Sukses

Parenting

Sedang Viral Anak Bermain Roleplay, Ini Dampak yang Harus Diketahui

Fimela.com, Jakarta Lagi viral di salah satu social media yang memperlihatkan seorang ayah memergoki anaknya yang berusia 11 tahun sedang bermain roleplay di aplikasi Tiktok. Netizen yang komen di postingan tersebut pun miris melihat aksi yang dilakukan sang anak. Pasalnya, anak tersebut memainkan peran yang tidak sesuai dengan umurnya dan berkomunikasi dengan orang asing yang tak dikenal. 

Secara umum, roleplay adalah permainan peran yang memberikan anak kesempatan untuk menjadi karakter tertentu atau berperan seolah-olah menjadi orang lain. Ini adalah cara yang bagus untuk mereka agar bisa mengenal karakter dengan mudah dan menumbuhkan kreativitas dalam berpikirnya. Bisa juga menjadi metode pembelajaran profesi jika dilakukan dengan benar.

Terkait masalah yang sedang viral, itu bisa berpengaruh pada kepribadian asli anak tersebut. Di umurnya yang masih kecil, mereka cenderung belum memiliki mental yang matang untuk memahami keadaan sekitarnya. Takutnya, anak tersebut sudah terlanjur nyaman pada peran yang dimainkannya sampai kehilangan jati diri yang sebenarnya. 

Terlepas dari masalah tersebut, permainan roleplay sebenarnya bermanfaat bagi anak jika dilakukan dengan memainkan peran yang memang tokoh karakter atau profesi asli. Para orangtua harus berhati-hati dalam mengasuh dan mengawasi anak dengan ekstra agar kejadian seperti ini tak lagi terulang. Baca selengkapnya di bawah ini.

Mengasah kemampuan komunikasi anak

Salah satu manfaat utama dari bermain roleplay adalah meningkatkan kemampuan komunikasi sang buah hati. Melalui permainan peran, anak-anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan lawan main mereka. Anak juga diharuskan berbicara sesuai dengan karakter yang diperankannya, contohnya menjadi dokter, polisi, ataupun princess. Dengan bermain roleplay dapat juga mendorong anak untuk menggunakan kata-kata dan intonasi baru yang sebelumnya tidak pernah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, ini dapat memperluas kosa kata dan kemampuan menguasai komunikasi anak secara keseluruhan.

Meningkatkan kreativitas dalam berperan

Selain aspek komunikasi, roleplay juga bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan kreativitas anak. Bermain roleplay mengharuskan seseorang untuk berbicara tanpa adanya contekan naskah tertentu. Ketika anak bermain roleplay, ia bisa menciptakan ceritanya sendiri dengan imajinasi mereka. Membangun sebuah kisah dan karakter baru sesuai dengan apa yang ada di pikirannya. Ini berpengaruh pada kemampuan untuk mengasah ide-ide yang unik dan baru sang anak sedari dini.

Belajar bersosialisasi dan memiliki rasa emosional

Kemampuan sosial dan emosional anak akan terbawa ketika bermain peran. Memang pada dasarnya tujuan bermain peran adalah untuk menumbuhkan rasa emosional anak terhadap suatu situasi tertentu. Tidak sedikit dari mereka yang sudah bisa membayangkan dirinya berada di dalam situasi cerita yang dibuatnya. Hal ini yang akan menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain. Mereka dapat belajar untuk menempatkan diri pada situasi tertentu dan memahami perasaan orang lain, sehingga tumbuhlah rasa emosional dan sosial anak.

Menyelesaikan masalah dengan cepat

Ketika anak bermain roleplay, secara otomatis mereka akan berada di dalam situasi yang belum pernah dihadapinya. Bisa jadi cerita yang diperankan pun sangat berbanding terbalik dengan kehidupan nyatanya. Pada akhirnya, anak harus memutar otak untuk menghadapi masalah pada cerita yang diperankannya. Dari situlah kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah akan berkembang. 

Dampak negatif yang didapatkan dari bermain roleplay

Di samping banyaknya manfaat anak bermain roleplay, selalu ada dampak negatif yang mengikuti. Ini dikarenakan kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak ketika sedang bermain peran. Walaupun tidak ada batasan usia tertentu kapan anak harus berhenti bermain roleplay, rasa keinginan bermain peran akan berkurang dengan sendirinya ketika ia sudah memiliki minat dan terlibat dalam aktivitas yang mereka sukai. Semakin bertambahnya usia, pola pikir mereka pun sudah mulai dewasa dan lebih memilih untuk fokus menghadapi kehidupan nyata yang sedang dijalani. 

Roleplay bisa menjadi bencana jika sang anak tidak bisa berhenti dan terjebak dalam peran yang dimainkannya tersebut. Ini bisa berpengaruh besar pada kepribadiannya yang goyah. Anak yang masih di bawah umur cenderung masih memiliki emosi dan pikiran yang belum stabil.

Di umurnya yang masih sangat kecil, mereka berisiko lupa tentang siapa diri mereka sebenarnya. Hal ini disebabkan karena karakter yang dimainkannya telah melekat dengan dirinya di kehidupan nyata. Selain itu, bermain roleplay juga sama seperti game pada umunya. Sifatnya bisa sangat candu dan sulit untuk dihentikan. 

 

*Penulis: Balqis Dhia.

#Breaking Boundaries

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading