Sukses

Lifestyle

23 Kutipan Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang Memotivasi dan Penuh Makna

Fimela.com, Jakarta Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang diterbitkan pertama kali di tahun 1982, karya Ahmad Tohari yang berasal dari Banyumas. Novel best seller ini telah diadopsi menjadi film Indonesia, yaitu Darah dan Mahkota Ronggeng tahun 1983, serta Sang Penari tahun 2011.

Novel Ronggeng Dukuh Paruk bercerita tentang sebuah kisah cinta, antara Srintil dan Rasus. Srintil adalah seorang penari ronggeng yang jatuh cinta dengan Rasus, yang merupakan tentara. Latar dari novel ini di ambil di tahun 1960, di Dukuh Ronggeng yang waktu itu dilanda kemiskinan, kelaparan dan kebodohan, akibat adanya gejolak politik di zaman tersebut.

Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, terdapat banyak sekali kutipan tentang makna kehidupan, yang dapat dipelajari dan dijadikan sebagai motivasi. Berikut kutipan novel ronggeng dukuh paruk, yang dilansir dari beberapa sumber:

 

Kutipan Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang Memotivasi

1. “Perempuan adalah bubu yang bila sudah dipasang hanya bisa menunggu ikan masuk. Selamanya bubu tak akan mengejar ikan atau memaksanya masuk ke dalam.”

2. “Bahwa rasa dendam mampu membinasakan martabat kemanusiaan. Juga di antara dua orang dusun yang masih terikat pada keserbaluguannya.”

3. “Lalu, apabila kematian adalah keperkasaan kodrati maka kehadirannya, bahkan baru gejalanya, sudah mampu membungkam segala gejolak rasa.”

4. “Kekalahan di bidang politik adalah kesalahan hidup secara habis-habisan dan akibatnya bahkan tertanggung juga oleh sanak-famili.”

5. “Sebentuk roh telah berangkat, kembali ke tempat asal-muasalnya. Hidup telah berjabat tangan dengan mati, lenyaplah sudah diri dan kelakuan karena semua telah larut dalam keberatan semesta.”

6. “Bahwa zaman berjalan sambil mengayun ke kiri dan ke kanan. Setelah Dukuh Paruk mencapai puncak kebanggaan, kini zaman mengayunkannya ke kurun yang membawa serta kebalikannya.”

7. “Betapa kecil manusia di tengah keperkasaan alam. Di bawah lengkung langit yang megah Nyai Sakarya beserta cucunya merasa menjadi semut kecil yang merayap-rayap di permukaan bumi, tanpa kuasa dan tanpa arti sedikit pun.”

8. “Aku tak bisa berkata-kata. Bahkan dalam beradu pandang dengan Srintil, aku kalah. Kurang ajar. Dasar ronggeng, pandangan matanya tak dapat kutantang. Anehnya caranya memandang membuatku senang.”

9. “Bila perempuan sudah berkata tidak, dan hanya tidak, maka susah. Lain bila "tidak" itu masih diikuti kata-kata lagi, masih berbuntut. Maka buntut itu, apa pun bunyinya, adalah sekadar prasyarat, sebuah tantangan yang harus ditundukkan.”

10. “Merugilah orang yang mengabaikan tiga perkara teras kehidupan. Yakni terampil, keutamaan, dan kepandaian. Bila triperkara ini ditinggalkan, punahlah citra keutamaan manusia. Dia tidak lebih utama daripada daun jati kering; melarat, mengemis, dan menggelandang”

Kutipan Novel Ronggeng Dukuh Paruk yang Penuh Makna

11. “Mereka mengira dengan melampiaskan dendam maka urusannya selesai. Nah, mereka keliru. Dengan cara itu bahkan mereka memulai urusan baru yang panjang dan lebih genting. Di dunia ini, Nak, tak ada sesuatu yang berdiri sendiri. Maksudku, tak suatu upaya apa pun yang bisa bebas dari akibat. Upaya baik berakibat baik, upaya buruk berakibat buruk.”

12. “Pengalaman-pengalaman yang lembut dan santai mungkin tidak tercatat dalam garis-garis kehidupan secara nyata. Namun pengalaman-pengalaman yang keras dan getir tentu akan tergores dalam-dalam pada jiwa, pada sikap dan perlakuan, dan tak mustahil akan mengubah sama sekali keperibadian seseorang.”

13. “Inilah yang dulu kukatakan, dalam hidup segala hal mestilah dilakukan pada batas kewajaran. Karena keselamatan berada di tengah antara dua hal yang saling berlawanan. Jadi keselamatan adalah jalan tengah, atau kewajaran atau keberimbangan. Yang kita saksikan akhir-akhir ini adalah kehidupan yang serba tidak wajar, melampaui batas. Dan kehidupan takkan kembali berimbang sebelum dia mengalami akibat ketidakwajaran itu. E, anakku, cucuku, kita sendiri telah ikut-ikutan lupa.”

14. “Seorang anak Dukuh Paruk mempertanyakan mengapa orang-orang komunis demi anu enak saja menghapuskan hak hidup banyak manusia biasa dengan cara yang paling gewang. Dan mengapa orang-orang biasa melenyapkan orang-orang komunis, juga demi anu, dengan cara yang sama. Jadi mengapa manusia bisa tetap eksis ketika kemanusiaan mati.”

15. “Mereka mengira dengan melampiaskan dendam maka urusannya selesai. Nah, mereka keliru. Dengan cara itu bahkan mereka memulai urusan baru yang panjang dan lebih genting. Di dunia ini, Nak, tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri. Tak suatu upaya apa pun yang bisa bebas dari akibat. Upaya baik berakibat baik, upaya buruk berakibat buruk.”

Kutipan Novel Ronggeng Dukuh Paruk tentang Nasihat

16. “Ada kalanya lelaki terkesan oleh perempuan lantaran dia sedang berada di luar lingkungan sehariannya, seperti yang terjadi pada para pekerja pengukur tanah itu. Ada kalanya lelaki tunduk kepada naluri pemberian alam; kecenderungan berpetualang. Ada kalanya pula seorang perempuan memang dibekali kelebihan-kelebihan tertentu sehingga kehidupan memberinya tempat pada wilayah perhatian lawan jenis.”

17. “… kehidupan tidak maju ke depan dalam lintasan lurus, melainkan maju sambil mengayun ke kiri dan ke kanan dengan jarak yang sama jauhnya. Padahal nurani kehidupan tak pernah sekali pun bergeser dari kedudukannya di tengah. Apabila ayunan ke kanan bercorak hitam misalnya maka ayunan ke kiri dalam banyak hal adalah kebalikannya, putih.”

18. “Semuanya mengingatkan Sakarya akan sebatang pohon kelapa yang ditiup angin. Bila angin bertiup dari utara pohon itu akan meliuk ke selatan. Bila angin reda pohon itu tidak langsung kembali tegak, melainkan berayun lebih dulu ke utara. Seperti pohon kelapa itu; sebelum kehidupan kembali tenang lebih dulu harus terjadi sesuatu.”

19. “Maka aku terpaksa percaya akan kata-kata orang bahwa peristiwa penyerahan virginitas oleh seorang gadis tidak akan dilupakannya sepanjang usia. Juga aku jadi percaya akan kata-kata yang pernah kudengar bahwa betapapun ronggeng adalah seorang perempuan. Dia mengharapkan seorang kecintaan. Laki-laki yang datang tidak perlu mengeluarkan uang bila dia menjadi kecintaan sang ronggeng.”

Kutipan Novel Ronggeng Dukuh Paruk sebagai Pengingat Kehidupan

20. “Di bawah sinar pelita yang kuning kemerahan, di antara kain-kain dan bantal yang sudah berwarna tanah, seonggok benda hidup sedang dalam proses menjadi benda mati. Partikel-partikel hidup sedang memisahkan diri dari ikatan organisasi maharumit, mahacanggih, kemudian terurai dari ikatan-ikatan kimiawi oleh bakteri pembusuk untuk selanjutnya kembali larut dalam keberadaan universal.”

21. “Atau siapa tahu sesungguhnya tak ada manusia alim, tak ada masyarakat yang alim. Pabila suatu waktu terlihat gejala kealiman, maka sebenarnya yang terjadi adalah lenyapnya kesempatan-kesempatan bagi perilaku kebinatangan. Ketika tatanan pada suatu saat berantakan, maka akan terjadi banyak celah dari mana tenaga-tenaga potensial menerobos keluar. Tenaga potensial itu adalah naluri hewani, siapa tahu. Hanya yang merasa tatanan pada dirinya tetap saja yang bisa terus bertahan pada citra kemanusiaannya.”

22. “Ronggeng bagi dunia Dukuh Paruk adalah citra sekaligus lambang gairah dan sukacita. Keakuannya adalah tembang dan joget. Perhiasannya adalah senyum dan lirikan mata yang memancarkan semangat hidup alami, semangat yang sama yang telah menerbangkan burung-burung dan memekarkan bunga-bunga. Jadi, ronggeng adalah dunia sukaria dan gelak tawa.”

23. “Pengetahuanku tentang perempuan, baik sebagai pribadi maupun sebagai lembaga, sungguh tak berarti. Namun dengan daya tangkap yang masih sederhana aku dapat mengatakan ada perbedaan kesan antara perempuan terjaga dan perempuan tertidur."

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading