Mengungkap Kapan Tradisi Natal Modern Dimulai, Fakta Menarik di Balik Perayaan Tradisi Natal!

Hiasan Natal di Ruang Tamu/Photo by Anita Austvika on Unsplash

ringkasan

Tradisi Natal modern yang kita kenal saat ini merupakan hasil evolusi panjang dari berbagai kebiasaan kuno dan perayaan pagan yang mulai terbentuk pesat pada abad ke-19.
Banyak elemen ikonik seperti pohon Natal, Sinterklas, dan pemberian hadiah memiliki akar sejarah yang beragam, mulai dari tradisi Jerman, Belanda, hingga praktik Kristen awal.
Perayaan Natal bertransformasi dari hari libur keagamaan menjadi hari libur budaya yang luas, bahkan diakui sebagai hari libur federal di Amerika Serikat pada tahun 1870.

Fimela.com, Jakarta - Setiap tahun, miliaran orang di seluruh dunia merayakan Natal dengan berbagai tradisi yang penuh suka cita. Namun, pernahkah Sahabat Fimela bertanya kapan sebenarnya tradisi Natal modern ini dimulai? Perayaan yang kita kenal sekarang adalah hasil evolusi panjang dari berbagai kebiasaan kuno yang telah berpadu selama berabad-abad.

Banyak elemen perayaan Natal saat ini mulai terbentuk pada abad ke-19, khususnya di Amerika Serikat dan Inggris. Akar-akarnya bahkan jauh lebih tua, berpadu dengan perayaan pagan musim dingin yang kaya akan simbolisme. Ini menciptakan perpaduan unik antara spiritualitas, budaya, dan kegembiraan komunal.

Dari pohon Natal yang megah hingga sosok Sinterklas yang ramah, setiap aspek memiliki kisah sejarahnya sendiri yang menarik. Mari kita telusuri jejak waktu untuk memahami bagaimana tradisi-tradisi ini berkembang, serta menemukan fakta menarik di balik suka cita perayaan tradisi Natal yang kita cintai.

TERKAIT: Menguak Makna Mendalam Tradisi Natal Termasuk Pohon Natal

TERKAIT: Dari Makan KFC hingga Kentang Busuk, Intip Tradisi Natal Paling Unik di Dunia

TERKAIT: 10 Aktivitas Natal Seru yang Bisa Dilakukan Bareng Keluarga, Agenda Istimewa di Hari Spesial

Akar Sejarah Perayaan Tradisi Natal Awal

Perayaan kelahiran Yesus secara resmi pertama kali dirayakan sebagai hari libur pada pertengahan abad ke-4 di Roma. Pada abad ke-3, sejarawan Kristen Romawi Sextus Julius Africanus menetapkan tanggal konsepsi Yesus pada 25 Maret, yang sembilan bulan kemudian akan menghasilkan kelahiran pada 25 Desember.

Baru pada tahun 336 M, di bawah pemerintahan Kaisar Konstantinus, gereja di Roma secara resmi mulai merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Tanggal ini kemungkinan dipilih untuk melemahkan tradisi pagan yang sudah ada, seperti perayaan Matahari yang Tak Terkalahkan (Sol Invictus) dan Saturnalia.

Awalnya, perayaan kelahiran Yesus diamati bersamaan dengan pembaptisan-Nya pada tanggal 6 Januari. Pada abad ke-9, Natal mulai dirayakan secara luas dengan liturgi khusus, meskipun belum mencapai kepentingan liturgi seperti Jumat Agung atau Paskah.

Banyak tradisi Natal modern memiliki akar dari perayaan musim dingin kuno yang dilakukan oleh berbagai budaya sebelum Kekristenan. Orang-orang Norse memiliki perayaan Yule, sementara bangsa Romawi merayakan festival Saturnalia. Penggunaan tanaman evergreen seperti mistletoe dan pohon cemara dalam dekorasi berasal dari perayaan kuno yang melambangkan kehidupan di tengah musim dingin.

Era Abad ke-19: Lahirnya Tradisi Natal Modern

[Fimela] Pohon Natal — Ilustrasi Pohon Natal | unsplash.com/@eugenivy_reserv

Banyak tradisi Natal yang kita kenal saat ini berkembang pesat pada abad ke-19, terutama di Amerika Serikat dan Inggris. Periode ini menjadi titik balik penting dalam pembentukan identitas perayaan Natal yang lebih personal dan berorientasi keluarga.

Tradisi pohon Natal modern sebagian besar berasal dari Jerman pada abad ke-16, meskipun pohon cemara yang dihias dengan apel pertama kali dikenal di Strasbourg pada tahun 1605. Tradisi ini dipopulerkan di Inggris dan Amerika selama masa pemerintahan Ratu Victoria setelah ia menikah dengan Pangeran Albert pada tahun 1840. Pangeran Albert menghias pohon di Kastil Windsor dengan lilin dan manisan, memicu tren yang meluas.

Citra populer Santa Claus modern diciptakan di Amerika Serikat, khususnya di New York. Sinterklas modern, berasal dari nama Belanda untuk St. Nicholas (Sinterklaas), berkembang dari penghormatan yang dibawa oleh pemukim Belanda. Selama akhir abad ke-19, penulis Amerika membantu mempopulerkan Sinterklas dan mengubahnya menjadi Santa Claus tua yang mengendarai kereta luncur dan meninggalkan hadiah pada Malam Natal.

Pemberian hadiah menjadi salah satu aspek inti dari perayaan tradisi Natal modern, menjadikannya waktu paling menguntungkan bagi pengecer dan bisnis di seluruh dunia. Praktik ini menjadi mapan menjelang akhir abad ke-18, didasarkan pada tradisi Kristen yang terkait dengan Santo Nicholas, serta hadiah emas, kemenyan, dan mur yang diberikan kepada bayi Yesus oleh orang Majus.

Inovasi dan Perkembangan Lain dalam Tradisi Natal

Kartu Natal komersial pertama yang diakui ditugaskan oleh Sir Henry Cole di Inggris pada 1 Mei 1843. Kartu tersebut menampilkan keluarganya yang bersulang dengan anggur, dan dengan cepat menjadi populer di seluruh Inggris. Sebuah perusahaan litografi Inggris, Prang and Mayer, membawa kartu Natal pertama ke AS pada tahun 1873.

Lagu-lagu Natal atau carols, dengan tradisi berkeliling dari rumah ke rumah untuk menyebarkan harapan melalui lagu, memiliki asal-usul di seluruh Eropa. Ini termasuk tradisi Inggris Wassail dan Mumming, serta tradisi Slavia Koliada yang dimulai sebelum 998 SM.

Lingkaran Adven, yang sering dibuat dari tanaman hijau dengan empat lilin yang menandakan empat Minggu Adven, memiliki asal-usul yang lebih baru, terutama di Amerika Utara. Kebiasaan ini dimulai pada abad ke-19, namun memiliki akar pada abad ke-16. Kalender Adven cetak pertama dikreditkan kepada Gerhardt Lang di Jerman pada tahun 1908.

Pada awal abad ke-20, Natal telah berkembang dari hari libur keagamaan menjadi hari libur budaya yang sangat populer yang dirayakan oleh orang Kristen dan sekuler. Di Amerika Serikat, Natal tidak dirayakan dengan semangat tinggi sampai Perang Saudara. Pada tahun 1870, setelah perang berakhir, Kongres menjadikan Natal sebagai hari libur federal pertama di negara itu.