Orang Tua Harus Waspada! Ini 5 Dampak Serius Main Game Berlebihan pada Anak

Fimela.com, Jakarta Si kecil sering bermain game berjam-jam? Sekilas memang terlihat seru dan menyenangkan, apalagi di era digital seperti sekarang di mana gadget dan berbagai aplikasi game mudah diakses. Namun, di balik layar penuh warna dan suara yang menggoda itu, ada risiko kesehatan dan perkembangan yang tidak boleh diabaikan begitu saja.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), anak-anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tidak terpapar media layar sama sekali. Sementara itu, untuk anak yang lebih besar, penggunaan layar termasuk menonton TV, bermain gadget, atau video game disarankan maksimal 1–2 jam per hari. Batasan ini penting untuk menjaga keseimbangan antara dunia digital dan aktivitas fisik maupun sosial di kehidupan nyata.

Mengutip dari Mayo Clinic Health System, bermain game dalam waktu yang terlalu lama dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kesehatan anak. Dari segi fisik, kurangnya aktivitas fisik bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti obesitas dan masalah postur tubuh. Dari sisi emosional, paparan game yang berlebihan dapat memicu stres, kecemasan, atau bahkan agresi jika jenis permainan tidak sesuai dengan usia. Tidak hanya itu, kemampuan bersosialisasi anak juga bisa menurun karena waktu yang lebih banyak dihabiskan di dunia maya dibandingkan berinteraksi langsung dengan teman sebaya dan keluarga.

Jika dibiarkan terus menerus, efek-efek ini dapat memengaruhi kualitas hidup anak dalam jangka panjang, baik dari segi kesehatan fisik, mental, maupun perkembangan sosialnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk memantau dan membatasi waktu bermain game si kecil, serta mengajak mereka aktif di berbagai aktivitas lain yang mendukung tumbuh kembangnya secara menyeluruh.

Berikut beberapa risiko yang perlu Sahabat Fimela waspadai sebelum membiarkan si kecil berlama-lama dengan gawai kesayangannya!

1. Risiko Obesitas

Semakin lama anak menatap layar, semakin tinggi pula risiko berat badannya naik. Aktivitas bermain game yang minim gerak membuat tubuh jarang membakar kalori, sehingga kalori yang masuk dari makanan cenderung menumpuk menjadi lemak. Kondisi ini makin diperparah jika perangkat seperti TV, komputer, atau game console diletakkan di kamar tidur mereka. Hal ini membuat anak lebih betah duduk berjam-jam tanpa melakukan aktivitas fisik yang berarti.

Tanpa disadari, kebiasaan ini juga sering dibarengi dengan mindless eating, makan tanpa sadar. Anak-anak cenderung ngemil makanan tinggi gula, garam, dan lemak, yang banyak diiklankan di media. Mulai dari keripik, permen, hingga minuman bersoda sering menjadi pilihan mereka. Bahkan, mereka bisa makan sambil bermain game tanpa memperhatikan rasa kenyang atau porsi makan yang seharusnya.

Pola makan dan aktivitas seperti ini sangat berisiko memicu kenaikan berat badan berlebih hingga obesitas pada anak. Jika dibiarkan dalam jangka panjang, obesitas bisa menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, hingga gangguan jantung yang bisa muncul lebih dini dari seharusnya.

2. Gangguan Tidur

Bermain game atau menatap layar terlalu lama, terutama menjelang waktu tidur, dapat membuat anak kesulitan untuk terlelap atau memiliki pola tidur yang berantakan. Cahaya biru (blue light) yang dipancarkan dari layar TV, komputer, atau gawai dapat menekan produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur alami tubuh. Hal itu menyebabkan anak menjadi sulit merasa mengantuk meski sudah larut malam, dan

Kurang tidur tidak hanya membuat mereka mudah lelah dan sulit berkonsentrasi di sekolah, tetapi juga berpengaruh pada perilaku sehari-hari. Anak yang kekurangan tidur cenderung lebih rewel, mudah marah, dan sulit mengendalikan emosi dalam kesehariannya.

Selain itu, kurang tidur juga dapat memicu kebiasaan ngemil berlebihan. Saat tubuh lelah, hormon yang mengatur rasa lapar menjadi tidak seimbang, membuat anak cenderung mencari makanan tinggi gula atau karbohidrat untuk mendapatkan energi instan. Jika hal ini terjadi berulang kali, risiko kenaikan berat badan dan masalah kesehatan lainnya menjadi semakin tinggi sehingga dapat menyebabkan anak menjadi tidak sehat.

3. Masalah Perilaku

Penelitian menunjukkan bahwa anak usia sekolah dasar yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam sehari di depan layar baik untuk bermain game, menonton video, maupun aktivitas online lainnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami berbagai masalah perilaku. Masalah ini dapat berupa kesulitan mengelola emosi, penurunan kemampuan bersosialisasi, hingga gangguan konsentrasi yang mempengaruhi prestasi akademik.

Paparan video game berlebihan, apalagi yang mengandung unsur kekerasan, dapat membuat anak menjadi lebih agresif atau mudah tersulut emosi. Selain itu, game dengan tempo cepat dan banyak distraksi visual juga bisa melatih otak anak untuk terbiasa berpindah fokus dengan cepat. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi mengurangi kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dalam waktu lama pada satu tugas tertentu, seperti belajar atau membaca buku.

Dampak lainnya adalah berkurangnya waktu interaksi sosial di dunia nyata. Ketika anak lebih memilih menghabiskan waktu di depan layar daripada bermain atau berkomunikasi langsung dengan teman dan keluarga, kemampuan komunikasi, empati, dan pemecahan masalah dalam kehidupan nyata bisa menurun. Kondisi ini, bila dibiarkan, dapat memengaruhi perkembangan keterampilan sosial anak hingga remaja.

4. Penurunan Prestasi Akademik

Anak yang memiliki TV, gadget, atau perangkat game di kamar cenderung menunjukkan nilai ujian dan performa akademik yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak memiliki perangkat tersebut. Alasannya cukup jelas: keberadaan perangkat ini memudahkan anak untuk menghabiskan lebih banyak waktu bermain atau menonton dibandingkan belajar.

Konsentrasi mereka pun sering kali terpecah. Misalnya, ketika sedang mengerjakan PR, anak tergoda untuk membuka ponsel sebentar untuk menonton video atau bermain game yang pada akhirnya membuat waktu belajar menjadi lebih sedikit dan kurang efektif. Kebiasaan ini tidak hanya mengurangi durasi belajar, tetapi juga menurunkan kualitas fokus mereka, sehingga pemahaman materi pelajaran menjadi kurang optimal.

Selain itu, anak yang sering menggunakan perangkat di malam hari lebih rentan tidur larut. Kurang tidur dapat mempengaruhi daya ingat, kemampuan berpikir kritis, dan energi mereka saat mengikuti pelajaran di sekolah. Akumulasi dari semua faktor ini kurangnya waktu belajar, gangguan konsentrasi, dan pola tidur yang buruk berkontribusi langsung pada menurunnya prestasi akademik anak.

5. Terpapar Kekerasan

Orang Tua Harus Waspada! Ini 5 Dampak Serius Main Game Berlebihan pada Anak [Dok/ — Main game berlebihan bisa mengganggu kesehatan dan perkembangan anak. Ini 5 dampak seriusnya. [Dok/... Selengkapnya

Paparan kekerasan di media baik melalui film, serial, video game, atau konten online dapat mempengaruhi cara anak memandang dunia. Ketika kekerasan ditampilkan secara terus-menerus, anak bisa menjadi terbiasa melihatnya dan tanpa disadari, mulai menganggap kekerasan adalah cara yang wajar untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di hidupnya.

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering menonton tayangan atau memainkan game dengan unsur kekerasan berisiko memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena otak mereka mulai terbiasa dengan adegan kekerasan dan memprosesnya sebagai sesuatu yang “normal”.

Dampak jangka panjangnya bisa serius, seperti berkurangnya empati mereka terhadap penderitaan orang lain, kemampuan mereka dalam mengelola emosi menjadi lemah, dan pola pikir mereka ikut terpengaruh. Lebih buruk lagi, jika tidak ada pendampingan atau diskusi dari orang tua, anak bisa meniru perilaku tersebut dalam kehidupan nyata tanpa memahami konsekuensinya. Hal ini tentu dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan bagaimana cara mereka berperilaku di masyarakat.

Penulis : Annisa Kharisma Dewi