Sukses

Food

7 Tips Mengolah Daging Kurban agar Empuk, Tidak Amis, dan Siap Masak

Fimela.com, Jakarta Ada satu momen yang selalu datang dengan semangat berbagi, tetapi juga sering diikuti dengan kebingungan di dapur: saat menerima daging kurban. Antusiasme menyambut berkah ini kadang langsung berubah jadi tanya besar, yaitu kenapa dagingnya alot, amis, dan butuh perjuangan ekstra untuk siap masak?

Sahabat Fimela, kalau daging kurbanmu selalu berubah jadi tantangan kuliner tahunan, barangkali yang perlu dibenahi bukan bahan dasarnya, tapi cara mengolahnya. Daging yang berkualitas bisa jadi terasa gagal di lidah kalau langkah awalnya salah arah. Berikut ini ada sejumlah tips sederhana yang bisa dicoba dalam mengolah daging kurban agar lebih mudah dimasak dengan hasil yang lebih lezat. Selengkapnya, simak uraiannya di bawah ini.

1. Istirahatkan Daging

Sahabat Fimela, kesalahan pertama yang sering terjadi adalah langsung memasak daging kurban sesaat setelah diterima. Padahal, daging baru dipotong masih mengalami proses rigor mortis, yaitu fase kaku alami pada otot hewan. Jika dipaksakan masuk panci atau penggorengan, hasilnya akan alot walau sudah direbus berjam-jam.

Berikan waktu 6–12 jam untuk proses pelunakan alami. Simpan di suhu kulkas (bukan freezer), dan biarkan otot-otot daging relaksasi. Ini bukan soal menunda kenikmatan, tapi soal menghormati proses alami. Daging yang diberi waktu akan menghadiahkan kelembutan tanpa harus disiksa dengan empuk instan.

Bumbu apapun tidak bisa menyelamatkan tekstur yang salah langkah sejak awal. Maka dari itu, jika ingin rasa enak dan tekstur yang memikat, mulai dari manajemen waktu yang bijak.

2. Pisahkan Bagian Daging dengan Benar

Tidak semua bagian daging kurban layak dimasak dengan cara yang sama. Kesalahan umum adalah memasukkan semua bagian—daging, lemak, dan urat—dalam satu masakan, berharap hasilnya tetap nikmat. Padahal masing-masing komponen punya karakter berbeda.

Sahabat Fimela, pisahkan bagian berlemak untuk masakan berkuah, dan simpan urat untuk masakan bersantan atau bertekstur. Jangan biarkan lemak menodai aroma daging dengan bau amis yang menyusup halus tapi mematikan selera.

Gunakan pisau tajam, lalu potong dengan arah melintang serat. Teknik ini bukan sekadar gaya dapur, tapi cara ilmiah agar struktur otot lebih mudah lunak saat dimasak.

3. Rendam dengan Air Garam

Selain mengandalkan rendaman rempah acak, salah satu cara efektif yang bisa dicoba adalah merendam daging dalam larutan garam ringan selama 30–60 menit. Bukan hanya membantu menetralisir bau amis, larutan ini juga membuka pori-pori daging agar bumbu meresap lebih dalam.

Kadar garam yang tepat, sekitar 5–10 gram per liter air, cukup untuk menarik kelembapan berlebih tanpa merusak struktur daging. Jangan gunakan cuka atau jeruk nipis di tahap ini—itu justru bisa membuat daging jadi keras sebelum waktunya.

Sahabat Fimela, pendekatan ini jauh lebih logis dibanding membanjiri daging dengan bahan-bahan kuat yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Kesederhanaan kadang justru bekerja paling ampuh.

4. Angin-Anginkan sebelum Dimasak

Sering kali orang fokus pada cara “menutupi” bau daging, bukan menghilangkannya. Padahal, menutup bau hanya memindahkan masalah ke hidung orang lain saat masakan tersaji.

Setelah proses perendaman, tiriskan dan angin-anginkan daging di ruang dengan sirkulasi udara baik selama 15–20 menit. Proses ini membantu menguapkan senyawa volatil penyebab bau, sekaligus mengeringkan permukaan daging agar tidak basah saat dimasak.

Sahabat Fimela, ini bukan tips dapur rumahan biasa, melainkan metode yang diadopsi dari teknik dry-aging yang lebih sederhana dan alami, tapi cukup efektif untuk hasil rumahan.

5. Masak dengan Api Pelan di Awal

Memasak daging kurban sebaiknya mengikuti logika panas yang bertahap. Langkah terbaik adalah memasak dengan api kecil dulu, baru meningkat di pertengahan proses. Proses ini menjaga jaringan otot tidak kaget terhadap panas tinggi yang mendadak.

Jika memakai panci presto, beri waktu daging “berkenalan” dulu dengan suhu panas pelan tanpa ditutup, sekitar 10 menit, baru lanjutkan proses bertekanan. Ini membuat tekstur lebih stabil dan tidak hancur berlebihan.

Sahabat Fimela, kesabaran dalam suhu akan membuahkan kelembutan dan rasa yang seimbang. Jangan tergoda untuk menyalakan api besar dan berharap hasil masakan cepat jadi.

6. Gunakan Bumbu Seperlunya

Daripada memasukkan semua rempah yang ada di dapur, fokuslah pada bumbu yang memang menguatkan karakter daging, bukan menutupinya. Kombinasi sederhana seperti bawang putih, ketumbar, dan jahe justru lebih optimal.

Gunakan teknik sauté (tumis) bumbu sampai matang sebelum masuk ke daging. Aroma dasar yang sudah matang akan meresap lebih dalam, dan membantu mempertegas rasa alami dari daging kurban itu sendiri.

Sahabat Fimela, daging kurban punya nilai yang lebih dari sekadar protein. Layak diperlakukan dengan sederhana tapi bermakna, termasuk dari pilihan bumbunya.

7. Jangan Masak Terlalu Lama

Tingkat kematangan daging bukan hanya soal “sudah matang” atau belum. Daging kurban terbaik adalah yang mencapai titik juicy—tidak kering, tidak mentah, dan tidak overcooked. Kuncinya ada di pengaturan waktu dan suhu.

Jika merebus, jangan lebih dari 90 menit untuk bagian daging biasa, dan 120 menit untuk urat atau kikil. Jika membakar, jaga suhu tetap di bawah 180°C, dan bolak-balik seperlunya saja. Jangan tusuk-tusuk daging terlalu sering, karena cairan alami akan terbuang sia-sia.

Sahabat Fimela, rasa terbaik hadir saat kamu tahu kapan harus berhenti memasak. Titik itu yang membuat perbedaan antara daging yang biasa dan daging yang berkesan.

Mengolah daging kurban bukan sekadar soal teknik memasak, tetapi soal kepekaan terhadap bahan yang datang dengan niat baik dan nilai ibadah. 

Semoga tips dan cara-cara di atas bisa membantumu dalam mengolah daging yang lebih enak dan hasil masakan yang lebih lezat. 

Selamat memasak, semoga berkah kurbanmu semakin terasa dari piring pertama.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading