matcha yang dihasilkan.
Berikut adalah tahapan dan cara panen tencha:
Naungan (Shading) Sebelum Panen
Proses ini dilakukan 20 sampai 30 hari sebelum panen. Tujuan dari naungan adalah mengurangi paparan sinar matahari agar daun teh menghasilkan lebih banyak L-theanine (asam amino yang memberi rasa umami dan efek menenangkan) dan mengurangi katekin (penyebab rasa pahit).
Metode ini dilakukan dengan menutup semak teh dengan jaring jerami atau kain hitam (kasa), baik secara tradisional (dengan bambu dan jerami) maupun modern (dengan kain plastik atau sintetis).
Panen Daun Tencha
Waktu Panen umumnya pada akhir April hingga Mei. Daun yang diambil hanya tunas daun muda teratas (2–3 pucuk paling atas). Panen dilakukan dengan dipetik tangan untuk kualitas premium dan memakai pemotong daun untuk produksi yang lebih besar.
Penguapan
Setelah dipanen, daun segera dikukus selama 20–30 detik untuk menghentikan proses oksidasi. Cara ini menjaga warna hijau cerah dan mempertahankan rasa khas matcha.
Pengeringan dan Penggilingan Awal
Setelah daun diuap kemudian dikeringkan dengan udara panas. Caranya tidak digulung seperti sencha, tetapi tetap dalam bentuk daun utuh yang pipih. Hasil akhirnya dari metode ini disebut tencha.Sortir dan Penggilingan Menjadi Matcha
Proses ini merupakan proses akhir. Batang dan urat daun dihilangkan, kemudian digiling perlahan dengan batu granit menjadi bubuk super halus. Inilah yang kemudian disebut bubuk matcha.
Dengan meningkatnya popularitas matcha di seluruh dunia, penting bagi konsumen untuk tidak hanya mengagumi rasanya, tetapi juga menghargai nilai budaya dan keterbatasan produksinya. Mengonsumsi matcha secara bijak berarti memahami bahwa di balik secangkir matcha terdapat proses panjang, tradisi mendalam, dan kerja keras petani Jepang.