Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, jika kita dulu terlahir dikelilingi oleh teknologi yang serba tradisional, generasi baru yang lahir dari tahun 2025 hingga 2030 nanti—yang dikenal dengan generasi beta—akan tumbuh dengan teknologi yang berkali lipat lebih canggih. Berbeda dengan generasi Milenial dan Gen Z yang lahir di era transisi antara dunia tradisional dan digital, generasi beta akan tumbuh dalam dunia yang dipenuhi oleh kecerdasan buatan (AI), konektivitas tanpa batas, dan akses informasi instan.
Perubahan ini bukan hanya akan memengaruhi cara mereka belajar dan bermain, tapi juga membentuk karakter, cara berpikir, hingga nilai-nilai yang mereka pegang. Di satu sisi, teknologi membawa banyak peluang, seperti kreativitas yang tak terbatas, akses informasi yang cepat, dan kemungkinan untuk menjadi problem solver sejak usia dini. Namun di sisi lain, tantangan baru juga muncul—dari potensi kecanduan gadget, tekanan sosial di dunia maya, hingga pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan dunia nyata.
Dalam artikel yang dilansir dari articles.unishanoi.org ini, Fimela akan mengupas seperti apa sebenarnya karakteristik anak-anak generasi beta, bagaimana mereka akan belajar, bekerja, dan hidup di era AI, serta peran penting kita sebagai orang dewasa untuk mendampingi mereka tumbuh secara seimbang—cerdas digital sekaligus bijak secara emosional.
Advertisement
Advertisement
Karakteristik Generasi Beta
Setiap generasi tumbuh dengan pengaruh zaman yang berbeda—begitu juga dengan generasi beta. Berikut beberapa karakter unik yang diprediksi akan dimiliki generasi beta:
1. Sudut Pandang Global
Sejak kecil, mereka sudah terbiasa dengan komunikasi lintas negara dan budaya. Dunia akan terasa lebih kecil, dan mereka pun lebih terbuka terhadap keberagaman dan kolaborasi global.
2. “Melek” Teknologi Tingkat Lanjut
Generasi ini mungkin tak pernah merasakan dunia tanpa AI, IoT, atau VR. Bagi mereka, mengontrol perangkat rumah lewat suara atau belajar dengan tutor virtual adalah hal yang normal.
3. Kepedulian pada Keberlanjutan
Tumbuh di tengah krisis iklim membuat mereka lebih sadar akan gaya hidup ramah lingkungan. Pilihan mereka, mulai dari konsumsi hingga karier, cenderung dipengaruhi oleh nilai keberlanjutan.
4. Tangguh dan Fleksibel
Dengan perubahan sosial dan teknologi yang konstan, generasi beta diprediksi akan lebih tangguh dalam menghadapi ketidakpastian dan cepat beradaptasi.
5. Pembelajaran yang Dipersonalisasi
Tak ada lagi satu metode belajar untuk semua. AI memungkinkan pembelajaran disesuaikan dengan minat, kecepatan, dan gaya masing-masing anak.
Pengaruh Langsung AI pada Generasi Beta
Bukan hanya sebagai pelengkap, teknologi juga akan berperan sebagai pembentuk karakter dan cara pandang generasi beta. Beberapa hal yang mungkin akan mereka alami antara lain:
1. Batas Kerja dan Hidup yang Semakin Kabur: Dengan budaya kerja fleksibel yang makin umum, bisa jadi mereka tumbuh dalam ekosistem pekerjaan berbasis proyek yang tidak mengenal jam kerja tetap. Ini bisa memberi kebebasan, tapi juga menuntut manajemen waktu yang kuat.
2. Kreativitas Didukung AI: Generasi beta bisa memanfaatkan AI untuk menciptakan karya, mulai dari menulis cerita, membuat musik, bahkan hingga menciptakan desain visual. Kreativitas mereka tak dibatasi oleh alat, karena AI bisa menjadi mitra berkreasi.
3. Belajar di Mana Saja, Kapan Saja: Dengan prediksi 80% anak generasi beta terlibat dalam pembelajaran daring, ruang kelas bisa jadi bukan tempat utama belajar. Namun, akses yang luas juga harus diimbangi dengan keamanan digital yang terjaga.
4. Smartphone sebagai Teman, tapi Juga Tantangan: Interaksi mereka dengan smartphone akan sangat intens. Ini bisa meningkatkan kemampuan multitasking dan informasi, namun juga membawa risiko stres akibat tekanan sosial di dunia maya.
Advertisement
Menuju Masa Depan yang Adaptif dan Manusiawi
Generasi beta bukan sekadar “anak zaman AI”, akan tetapi generasi yang kemungkinan besar akan membawa perubahan besar dalam cara manusia bekerja, belajar, dan hidup. Meskipun teknologi menjadi teman sehari-hari mereka, tantangan untuk tetap menjaga sisi kemanusiaan, seperti empati, kolaborasi, dan kesadaran sosial tetaplah penting. Oleh karena itu, kita, sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat, punya peran besar untuk mendampingi mereka tumbuh—bukan hanya cerdas secara teknologi, tapi juga tangguh sebagai manusia.
Sahabat Fimela, itu dia karakteristik yang diprediksi akan dimiliki oleh generasi beta yang akan “berteman” dengan kecerdasan buatan alias AI. Semoga bermanfaat!