Filosofi Dibalik Isi Seserahan Pernikahan II

Setiap tradisi pasti mengandung nilai filosofs yang begitu dalam, begitu juga dengan isi seserahan pernikahan dalam adat Jawa. Karena makna filosofisnya itulah, seperti yang disebutkan oleh houseofseserahan.com, seserahan ini sudah menjadi budaya yang integral dengan prosesi pernikahan secara keseluruhan.

Melanjutkan artikel sebelumnya, berikut makna dari tiap jenis hantaran seserahan yang mungkin belum Anda ketahui sebelumnya.

5. Perhiasan
Berbeda dengan cincin nikah yang memang menjadi pengikat simbolis suami istri, satu set perhiasan yang menyertai cincin nikah ini mempunyai makna tersendiri, lho. Dilangsir dari souvenirnikah.com, perhiasan ini menyimbolkan sinar yang akan selalu dipancarkan pengantin wanita di kehidupan baru yang akan ditempuhnya.

Wah, bagaimana Anda bisa tidak bersinar dengan emas dan berlian yang senantiasa berkilau di badan Anda? Bercanda, Ladies. Intinya, be shiny as a diamond will be!

6. Lengketan
Jajanan tradisional yang dibuat dari beras ketan ini memang merupakan salah satu hantaran seserahan khas Jawa. Maknanya adalah untuk menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangga kedua calon suami istri tersebut.

Jadi, sebagaimana beras ketan yang menjadi lengket setelah dimasak, diharapkan cinta kedua mempelai tersebut akan selalu lengket hingga akhir hayatnya. Wow, romantis sekali ya, Ladies?

7. Buah-buahan
Buah-buahan terkadang diartikan sebagai lambang cinta pasangan kekasih yang akan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Namun, ternyata tiap buah juga mengandung arti khusus, lho.

Misalnya saja, buah jeruk gulung. Dilangsir melalui bimbingan.org, buah jeruk ini merupakan perlambang tekad yang bulat diantara kedua pasangan untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama. Sedangkan pisang ayu merupakan lambang sedyo rahayu, atau kesejahteraan yang akan menyertai kehidupan baru kedua mempelai.

Ternyata, barang-barang seserahan bukan merupakan kado belaka, ya. So, know your tradition better before starting the wedding-gifts-shopping, Ladies!

Oleh: Adienda Dewi Saraswati