Sukses

Parenting

Tips Anti Canggung Saat Bicarakan Seks dengan Anak

Ladies, sewaktu kamu masih remaja, adakah kamu pernah membicarakan perkara yang menyangkut pengetahuan seksual dengan Ayah dan Ibu? Saat itu mungkin kita merasa malu, risih, atau takut dituduh macam-macam oleh Beliau. Padahal, andai saja pengetahuan seksual dibagikan oleh mereka secara santun dan terbuka, kamu bisa menjadi orangtua yang juga terbuka mengenai isu ini pada anak-anakmu. Dan, jika generasi kita sebagai orangtua sudah tidak canggung lagi membicarakannya, kehamilan pada remaja bisa dicegah.

Menurut Usep Solehudin selaku Sekretaris Yayasan Pelita Ilmu dan Ahli Kesehatan Masyarakat, 7 dari 10 remaja yang diriset oleh timnya menyatakan bahwa yakin seks untuk pertama kalinya tidak akan menyebabkan kehamilan. Pengetahuan keliru macam ini mereka dapat dari sesama rekan yang tidak memiliki kapabilitas apa pun mengenai pendidikan seksual.

"Orangtua sering punya barrier (penghalang) ketika berbincang dengan anak soal masalah seks. Yang ada di kepala orangtua adalah 'norma-norma' sehingga yang terucap dari mulut adalah kata 'jangan lakukan'," kata Usep ketika berbincang dalam diskusi 'Sexual Health training booklet Safety Can Be Fun' di bilangan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (7/3).

Usep memberi tips singkat bagaimana membuka penghalang itu dari kepala kita sebagai orangtua. Sebab, pendidikan seksual tetap harus diberikan agar anak tahu perkembangan tubuhnya dan risiko dari melakukan hubungan seksual.

1. Terbuka dan berbagi

Cobalah belajar untuk bercerita pada anak mengenai keseharian kamu, Ladies. Kebiasaan ini harus dibiasakan sejak dia masih balita. Jika dia melihat kamu bercerita, dia juga akan melakukan hal yang sama. "Biasakan komunikasi yang terbuka dan membuat dia nyaman. Ini biasanya sudah dipupuk sejak masih bayi, masih balita. Kalau sudah remaja, agak susah diajak berbagi jika tidak terbiasa," ujar Usep.

2. Stop marahi, tapi dengarkan

Perkara menjadi orangtua adalah langsung menghakimi si anak sebagai pihak bersalah. Maka itu ketika ia bercerita soal suatu perkara, reaksi pertama orangtua adalah memarahinya dan bukan mendengarkannya. "Anak jangan langsung dimarahi, dengarkan saja dulu masalahnya. Kasus kami dulu, anak-anak yang suka nongkrong di mal adalah dia yang stres di rumah," ujar Usep.

3. Pendekatan non-formal

Berdasarkan hasil riset DKT Indonesia, perusahaan penyedia alat kontrasepsi, remaja merasa tidak nyaman untuk membicarakan topik seksual kepada orangtua dan sebaliknya juga demikian. Ini membuat mereka mereka lebih memilih untuk mencari informasi lewat internet ataupun bertukar pikiran dengan teman sebayanya yang sama-sama kurang paham mengenai isu seputar kesehatan seksual reproduksi.

Untuk itu, DKT Indonesia menghadirkan Sexual Health Training Booklet “Safety Can Be Fun” untuk memudahkan para orangtua di Indonesia dalam mempersiapkan remaja khususnya mengenai pemahaman kesehatan seksual dan reproduksi. Isi buku ini bersifat singkat, ringkas, dalam diskusi yang non-formal sehingga tidak terasa beban di dalamnya.

"Pendekatan informal antara orang tua dan remaja sangat penting, supaya remaja dapat terbuka dan merasa dekat dengan orangtua mereka sehingga dapat melindungi diri dari perilaku berisiko. Ditambah dengan akses internet yang sangat mudah, jangan sampai anak muda Indonesia mendapat informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi dari sumber yang salah," kata Pierre Frederick selaku Deputy GM DKT Indonesia.

Sesungguhnya pendidikan seksual ini bisa terjadi jika rasa malu dan risih bisa dicabut dari sisi kamu sebagai orangtua. Ini bukan hal tabu, kok. Malah lebih membahayakan jika anak-anak kita nanti terkena penyakit seksual menular, hamil di luar nikah, bahkan HIV/AIDS. Persiapkan diri mereka dengan pengetahuan sebaik mungkin demi pencegahan dan kesehatan.

(vem/zzu/yel)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading