Sukses

Parenting

Review Buku Seni Memahami Perasaan Anak

Fimela.com, Jakarta Berkomunikasi dengan anak mungkin tampak sederhana, tetapi pada kenyataannya, membangun komunikasi yang penuh empati dan pengertian justru menjadi tantangan tersendiri bagi banyak orang tua. Tidak jarang, orang tua—terutama seorang ibu—merasakan pergulatan batin yang rumit.

Di balik setiap tangisan anak, rengekan, atau pertanyaan polos yang dilontarkan, terselip emosi dan maksud yang sulit dipahami. Ketika anak mulai menunjukkan perilaku yang sulit dikendalikan, rasa bingung dan cemas pun melanda. Di saat seperti itu, muncul perasaan bersalah karena merasa belum menjadi orang tua yang cukup baik.

Buku Seni Memahami Perasaan Anak hadir sebagai panduan yang aplikatif bagi siapa saja yang ingin membangun hubungan emosional yang lebih sehat dengan anak. Buku ini membuka kesadaran bahwa komunikasi yang baik dengan anak tidak bisa terwujud jika orang tua belum memahami dan berdamai dengan emosinya sendiri. Karena itu, sebelum mengubah cara berbicara kepada anak, buku ini mengajak pembaca untuk berempati pada diri sendiri terlebih dahulu.

Emosi yang tidak disadari atau tidak terselesaikan bisa memengaruhi cara orang tua merespons anak, sering kali tanpa disadari. Buku ini menghadirkan cara pandang yang menyentuh bahwa orang tua juga manusia yang sedang belajar, dan tidak perlu menuntut diri untuk selalu sempurna dalam menjalani peran.

 

 

Blurb Seni Memahami Perasaan Anak

Judul: Seni Membaca Perasaan Anak

Penulis: Park Jae Yeon

Penerjemah: Putri Permatasari

Penyunting: Aprilia Ramadhani, Anggi Mahasanghika

Ilustrasi sampul dan isi: Gong In Young

Sampul dan Isi Diolah Kembali oleh: Grace Gabriella AP

Cetakan keempat, Maret 2025

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

***

Buku ini merupakan kumpulan kisah yang sebelumnya dituturkan dalam program Mom's Radio, sehingga gaya penuturannya terasa hangat, mengalir, dan dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari. Kisah-kisah yang diangkat berasal dari pengalaman nyata para orang tua, membuat pembaca merasa tidak sendirian dalam menghadapi tantangan membesarkan anak. Selain membahas tantrum atau kebiasaan anak berbohong, buku ini juga mengulas cara bijak menyikapi anak yang suka membantah atau menunjukkan rasa iri hati. Alih-alih memarahi, buku ini mengajak kita melihat respons tersebut sebagai sinyal emosional yang perlu dijembatani dengan pengertian dan komunikasi yang tepat.

Yang membuat buku ini menonjol adalah banyaknya contoh kasus sehari-hari yang disajikan dengan jelas. Situasi seperti anak yang tiba-tiba marah, mengeluh tanpa sebab, atau tidak mau tidur meskipun sudah larut, dibedah dari sudut pandang anak agar orang tua bisa memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Dari contoh tersebut, pembaca diajak menyadari bahwa setiap perilaku anak punya makna emosional yang tersembunyi. Meskipun kenyataannya tidak mudah, penjelasan ini membantu membangun kesadaran bahwa di balik perilaku “menyebalkan”, anak sebenarnya sedang berusaha berkomunikasi dengan caranya sendiri.

Selain memberi wawasan, buku ini juga menawarkan berbagai tips praktis yang bisa langsung dicoba di rumah. Mulai dari cara menenangkan anak saat tantrum, kalimat-kalimat yang membantu anak merasa didengar, hingga bagaimana membangun kepercayaan agar anak mau terbuka.

Langkah-langkahnya disusun sederhana dan mudah dipahami, walaupun tentu saja dalam praktiknya tetap dibutuhkan kesabaran dan proses yang berkelanjutan. Buku ini tidak menjanjikan hasil instan, tetapi memberi bekal yang cukup untuk memahami arah yang sebaiknya ditempuh dalam membina komunikasi.

Daya tarik lain dari buku ini adalah ilustrasi yang menarik dan ekspresif, yang memperkuat pesan dari tiap bagian. Ilustrasi tersebut membuat pengalaman membaca jadi lebih menyenangkan, sekaligus menambah kedalaman emosional pada pembahasan. Setiap bab juga mengangkat tema yang relevan dan informatif, seperti alasan anak berbohong yang tidak selalu berarti anak jahat atau nakal.

Buku ini juga menyoroti pentingnya memberi anak ruang untuk memproses emosinya sendiri dan belajar menyelesaikan masalah. Tidak semua masalah anak harus segera “dibantu” oleh orang tua. Terkadang, peran terbaik orang tua adalah menjadi pendamping yang hadir tanpa menghakimi, membiarkan anak merasakan, berpikir, dan bertumbuh lewat pengalamannya sendiri. Pesan-pesan seperti ini membuat buku ini tidak hanya membantu memahami anak, tetapi juga mengajak orang tua untuk tumbuh bersama mereka.

Sahabat Fimela, Seni Memahami Perasaan Anak adalah buku yang bisa menjadi teman refleksi bagi setiap orang tua yang sedang berjuang memahami anaknya lebih baik. Meski teori yang disampaikan terasa sederhana, penerapannya memang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan hati yang lapang.

Dengan membaca buku ini, setidaknya kita memiliki gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana membangun komunikasi yang sehat, bagaimana mengenali kebutuhan emosional anak, dan bagaimana menghadirkan diri sebagai orang tua yang lebih sadar dan penuh kasih. Jika dilakukan sedikit demi sedikit, buku ini bisa membantu menjadikan hubungan dengan anak lebih dekat dan harmonis.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading