Sukses

Parenting

Perbedaan Persiapan Kehamilan Generasi Z dengan Generasi Sebelumnya

Fimela.com, Jakarta Generasi Z, generasi digital native yang lahir antara 1997-2012 di Indonesia, tumbuh dengan akses internet dan teknologi yang luar biasa. Namun, perjalanan kehamilan mereka diwarnai tantangan unik, mulai dari risiko kesehatan hingga tren unik yang mengemuka.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022, sekitar 8,2% perempuan Indonesia berusia 15–49 tahun yang sudah menikah, memilih untuk menunda atau bahkan menghindari kehamilan. Angka ini mencerminkan perubahan sikap terhadap peran ibu dan kehamilan di kalangan generasi muda. Fenomena ini tercatat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kesiapan mental, kekhawatiran atas kestabilan ekonomi, tekanan sosial, serta pertimbangan karier dan kehidupan pribadi.

Peran sebagai ibu merupakan perjalanan indah namun kompleks. Penting bagi masyarakat untuk memahami apa yang sebenarnya menjadi sumber ketakutan atau keraguan perempuan dalam menghadapi kehamilan dan peran sebagai ibu agar tidak berdampak kepada keputusan untuk menunda bahkan menghindari kehamilan.

 Psikolog keluarga, Samanta Elsener menjelaskan perjalanan menjadi ibu kerap kali dibayangi berbagai tantangan yang jarang dibicarakan secara terbuka. Banyak perempuan merasa perlu menyembunyikan emosinya karena tekanan sosial. Padahal, rasa takut atau ketidaksiapan menjadi ibu adalah hal yang wajar dan manusiawi.

"Yang dibutuhkan adalah ruang untuk memproses perasaan itu secara jujur dan tanpa penilaian. Kehamilan seharusnya dijalani dengan kesadaran penuh, bukan dalam kesendirian. Karena itu, penting bagi lingkungan sekitar untuk hadir dengan empati dan dukungan," ujarnya saat ditemui pada PRENAGEN, brand nutrisi kehamilan terpercaya di Indonesia, dengan bangga meluncurkan kampanye “Siapa Takut Jadi Ibu! (21/4/25), di Jakarta.

 

Perbedaan Keinginan Kehamilan Generasi Z dengan Generasi Terdahulunya

Psikolog keluarga, Samanta Elsener juga menjelaskan sebenarnya perempuan secara insting merasa siap jadi ibu karena biologisnya turun menurun sehabis menikah pasti jadi ibu. Perempuan juga memiliki energi feminim yang memiliki insting menjaga anak-anaknya dan memberi kasing sayang.

Namun, secara generasi memang melihat bagaimana lingkungan sosialnya, apa yang sedang dibicarakan di media sosial. Jika generasi milenial, melihat banyak temannya yang sudah memiliki anak, maka ingin juga memiliki anak atau berfikir jika memiliki anak di usia muda maka gap usia dengan anak tidak akan jauh.

"Jadi mikirnya kalau generasi milenial, punya anak di usia muda bisa jadi teman karena gap umur tidak jauh," katanya.

Sedangkan untuk generasi Z, lebih memilikirkan diri sendiri terlebih dahulu. Membuat diri lebih mampu secara prestasi hingga finansial. Mereka lebih terorganisir tujuan memberikan terbaik untuk anak. Jadi, sebisa mungkin memiliki anak harus terencana, maka banyak yang sudah menikah menunda kehamilan.

"Generasi Z lebih memiliki planning dan terorganisir, apalagi sekarang banyak informasi yang mudah didapatkan, kepo maksimal gimana jadi orangtua yang baik. Bahkan mencari tahu bagaimana pola makan yang sehat, kapan waktu hamil yang tepat," kata Samanta.

Salah satunya datang dari Shania Junianatha, penyanyi dan figur publik yang juga seorang ibu. Ia mengungkapkan bahwa dirinya sempat meragukan kesiapan menjadi ibu, terutama dari sisi mental, finansial, dan tanggung jawab. “Namun dengan komunikasi yang terbuka bersama pasangan dan informasi yang kredibel, saya bisa menjalani proses ini dengan lebih tenang,” tuturnya

Nutrisi Ibu Hamil

Selain dukungan emosional, kampanye ini juga menyoroti pentingnya pemenuhan nutrisi selama periode emas - 1.000 hari pertama kehidupan. Peran nutrisi sangat menentukan dalam  membantu perempuan merasa lebih siap dalam mengambil peran sebagai ibu dan melahirkan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas.

“Data kami menunjukkan bahwa banyak ibu hamil yang masih mengalami defisit asupan nutrisi penting, khususnya protein, kalsium, DHA, zat besi, dan asam folat. Padahal, kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan komplikasi seperti anemia pada ibu, keterlambatan perkembangan janin, hingga berat badan lahir rendah,” ungkap dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, MKes, FICS, FESICOG.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading