Sukses

Lifestyle

Pointing to The Synchronous Windows, Sederet Karya Kelas Dunia di Museum MACAN

Fimela.com, Jakarta Museum MACAN kembali menghadirkan pameran seni yang menarik perhatian—kali ini lewat tajuk ‘Pointing to the Synchronous Windows’. Pameran ini menyajikan karya-karya dari seniman ternama Indonesia dan mancanegara—bahkan banyak di antaranya belum pernah ditampilkan ke publik sebelumnya. Lewat pendekatan yang segar dan mendalam, pameran ini mengajak pengunjung memahami bagaimana tubuh dan ruang di sekitar kita bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan saling memengaruhi dan terus berkembang seiring waktu.

Pameran ini terbuka untuk umum mulai 10 Mei 2024 hingga 5 Oktober 2024, dan akan dilanjutkan dengan bagian kedua yang dibuka pada 24 Mei 2025. Melalui berbagai karya seni, pengunjung diajak merenungkan bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan terbentuk, baik secara fisik maupun emosional, sosial, dan budaya. Museum MACAN juga menghadirkan banyak nama besar di dunia seni seperti Yayoi Kusama, Cy Twombly, Affandi, Yoshitomo Nara, dan masih banyak lagi.

Tubuh dan Ruang: Dua Hal yang Selalu Terhubung

Pameran 'Pointing to the Synchronous Windows' di Museum MACAN ini mengajak pengunjung untuk melihat hubungan antara tubuh dan ruang dari sudut pandang yang berbeda. Selama ini, keduanya sering dianggap sebagai sesuatu yang diam dan tetap. Namun, melalui pameran ini, tubuh dan ruang justru dipahami sebagai elemen yang aktif—yang terus berubah dan saling memengaruhi, baik oleh lingkungan sosial, budaya, psikologi, bahasa, hingga kepercayaan dan tata ruang.

Judul pameran ini sendiri menggabungkan dua referensi penting. Kata “pointing” diambil dari novel 'One Hundred Years of Solitude' karya Gabriel García Márquez yang menggambarkan tubuh sebagai alat komunikasi penuh makna, sementara “synchronous windows” terinspirasi dari seri lukisan karya Robert Delaunay yang menunjukkan ruang sebagai sesuatu yang dinamis melalui permainan cahaya dan warna yang saling bertumpuk.

Dua Bagian Pameran, Satu Cerita Besar

Pameran ini dibagi menjadi dua bagian yang saling melengkapi dan saling berkaitan.

1. Pointing to... (dibuka 10 Mei 2024)

Bagian pertama berfokus pada tubuh sebagai pusat ekspresi dan perubahan diri. Lewat empat tema, pengunjung diajak memahami bagaimana tubuh kita merespons dan membentuk dunia sekitar:

  1. Gesturing the Social: Menunjukkan bagaimana gerakan tubuh bisa mencerminkan budaya populer dan struktur sosial yang ada.
  2. Flipping the Rains and Clouds: Mengulas hubungan antara tubuh dan teknologi, yang bisa memperkuat tapi juga membatasi manusia.
  3. The Spectre’s Pantomime: Menyelami sisi spiritual dan bawah sadar dalam tubuh, serta ketegangan antara jati diri dan aturan sosial.
  4. Mediated Corpus: Membahas bagaimana media dan pengawasan publik mengubah cara kita memandang tubuh, baik secara pribadi maupun sosial.

2. Synchronous Windows (dibuka 24 Mei 2025)

Pada bagian kedua ini, pengunjung akan diajak untuk memahami ruang sebagai sesuatu yang aktif dan selalu berubah. Di sini, ruang dilihat bukan hanya sebagai latar, tapi juga sebagai tempat yang bisa memberi rasa aman, atau justru rasa asing—semua tergantung bagaimana ruang itu dibentuk dan dialami oleh setiap orang.

Deretan Seniman Besar dan Karya yang Wajib Disaksikan

Pameran ini menjadi salah satu yang terbesar di Museum MACAN, dengan lebih dari 60 seniman dari Indonesia dan berbagai negara. Beberapa nama seniman Indonesia yang karyanya ditampilkan antara lain Affandi, S. Sudjojono, Christine Ay Tjoe, Entang Wiharso, A.D. Pirous, Aditya Novali, Mangu Putra, hingga I GAK Murniasih. Dari luar negeri, pengunjung bisa menikmati karya seniman ternama seperti Yayoi Kusama, Alexander Calder, Cy Twombly, Nam June Paik, Yoshitomo Nara, Keith Haring, Lucio Fontana, dan Zeng Fanzhi. 

Tak hanya itu, dua instalasi yang sangat diminati juga akan kembali hadir. Instalasi 'Infinity Mirrored Room'–'Brilliance of the Souls' (2014) karya Yayoi Kusama akan kembali dipamerkan mulai 24 Mei 2025. Bersamaan dengan itu, karya 'Baroque Egg with Bow' (pink/gold) (1994–2006) dari Jeff Koons juga akan tampil di area Sculpture Garden Museum MACAN.

Direktur Museum MACAN, Venus Lau, menyampaikan bahwa pameran ini adalah bagian dari upaya jangka panjang untuk memperkenalkan koleksi museum dari sudut pandang baru, “Kami ingin terus menafsirkan ulang koleksi melalui sejarah seni dan dinamika sosial global yang terus berubah,” ujarnya. Lewat pameran ini, Museum MACAN mengajak publik melihat bagaimana seni bisa menjadi jendela untuk memahami hubungan yang rumit antara manusia, ruang, dan kenyataan yang kita jalani setiap hari.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading