Sukses

Lifestyle

Ayah Punya Peran Besar dalam Kesuksesan Karier Anak Perempuannya

Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.

***

Oleh: Tenrita Rizkiati

Ayahku adalah sosok yang tegas, bertanggung jawab dan merupakan rekan yang menyenangkan. Ia lahir di Sulawesi, tapi dengan gagahnya ia merantau ke Pulau Jawa dan jatuh cinta pada ibuku. Mereka menikah dan mempunyai tiga anak, dua laki–laki dan satu perempuan, aku. Begitulah cerita awal antara ayah dan aku. Biasa saja, tidak ada yang istimewa pada mulanya. Memang cerita kami tidak banyak drama dan basa–basi, itulah kami. Tapi bersama kami mewujudkan impian masing–masing, karier yang cemerlang.

Ayahku adalah sosok yang sangat berjasa dalam kehidupan karierku. Ia bukan hanya ada saat pencapaian karierku, tapi juga saat aku jatuh bangun belajar menjadi diriku yang gemilang seperti sekarang. Ia memberikan ketegasan saat aku mulai menyerah dan ikut bertanggung jawab atas diriku saat diriku lelah.

 

Ayahku, Panutanku

Aku ingat dulu aku merasa menjadi anak yang tak bertalenta, hanya bermain dan tidak tahu arah akan ke mana. Tapi ayahku hadir sepenuhnya, ia adalah panutanku, ia yang menuntunku selama proses kehidupanku.

Ia mengarahkan kembali aku ke jalan yang seharusnya. Bersekolah bukan menjadi kewajiban lagi bagiku saat itu, tapi menjadi kebutuhanku. Sekolah adalah jalan setapak yang mengarahkanku menuju karier yang kuimpikan, menjadi seorang arsitek.

Aku berhasil menembus batas di keluargaku, aku diterima di Universitas terbaik di Indonesia, tentu saja di jurusan yang aku mau, arsitektur. Aku ingat ayahku sangat bersemangat melihat hasil ujianku di komputer saat itu. Lalu aku mulai menjalani kehidupanku sebagai mahasiswa arsitektur.

Kuliah tidak selalu menyenangkan ada kalanya aku terjerembap jatuh dengan nilai–nilai yang jauh dari kata memuaskan. Saat orang lain mulai meragukan pilihanku ayahkulah yang menyemangatiku. Ia yang memberikan dorongan padaku hingga aku kembali maju.

Ayahku menjadikan pribadiku pantang menyerah, tidak peduli seberapa sering aku jatuh. Ia pulalah yang bersorak gembira saat nilaiku merangkak naik dari C menuju A. Ayah adalah orang yang pertama yang mengkritik karya ilmiahku dan jadi orang pertama juga yang terharu melihat pencapaian riset skripsiku.

Aku menyelesaikan kuliahku dengan tepat waktu dan dengan hasil akhir yang cemerlang. Skripsiku menjadi pencapaianku yang paling kubanggakan. Hal itu juga tidak lepas dari ayahku yang sangat menyenangkan untuk diajak diskusi. Kami bisa berbicara dengan semangat tentang apa saja.

Aku ingat malam–malam setiap pulang kuliah di dalam mobil yang melaju di jalan tol jagorawi. Ayahku menjemputku dari kampus sambil menyeruput segelas kopi yang ia bawa dari kantornya. Aku sangat menikmati saat–saat kami berbincang berdua di gelapnya jalanan dengan latar suara lagu–lagu pop dari radio.

Biasanya aku dan ayah akan membicarakan banyak hal, dari yang ringan sampai sesuatu yang sangat serius. Kami akan membicarakan tentang keluarga, finansial, politik, hingga yang paling kusuka adalah setiap ia membicarakan masa depanku seolah tidak adalah halangan melintang di hadapanku.

 

Peran Besar Ayah dalam Kesuksesan Karierku

Beliaulah yang menunjukkan betapa banyak yang dapat kucapai dengan otak dan gelar sarjanaku. Aku harap aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama ayahku di dalam mobil yang melaju di tengah hujan yang berderai di Jagorawi.

Aku sangat senang ketika akhirnya aku mendapatkan pekerjaan yang aku impikan. Menjadi tenaga ahli di kementerian yang aku idolakan. Ayahku juga ikut senang dan bersemangat mengarahkanku untuk bekerja di sana. Namun waktu yang kami habiskan bersama pun jadi berkurang karena kesibukanku.

Tiap hari aku berada di kota yang berbeda dengan keluargaku. Aku bekerja ke sana dan ke sini untuk menghadiri tiap rapat. Aku menghabiskan banyak waktu di udara, duduk manis di pesawat, dan terlelap di hotel–hotel yang berbeda tiap waktunya. Aku jarang pulang ke rumah dan itu menguras waktu kebersamaan aku dan keluargaku, termasuk ayahku. Tapi ayah tetap berada di pihakku, ia tetap mendorongku dalam kehidupan karierku.

Walaupun ayahku juga sangat sibuk dengan pekerjaannya tapi ayah selalu menyempatkan untuk berbincang denganku di akhir pekan. Bahkan tak jarang ia menghampiriku ke kantor untuk menghabiskan waktu bersama di jalanan Jakarta yang tak pernah lengang, hanya untuk mengantarkanku ke apartemenku.

Kami akan berbincang mengenai isu–isu dalam pekerjaan masing–masing dan saling memberi saran mengenai tiap rintangan dalam karier kami. Sungguh waktu yang berharga yang akan selalu kuingat.

Kini kami tinggal di kota yang sama dan dapat menghabiskan waktu bersama di rumah. Ayahku sudah berhenti bekerja menginjak usia 60 dan aku memilih berkarier di kota kecil di pinggiran Jakarta agar dapat menghabiskan banyak waktu bersama keluarga. Namun kenangan mengenai diskusi–diskusi aku dan ayah yang sangat hebat akan selalu kuingat dalam hidupku.

Aku harap kami dapat selalu menghabiskan waktu bersama di dalam mobil melintasi jalanan–jalanan lainnya dan berdiskusi mengenai banyak hal seperti yang sudah–sudah. Terima kasih Tuhan telah menghadirkan ayah yang hebat dalam hidupku.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading