Sukses

Info

Kisah Pilu Atlet Wanita Pertama Afghanistan, Gagal Tanding di Paralimpiade Tokyo 2020 karena Pergolakan di Negaranya

Fimela.com, Jakarta Zakia Khudadadi sedianya akan menjadi atlet wanita pertama yang mewakili Afghanistan dalam Paralimpiade Tokyo 2020. Namun mimpi itu harus sirna seketika lantaran pergolakan yang terjadi di negaranya.

Kekacauan di kota Kabul akibat invasi pasukan Taliban membuat atlet taekwondo tersebut gagal berangkat ke Tokyo. Chef de Mission Arian Sadiqi dari Komite Paralimpiade Afghanistan yang berbasis di London mengonfirmasi bahwa dua atlet dari negaranya, Zakia Khudadadi dan atlet lari Hossain Rasouli tidak bisa mengikuti Paralimpiade Tokyo 2020 yang dimulai 24 Agustus 2021.

“Sayangnya karena pergolakan yang sedang terjadi di Afghanistan, maka tim tidak bisa meninggalkan Kabul tepat waktu,” kata dia, dikutip dari Reuters.

Menanti secercah harapan

Meski begitu, Zakia masih menanti secercah harapan. Dalam sebuah pesan video, Atlet 23 tahun ini meminta bantuan agar dirinya bisa diberangkatkan untuk tanding di Paralimpiade Tokyo 2020.

“Sebagai anggota putri NPC Afghanistan, para-taekwondo, dengan segala perjuangan yang telah saya tempuh, saya sekarang terpenjara di rumah. Saya bahkan tidak bisa keluar rumah dengan yakin dan aman untuk membeli sesuatu untuk diri sendiri, berlatih, menengok kabar orang lain, atau untuk seseorang mengecek saya tidak keluar dari kompetisi," tuturnya, dikutip dalam akun Twitter @TheNationalNews.

Zakia mengungkapkan dirinya tak bersama keluarganya yang tinggal di kota Herat karena kota tersebut telah jatuh ke tangan Taliban. Kini, dia menetap bersama anggota keluarga besar di Kabul yang tak punya makanan cukup untuk anak-anak mereka. Ia khawatir kehadirannya menjadi beban tambahan untuk mereka.

"Saya meminta kepada Anda semua, bahwa saya seorang wanita Afghanistan dan sebagai perwakilan Afghanistan meminta Anda untuk membantu saya. Niat saya adalah untuk berpartisipasi dalam Paralimpiade tokyo 2020, tolong pegang tangan saya dan bantu saya," ujarnya.

"Saya mendesak Anda semua, wanita di seluruh dunia, lembaga yang melindungi hak-hak perempuan, pemerintah, untuk tidak membiarkan hak-hak seorang wanita Afghanistan dalam gerakan Paralimpiade dibunuh begitu saja," tambahnya.

Respon komite internasional

Presiden Komite Paralimpiade Internasional (IPC), Andrew Parsons mengaku prihatin atas nasib yang menimpa dua atlet Afghanistan  tersebut. Meski demikian, Parsons mengaku tak punya pilihan lain atau jalan keluar yang aman untuk membantu mereka pergi dari Afghanistan.

"Karena situasi yang sangat serius di negara ini, semua bandara ditutup dan tidak mungkin bagi mereka untuk berangkat ke Tokyo," kata juru bicara IPC, Craig Spence.

Parsons menambahkan bahwa komite akan bekerja dengan tim Afghanistan untuk mendukungnya mengejar mimpinya lagi, termasuk kemungkinan berkompetisi di Olimpiade di Paris pada 2024. Tapi sekarang "terlalu cepat" untuk membahas rencana, katanya.

Sementara itu, Upacara Pembukaan Paralimpiade Tokyo 2020 telah digelar Selasa malam, (24/8/2021). Kemeriahan upacara ini diwarnai momen haru sekaligus ironi. Bendera Afghanistan dikibarkan dalam defile tanpa kehadiran satu pun atletnya.

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading