Sukses

Lifestyle

Eksklusif Riezka Rahmatiana, Berbisnis Demi Hidup yang Mandiri

Fimela.com, Jakarta Para penikmat kuliner di Bandung mungkin sudah familiar dengan Tokyo Banana. Sebuah cake yang berbentuk pisang dengan isi fla yang rasanya beragam. Jajanan yang sedang booming ini ternyata pemiliknya Riezka Rahmatiana. 

Tokyo Banana ini sebenarnya merupakan inovasi dari produk pisang ijo miliknya. Sebelumnya, Riezka telah mencoba delapan usaha lain. Namun semuanya gagal. Meskipun begitu, perempuan berhijab ini tak ingin menyerah.

Seakan tak pernah kapok, Riezka telah melalui berbagai hal selama membangun bisnisnya. Dia bahkan sempat ditipu dan uang investasi ratusan juta rupiah miliknya hilang tanpa sisa. Namun, dia tetap semangat membangun impiannya, yaitu mandiri, tanpa menyusahkan orangtua. 

Riezka, meski terlahir dari keluarga berkecukupan, dia tidak mau meminta bantuan kepada orangtua. Dia memilih untuk menjual kamera SLR-nya untuk modal usaha lain.

Riezka Rahmatiana. (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

"Walaupun saya berasal dari keluarga berkecukupan, saya tidak meminta bantuan kepada orangtua. Lagi pula tidak diizinkan. Orangtua saya bilang tidak boleh," katanya kepada Karla Farhana, saat dikunjungi di sebuah hotel di Jalan Antasari.

Riezka bercita-cita ingin membuat sebuah Food Factory. Dia ingin produk Tokyo Banana ini menjadi salah satu oleh-oleh khas Indonesia yang digemari banyak orang. Meski kini sudah dianggap sebagai Women Entrepreneur yang sukses di usia muda, Riezka dan suami tak akan pernah berhenti melangkah dan mengembangkan bisnis kulinernya. 

Riezka Rahmatiana. (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Riezka telah lama bergelut dengan dunia usaha. Bahkan, sejak di bangku sekolah dia kerap menjual barang-barang sederhana. BUkan demi memenuhi kebutuhan, tapi dia memang memiliki passion di bidang bisnis. Mulai dari situlah, hobi berjualan akhirnya membawa Riezka Rahmatiana mendirikan Tokyo Banana. Meskipun telah memiliki banyak pengalaman, dia tetap saja mengalami berbagai rintangan dan juga cobaan. Dia menceritakan kisahnya mendirikan Tokyo Banana kepada Bintang.com. Berikut ini kutipan wawancara selengkapnya.

Gemar Berbisnis Sejak Duduk di Bangku Sekolah

Tak heran mengapa Riezka bisa sukses di usia yang sangat muda. Ternyata, dia sudah memiliki kegemaran menjual banyak barang sejak duduk di bangku sekolah. Dulu, bahkan dia sempat menjual perangko dan kertas orji. 

Sejak kapan sudah gemar berbisnis atau memulai usaha?

Jadi, saya sudah mulai membuka usaha dari umur 18 tahun. Pada waktu itu saya menjual roduk kesehatan. Saya memang dari dulu suka dagang. Bahkan pada saat saya masih sekolah sebelumnya, saya pernah berjualan donat, stiker. Dulu waktu zamannya anak-anak kumpulkan perangko, saya juga suka jualan filateli. Saya jual kumpulan perangko-perangko itu.

Saat pertama kali memulai usaha, apakah ada pengalaman buruk yang tak terlupakan?

Pada saat umur 18 tahun ini, baru jualan yang agak besar skalanya. Saya gabung dengan MLM dengan produk kesehatan. Investasinya Rp 150 juta. Waktu itu saya pakai tabungan pribadi. Ternyata, saya dibohongi. Leadernya kabur. Bawa uang Rp 150 juta. Saya akhirnya kelimpungan. Tidak ahu harus bagaimana.

Bagaimana reaksi kedua orangtua saat pengalami kegagalan pertama?

Modal saya itu memang pakai tabungan pribadi saya. Jadi orangtua saya tidak tahu kalau saya ikut MLM dan akhirnya dibohongi. Karena memang mereka tidak mengizinkan saya untuk membuka usaha. Saya merasa down. Saya tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa. Harus mengadu kepada siapa. Kalau saya ngomong sama orangtua, nanti akan lebih shock lagi. Saya hanya bisa diam dan menangis setiap hari.

Apa yang selanjutnya Mbak Riezka lakukan?

Kemudian, saya ingat kalau saya punya kamera. Jadi itu kamera SLR. Saya uangkan karena saya kan tidak punya uang. Tapi, SLR seharga Rp 4 juta itu malah saya jual seharga Rp 150 ribu! Karena pada saat itu saya tidak mengerti. Nah, dari hasil jual kamera itu, saya jualan pulsa elektronik. Saya tawari teman-teman di kampus. Untungnya, saya mendapat omset yang lumayan dari berjualan pulsa.

Riezka Rahmatiana. (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Apakah kegagalan ini kegagalan satu-satunya?

Nah, setelah dapat omset, saya ingin membuka sebuah usaha lebih besar. Saya coba buka café. Gagal lagi! Saat itu kalau tidak salah tahun 2005. Satu tahun kemudian, akhirnya saya memutuskan untuk berjualan anek jus strawberry. Nah, yang ini agak lumayan. Dari situ saya bisa mendapatkan omset.

Kapan pada akhirnya Mbak Riezka memulai usaha pisang ijo?

Nah, itu setelah berjualan aneka jus strawberry. Tahun 2007, saya mulai usaha pisang ijo. Sebelum itu, semua usaha sebelum pisang ijo ini gagal semua. Jaadi, usaha pisang ijo ini adalah usaha yang kesembilan.

Dari mana mendapatkan ide berjualan es pisang ijo?

Jadi, saat itu saya sedang berada di Makassar. Saya saat itu makan es pisang ijo. Dan saya suka banget. Rasaya sangat enak. Dari situ saya mendapatkan ide.

Setelah itu, apakah Mbak Riezka belajar membuat pisang ijo dari pemilik toko tersebut?

Saya belajar sendiri. Saya browsing cari-cari resep es pisang ijo. Setelah belajar, coba sana-sini, saya akhirnya memberanikan diri untuk berjualan menggunakan etalase di pinggir jalan.

Riezka Rahmatiana. (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Berapa lama hingga menemukan resep yang pas?

Waktu itu saya benar-benar hanya browsing. Jadi saya mencoba sendiri di rumah. Resep pertama gagal, cara resep kedua. Resep kedua gagal, cari resep ketiga. Terus begitu, sampai akhirnya dapat resep yang pas. Kurang lebih tiga minggu sampai akhirnya menemukan resep yang pas.

Berapa modal pertama saat berjualan pisang ijo?

Gerobak pertama itu modalnya Rp 2 juta. Biasalah, itu modal standar jualan gerobakan pada saat itu. Saya dibantu oleh teman pada saat itu.

Saat itu, usahanya langsung laris?

Tidak. Saya mengalami banyak kesulitan juga saat itu. Jadi, saat itu kan saya masih kuliah. Bulan pertama belum laku. Bulan kedua juga masih belum laku. Tapi saya terus berusaha untuk jualan setiap hari. Akhirnya, bulan ketiga baru banyak yang beli. Dari situ, usaha berkembang dan semakin besar. Sampai akhirnya, usaha saya tumbuh menjadi usaha yang lebih profesional. Saya menggunakan beberapa karyawan. Dari situ akhirnya usaha pisang ijo terus berkembang.

Semua Berawal dari Satu Gerobak

Siapa sangka, berjualan pisang ijo saja bisa menjadi sebuah bisnis yang begitu sukses. Riezka awalnya berjualan pisang ijo hanya dengan satu gerobak. Namun, dengan strategi marketing dan juga kegigihan, satu gerobak akhirnya menjamur menjadi banyak gerobak yang tersebar di berbagai daerah. 

Dari satu gerobak, sekarang sudah ada berapa outlet?

Saya buka outlet satu, outlet dua, outlet tiga. Sampai akhirnya sekarang sudah ada banyak. Ada outlet di Jabodetabek, Malang, Sidoarjo, Palembang, Makassar, dan juga Papua.

Bagaimana caranya, dari satu gerobak menjadi banyak outlet?

Iya, jadi awalnya, pemasarannya juga agak sulit. Karena, ini es pisang ijo. Belum terlalu banyak orang yang tahu. Apa lagi, es pisang ijo saya agak berbeda. Pakai bubur sum-sum. Jualannya di Bandung pula. Dulu, di Makassar pun susah cari pisang ijo. Soalnya, di sana es pisang ijo hanya ada pada saat puasa. Adanya di restoran besar. Dan bukan menjadi menu utama. Lagi pula, tidak semua restoran di Makassar jual pisang ijo.

Karena memang belum terlalu banyak orang yang tahu akhirnya saya berpikir begini. Saya juga pisang ijo saya sebagai menu utama. Dengan keunikan yang sudah saya kreasikan. Cuma memang butuh waktu dan jerih payah hingga akhirnya banyak orang yang tahu dengan produk saya. Malah awalnya kan sempat tidak laku dua bulan.

Apa strategi marketing yang Mbak Riezka gunakan untuk memasarkan es pisang ijo?

Saat itu masih zamannya Friendster. Saya tidak mungkin jualan di sana. Dulu juga belum ada Instagram dan lainnya. Akhirnya saya memasarkannya hanya dengan menggunakan tester. Saya juga ikut bazar-bazar dan beberapa expo.

Riezka Rahmatiana. (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Siapa yang menemani Mbak Riezka selama mengalami jatuh-bangunna mendirikan usaha ini?

Saya memang dibantu suami saya. Kami memang berusaha bersama-sama. Suami saya juga ada bisnis lain. Tapi produknya masih serupa. Jadi, usaha suami saya, pisang ijo, Tokyo dan Bandung Banana, semuanya masih dalam satu manajemen.

Apakah ada inovasi atau tambahan menu dalam usaha pisang ijo ini?

Nah, pada tahun 2014, saya inovasi. Karena saya suka sekali dengan pisang, inovasinya juga tidak jauh dari pisang. Saya buat cake yang bentuknya pisang. Nah, cake pisang ini isinya fla dengan berbagai rasa. Ada fla, cokelat, vanilla, durian.

Apa alasannya Mba Riezka membuat inovasi ini?

Jadi kan saya jualan pisang ijo. Nah, banyak orang yang ingin membawa pisang ijo ke mana-mana. Mungkin dibawa untuk pergi ke kampus. Atau pergi ke luar kota. Nah, es pisang ijo ini kan repot kalau dibawa kemana-mana. Akhirnya saya berpikir, makanan bertema pisang apa yang praktis dan bisa dibawa ke mana-mana. Akhirnyanya, tercetuslah ide ini.

Apa nama cake pisang ini?

Karena di Jepang ada yang namanya Tokyo Banana, akhirnya saya juga namakan cake pisang ini dengan Tokyo Banana.

Apakah ada perbedaan antara bisnis pisang ijo dengan Tokyo Banana?

Kalau es pisang ijo itu kan saya buka outlet di mana-mana. Hampir seluruh Indonesia. Cara jualannya juga menggunakan gerobak. Nah, kalau Tokyo Banana, saya jualannya pure online. Saya tidak buka outlet. Cara pemasarannya juga secara online. Saya menggunakan media sosial. Mulai dari Instagram, Twitter, bahkan paka online advertising.

Apakah ada produk baru lain selain Tokyo Banana?

Ada saya buat Bandung Banana. Tapi, itu hanya ada di Bandung. Bedanya dengan Tokyo Banana, Bandung Banana itu lebih kecil-kecil. Rasanya kami sengaja pilih yang kekinian. Misalnya, nutela, oreo, kit-kat. Sementara, Tokyo Banana rasanya lebih ke buah-buahan. Ada cokelat, strawberry, durian, dan lainnya.

Riezka Rahmatiana. (Foto by Deki Prayoga/Bintang.com, Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Sempat tak diizinkan berjualan, apa yang membuat Mbak Riezka tetap ingin menjalani usaha?

Karena, kedua orangtua saya bekerja kantoran. Mereka ingin saya lulus kuliah lantas kerja seperti mereka. Tapi, saya tidak mau. Nah, karena dilarang inilah saya jadi terpacu. Saya harus bisa membuktikan kepada orangtua saya, kalau saya itu sebenarnya bisa sukses, meskipun tidak mengikuti jalan hidupnya orangtua.

Berasal dari keluarga berkecukupan, kenapa rela bersusah payah berjualan?

Gimana, ya? Saya itu melihat kedua orangtua saya yang bekerja kantoran tidak tertarik. Mereka terlihat seperti monoton. Sering keluar kota. Pokoknya saya tidak mau. Meskipun saya berasal dari keluarga berkecukupan, saya ingin mandiri. Saya ingin membuktikan kalau saya itu mampu.

Apakah ada impian yang belum sempat tercapai hingga sekarang?

Saya sih sebenarnya ingin membuat seperti Food Factory. Jadi skalanya sudah besar. Saya juga ingin, orang itu kalau ke Indonesia, ya oleh-olehnya Banana produk saya. Mau es pisang ijo, Tokyo atau juga Bandung Banana. 

Hingga kini, Riezka sudah mengikuti berbagai perlombaan bisnis, sejak 2008 silam. Tahun 2009, Riezka mengikuti lomba Wirausaha Mandiri. Tahun berikutnya, dia juga ikut lomba Pemuda Berprestasi. Kesemuanya dia sabet sebagai pemenang. Selain mengikuti lomba, Riezka juga mengikuti beberapa komunitas, seperti HIPMI dan Womenpreneur, sejak 2013. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading