Separation Anxiety: Penyebab dan Cara Mengatasinya pada Anak

Gangguan kecemasan Separation Anxiety pada anak-anak adalah kondisi di mana anak-anak menjadi cemas atau tertekan ketika terpisah dari orang tua mereka. Rasa khawatir yang timbul akan diungkapkan dengan menangis ketika diturunkan di sekolah, atau bahkan menjadi seseorang yang lebih ceret dari biasanya ketika orang dewasa lain menggendong mereka.

Melansir dari highspeedtraining.co.uk, Fase ini sangat normal dari perkembangan anak-anak, dan fase khas di antara bayi dan balita. Antara 4-7 bulan, anak-anak akan mulai menyadari bahwa benda-benda dan orang-orang ada bahkan ketika mereka keluar dari pandangan mereka sendiri. Dengan demikian, mereka belajar bahwa ketika tidak lagi melihat orangtua atau pengasuh yang sehari-hari menemani, itu berarti mereka sedang ditinggalkan. Anak-anak pada usia itu belum bisa memahami konsep waktu, jadi tidak dapat menyadari atau mengira-ngira kapan orang-orang di dekat mereka akan kembali dan karenanya akan muncul menjadi rasa kesal dan tangisan dengan ketidakhadirannya. Selain itu, bentuk Separation Anxiety biasanya akan mulai membaik di usia 2-3 tahun.

Sementara itu, yang terjadi pada anak-anak yang lebih tua kadang-kadang akan merasakan Separation Anxiety dan tidka ingin orangtua pergi, terutama ketika diturunkan di sekolah, ini biasanya dapat diatasi dengan menunggu anak. Namun, jika mereka menampilkan gejala Separation Anxiety yang lebih ekstrem dan berkelanjutan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari, kemungkinan besar merupakan tanda adanya masalah yang lebih serius yang disebut gangguan Separation Anxiety.

Separation Anxiety yang terjadi di sekolah biasanya ketika anak-anak mulai menghadiri pendidikan atau tempat penitipan anak dan dipisahkan dengan orangtua mereka selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, sebagai guru akan sangat mudah menemukan gejala Separation Anxiety selama pembelajaran. Melansir dari highspeedtraining.co.uk, ada 4 gejala yang dapat memberitahukan kepada kita bahwa anak tersebut mempunyai Separation Anxiety, yaitu sebagai berikut.

1.     Menangis berlebihan saat dipisahkan dari pengasuh mereka.

2.     Tantrum.

3.     Keluhan fisik seperti sakit perut atau sakit kepala.

4.     Mempunyai keinginan yang kuat dan tidak bisa ditolak untuk dipersatukan kembali dengan orangtua atau pengasuh mereka.

Tanda-tanda umum ini biasanya dapat diredakan, tetapi penting sekali untuk kita memantau anak-anak dengan cermat dan bijak. Ketika tanda-tanda ini kemudian berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius seperti gangguan Separation Anxiety yaitu gangguan intensitas ketakutan anak dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah gejala-gejala yang ekstrem terjadi pada anak dengan kondisi gangguan ini:

1.     Menolak ditinggal di sekolah bahkan tidak ingin pergi ke sekolah.

2.     Sulit berkonsentrasi.

3.     Tidak dapat makan dengan benar.

4.     Mudah dan sering marah dan kehilangan kendali.

5.     Khawatir yang berlebih atau memiliki pikiran negatif, seperti tersesat atau diculik.

Setelah menyadari kecemasan pada anak dan mulai mengidentifikasi apa yang dapat memicu kekhawatiran mereka. Sebagai guru, kamu harus menerapkan strategi untuk membantu. Melansir dari highspeedtraining.co.uk, berikut ini ada 4 tips yang bisa digunakan mengatasi Separation Anxiety.

1. Berkomunikasi dengan Orang Tua atau Pengasuh dan Profesional Kesehatan

Berkomunikasi dengan orang-orang terdekat, terutama orangtua atau pengasuh anak dapat bermanfaat untuk memantau secara ketat dan mencatat bagaimana anak bereaksi terhadap suatu peristiwa atau pemicu tertentu, seperti diturunkan di sekolah, serta mengamati bagaimana hal ini memengaruhi dan kondisi mereka saat pembelajaran berlangsung. Semakin banyak informasi yang didapat akan jauh lebih membantu mendukung mereka. Namun, jika tidak ada perubahan konsultasikan dengan profesional kesehatan seperti psikolog anak untuk mendapatkan strategi yang lebih efektif.

2. Berikan Ruang Tenang yang Melayani untuk Menghilangkan Stres

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan menenangkan di kelas dapat membantu anak mengelola kecemasannya. Ruang kelas yang biasanya itu-itu saja, mungkin bisa ditambahkan ruang membaca, lampu pencahayaan yang lembut, atau area bermain yang membuat anak merasa aman dan rileks.

Memberikan izin pada anak dengan Separation Anxiety datang ke sekolah dengan salah satu barang yang dapat menghibur dari rumah, seperti mainan, boneka, atau bahkan foto keluarga jika memang dibutuhkan. Hal ini bisa berfungsi sebagai pengingat rumah, membantu anak menyadari bahwa mereka sebenarnya tidak terlalu jauh dari keluarga dan tidak usah merasa takut lagi.

4. Gunakan Bahasa yang Bersifat Positif

Mengajar seorang anak yang berjuang dengan Separation Anxiety harus snagat hati-hati dan tidak boleh mengabaikan emosi apalagi menjauhi mereka. Sebaliknya, peran sebagai seorang guru harus bisa membiarkan anak berbicara tentang apa yang membuat mereka kesal dan memberikan validasi tentang perasaan mereka, karena ini dapat membantu mereka meringankan Separation Anxiety yang dialami. Selain itu, gunakanlah kata-kata penyemangat dan positif untuk meyakinkan bahwa keluarga akan kembali lagi untuk menjemputnya.

Demikianlah sudah diceritakan apa yang dimaksud dengan Separation Anxiety, baik penyebabnya dan bagaimana cara untuk mengatasinya. Semoga dapat membantu, ya!