Sukses

Lifestyle

Kehilangan Pekerjaan dan Mengasuh Anak Meningkatkan Kekerasan Berbasis Gender Selama Pandemi COVID-19

Fimela.com, Jakarta Pandemi COVID-19 sangat berpengaruh pada tatanan sosial yang meningkatkan kekerasan di kalangan masyarakat. Sebuah studi yang dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP) dan Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab South East Asia (J-PAL SEA) menyebut sedikitnya 42 persen masyarakat mengalami bentuk kekerasan berbasis gender.

Penelitian yang bertujuan "Memahami Kesejahteraan dan Penghidupan Masyarakat Saat Pandemi COVID-19" ditujukan untuk mengetahui bagaimana kekerasan berbasis gender akibat situasi ekonomi dan pekerjaan mengasuh anak yang tidak dibayar masih terus terjadi.

Studi yang dilakukan daring dan melalui wawancara telepon ini melibatkan 1000 responden dari provinsi Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. 46,5 % di antaranya adalah perempuan.

Dari hasil studi tersebut menyebutkan bahwa 8% perempuan kehilangan pekerjaan dan 15,2% laki-laki menganggur akibat pandemi COVID-19. Sebanyak 53% responden pun menyebut bahwa dirinya kehilangan pekerjaan karena tekanan ekonomi akibat pandemi.

 

Pencegahan lewat pemberdayaan perempuan

Perubahan ini berpengaruh pada kesehatan mental dan menimbulkan konflik dalam keluarga karena terlalu lama dekat satu sama lain yang ditambah dengan beban penggangguran dan stres. Pekerjaan mengasuh anak yang tidak merata antara ibu dan ayah menyebabkan ketimpangan. Di mana perempuan menghabiskan lebih dari tiga jam untuk mengasuh anak, sementara laki-laki di bawah dua jam sehari.

“Pandemi telah menghambat penyediaan layanan bagi para korban GBV. UNDP, pemerintah, dan para mitra kami telah berupaya untuk memastikan kelangsungan penyediaan layanan yang aman bagi para korban GBV. Tetapi respon yang paling efektif terhadap GBV adalah pencegahan," ungkap Norimasa Shimomura Resident Representative UNDP Indonesia.

Lebih lanjut Norimasa menyebut tindak pencegahan menjalankan fungsi pemberdayaan perempuan. Menurutnya pemberdayaan perempuan baik di dalam rumah tangga, dan di tempat kerja, formal maupun informal serta memastikan kontribusi merekakepada masyarakat akan membantu mengurangi potensi kekerasan berbasis gender.

 

Alasan terjadinya kekerasan

Studi ini tidak menyimpulkan adanya perbedaan gender dalam hal pelecehan untuk semua jenis kekerasan. Namun, situasi keuangan, pengangguran, dan kebutuhan meluangkan waktu bagi anak menjadi alasan terjadinya kekerasan berbasis gender.

Responden perempuan melaporkan masalah terkait pekerjaan rumah tangga sebagai salah satu penyebabnya. Sementara responden laki-laki menyebut beban kerja yang berat dan jam kerja yang panjang menjadi alasan terjadinya kekerasan.

Simak video berikut ini

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading