Sukses

Lifestyle

33 Kutipan Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer

Fimela.com, Jakarta Jejak Langkah adalah novel ketiga dari seri Tetralogi Buru yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, atau yang akrab dipanggil Pram. Tetralogi ini diterbitkan pertama kali di tahun 1985, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris, dengan judul Footsteps yang terbit di tahun 1990.

Tetralogi ini menceritakan tentang kisah seorang bangsawan Indonesia, yang bekerja sebagai wartawan perintis, bernama Tirto Adhi Soerjo. Buku ini juga menceritakan tentang kehidupan Minke, seorang narator orang pertama dan memiliki watak protagonis.

 

Buku ini mengambil kisah dengan latar belakang yang terjadi pada tahun 1901 sampai tahun 1912, dengan latar tempat yang berada di pulau Jawa, Hindia belanda, yang sekarang menjadi Indonesia. Dalam buku Jejak Langkah, terdapat banyak sekali kutipan maupun kata-kata yang penuh makna dan inspiratif. Berikut kutipan Jejak Langkah karya dari Pramoedya Ananta Toer:

Kutipan Jejak Langkah

1. Aku datang untuk jaya, besar, dan sukses.

2. Barangsiapa memerlukan pertolongan, dia tempatkan diri dalam keadaan takluk tergantung-gantung pada orang lain.

3. Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia -- dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya.

4. Setiap hak yang berlebihan adalah penindasan.

5. Banyak-banyak berprihatin agar luhur kemudian.

6. Usia empat puluh adalah sebaik-baik usia. Pada umur itu orang mulai menengok-nengok ke belakang dan bertanya pada diri sendiri: apakah telah kau berikan pada kehidupan ini, hei, kau manusia terpelajar?

7. Seorang dokter bukan hanya menyembuhkan penyakit pada badan, juga membangkitkan jiwa bangsa yang mendam ketidaktahuan.

8. Tak ada satria lahir, tumbuh dan perkasa tanpa ujian.

9. Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajika untuknya.

10. Peduli amat keturunan siapa seseorang? Yang jadi ukuran tetap perbuatannya sebagai probadi pada sesamanya.

Kutipan Jejak Langkah

11. Cara priyayi. Seperti kata gadis Jepara itu: sekali seorang Bupati melakukan sesuatu, bawahannya akan meniru. Sedang Bupati hanya meniru Belanda residennya. Meniru atasan jadi pola kebajikan. Tak peduli atasan itu iblis atau hantu dari neraka yang belum terdaftar. Dengan meniru atasan orang semakin mengurangi tanggungjawab pribadi, yang memang sudah kurang dari hanya pas-pasan.

12. Apa? Siapa tidak percaya kau memulai dengan hati yang bersih dan kemauan baik? Kau kira itu saja cukup? Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya, justru yang dicari para bandit. Hati bersih dan kemauan baik, dan kemampuan melaksanakannya belum mencukupi, Nyo, Nak. Belum, masih jauh. Dalam kenyataannya sampai sekarang ini apa kurang banyak orang menggunakan Jesus untuk menindas? Waspdalah.

13. Bantuan keuangan? Bangsa-bangsa di Hindia tidak pernah tidak korup. Mereka korup sudah sejak dunia pikirannya, dari dukun sampai pedagangnya, dari petani sampai rajanya. Mereka tidak mengerti nilai uang. Mereka hanya tahu nilai hawa nafsunya sendiri.

14. Cara berpikir pembunuh cuma satu jalur: bunuh yang tak membenarkan dirinya.

15. Satu juta orang bodoh takkan bisa menggerakkan dan menjalankan satu formasi keretaapi. Tapi satu manusia modern dapat.

16. Setiap permulaan memang sulit. Dengan memulai, setengah pekerjaan sudah selesai.

17. Tak mengenal Hindia berarti juga takkan tahu apa harus diperbuat untuk Hindia.

18. Dan memang pembesar butuh pendengar. Setiap pembesar begitu. Merasa berbobot kalau sudah ngomong, lebih berbobot lagi kalau tak mendengarkan orang lain.

19. Menjawab puji-pujian selalu lebih sulit. Terhadap hinaan atau tantangan sebuah otomatis dalam diri akan menghasilkan segala macam tanggapan, sikap, tindakan, terkemas dalam sederetan kata. Yang ada dalam persediaan untuk pujian hanya satu jenis: terimakasih.

20. Jangan Tuan terlalu percaya pada pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa melahirkan bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya.

Kutipan Jejak Langkah

21. Kalau yang satu mulia, yang lain tidak, kira-kira yang satu sudah merampas kemuliaan yang lain.

22. Tak ada kekeliruan yang tak dapat diperbaiki.

23. Kalau kau menyederhanakan hidup dengan menjabat jadi dokter Gubermen mungkin di rumah sakit, mungkin di kapal, mungkin juga di tangsi, takkan seriuh ini pekerjaanmu. Kau telah memilih.

24. Orang-orang asing datang ke pulau kita dan pada menjadi kaya. Bukan karena kepintaran mereka, karena kebodohan orang kecil kita sendiri.

25. Salah itu sudah salah sejak dalam fikiran. Kalau keliru agak lain. Didalam pikiran benar, dalam pengerjaan tidak benar, itu keliru.

26. Memang semakin jauh orang dari jabatan negeri, semakin bebas jiwanya, semakin bebas sepak-terjangnya, karena memang pikirannya lebih lincah, bisa produktif dan bisa kreatif, mempunyai lebih banyak inisiatif, tidak dibatasi dan dibayang-bayangi ketakutan akan dipecat dari jabatannya.

27. Setiap pandangan dan pendapat baru selalu memanggil lawan.

28. Bagi yang kehausan di gurun pasir setitik embun kotor pun akan diraih, bahkan fatamorgana pun akan diparani.

29. Semua ditentukan oleh keadaan, bagaimana pun seseorang menghendaki yang lain. Yang di gurun pasir takkan menggunakan bahtera, yang di samudra takkan menggunakan onta.

30. Perdagangan adalah jiwa negeri, Tuan. Biar negeri tandus, kering-kerontang seperti Arabia, kalau perdagangan berkembang subur, bangsanya bisa makmur juga. Biar negeri Tuan subur, kalau perdagangannya kembang-kempis, semua ikut kembang-kempis, bangsanya tetap miskin. Negeri-negeri kecil menjadi besar karena perdagangannya, dan negeri besar menjadi kecil karena menciut perdagangannya.

31. Pedagang orang paling giat diantara umat manusia ini, Tuan. Dia orang yang paling pintar. Orang menamainya juga saudagar, orang dengan seribu akal. Hanya orang bodoh bercita-cita jadi pegawai, karena memang akalnya mati. Lihat saja diriku ini. Jadi pegawai, kerjanya hanya disuruh-suruh seperti budak. Bukan kebetulan Nabi SAW pada mulanya juga pedagang. Pedagang mempunyai pengetahuan luas tentang ikhwal dan kebutuhan hidup, usaha dan hubungannya. Perdagangan membikin orang terbebas dari pangkat-pangkat, tak membeda-bedakan sesama manusia, apakah dia pembesar atau bawahan, bahkan budak pun. Pedagang berpikiran cepat. Mereka menghidupkan yang beku dan menggiatkan yang lumpuh.

32. Siapa bisa membebaskan diri dari perdagangan? Tak seorang pun! Sejak dalam kandungan sampai tua renta menghadapi maut orang ikut serta dalam lalu-lintas perdagangan. Dari popok sampai kafan.

33. Setiap sukses seseorang akan mempersatukan kaum dungu untuk menentang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading