Sukses

Lifestyle

Nasib Bayi Yunani Kuno Tergantung Status Hubungan Seksual Orang Tua

Menjadi seorang istri dan sekaligus sebagai seorang ibu adalah merupakan tanggung jawab yang besar bagi wanita pada zaman Yunani kuno. Dilansir dari , angelfire.com, kewajiban yang paling penting bagi seorang wanita Yunani yang sudah menikah adalah mengurus rumah tangga dan juga anak.

Angka kelahiran pada zaman Yunani kuno sangat tinggi sehubungan dengan masih terbatasnya alat pengontrol kehamilan waktu itu. Akibatnya, bayi-bayi pun mengalami seleksi alam agar bisa tetap eksis di dunia.

Ya Ladies, karena banyaknya bayi itu, sayangnya, tidak semua bayi yang lahir 'bisa' diterima oleh orang tuanya. Biasanya, setelah melahirkan, sang istri akan menunjukan bayinya kepada suaminya. Suami akan memutuskan akan merawat bayi tersebut atau tidak.

Beberapa pertimbangan akan bayi yang tidak diterima oleh orang tuanya apabila bila bayi tersebut lahir dalam keadaan cacat atau tidak sehat. Itupun jika bayi lahir dalam hubungan seksual yang sah.

Lalu, bagaimana jika bayi tersebut lahir dari hubungan seksual yang terlarang? Wah, hampir dipastikan, bayi haram hasil perzinahan akan mendapat perlakuan khusus yang diskriminatif. Bayi yang baru lahir tersebut tidak akan dibunuh secara langsung oleh orang tuanya, namun umumnya akan ditaruh didalam pot atau kendi kemudian diletakkan begitu saja di jalanan.


Menurut pandangan agama pada zaman itu, hal itu tidak menjadikan orang tua bayi menjadi berdosa karena bayi yang mereka buang mati secara alami oleh karena kelaparan atau kedinginan.

Sangat kontras dengan apa yang terjadi pada bayi yang diterima dan dianggap layak oleh orang tua mereka. Sebuah perayaan yang meliputi pemberian nama bayi dan persembahan bagi dewa-dewi akan diadakan untuk menyambut kehadiran bayi tersebut sebagai anggota keluarga baru. Wah, malang sekali nasib bayi-bayi itu ya, Ladies.

 

Oleh: Ardisa Lestari

(vem/riz)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading