Sukses

Lifestyle

Sado-masochism? Kelainan Bukan, Sih?

Berbagai macam gaya bercinta ‘beredar’ di seluruh dunia. Ditunjang dengan budaya era digital yang serba internet-based, penyebarannya pun menjadi begitu massive dan cepat, ya, Ladies. Bayangkan beberapa tahun yang lalu saat internet belum sepopuler sekarang di Indonesia, mungkin menemukan CD porno asli dari Jepang tidak akan semudah sekarang. Nah, salah satu gaya bercinta yang kemungkinan besar dicontoh orang-orang dari konten pornografi adalah sado-masochism.

Sado-masochism adalah gaya bercinta yang memerlukan rasa sakit untuk membuatnya semakin seru dan menggairahkan. Jadi, jika Anda ingin melakukannya, Anda harus saling memberi dan menerima rasa sakit dari pasangan Anda. Rasa sakitnya bisa ditimbulkan oleh apa saja, mulai dari cakaran, gigitan, tamparan, lecutan, jambak rambut, dan pukulan. Ada dua peran dalam gaya bercinta ini, yakni si sadist dan si masochist. Sadist adalah pemberi rasa sakit, dan masochist adalah penerima rasa sakit.

Ngeri jika dibayangkan? Bukannya itu kelainan seksual? Masa’ iya ada orang yang maunya bercinta malah dipukul dan ditampar supaya makin bergairah? Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini muncul di benak Anda, ya, Ladies. Namun, seperti yang dilansir dari helium.com, ternyata sado-masochism yang tidak dilakukan setiap saat ketika bercinta bisa jadi bukanlah sebuah kelainan seks, melainkan hanya variasi saja.

Sado-masochism pun berbeda dengan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Dalam tindak kekerasan, seorang sadist lah yang memiliki kontrol terhadap penerima rasa sakit. Namun, dalam sado-masochism malah si masochist lah yang memiliki kendali penuh tentang bagaimana dan di mana ia menginginkan rasa sakitnya. Jika dirasa ingin berhenti pun, ia yang memberikan ‘safe word’ yakni tanda untuk berhenti.

So, you wanna try?

 

Oleh: Mazhi

(vem/riz)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading