Anak Sering Rewel dan Nangis? Kenali Ciri dan Cara Menghadapinya

Kepekaan tinggi ini disebut sebagai sensory processing sensitivity (SPS), sebuah ciri yang dimiliki anak untuk memproses rangsangan (stimuli) lebih dalam dibandingkan anak lain. Jadi, ketika anak tampak menangis karena hal sepele, sebenarnya otaknya sedang bekerja lebih keras untuk merespons emosi yang muncul. 

Penelitian juga menunjukan bahwa tanda sensitivitas ini bisa terlihat sejak bayi. Artinya, beberapa anak memang terlahir dengan otak yang lebih peka. Jadi, mereka bukanlah anak nakal atau mencari perhatian, melainkan anak yang butuh pendekatan berbeda dalam menghadapi emosinya. 

Beberapa ciri anak yang termasuk dalam kategori anak sangat sensitif antara lain, mudah terkejut atau kaget, tidak suka kejutan besar, rewel terhadap pakaian yang terasa gatal atau label baju, peka terhadap bau yang asing, sering bertanya banyak hal, sulit menghadapi perubahan mendadak, dan lebih nyaman ketika tidak ada orang asing di sekitarnya. Jika beberapa tanda ini bunda temukan pada anak, kemungkinan besar ia memang memiliki kepekaan tinggi.

1. Fokus pada Hal Positif

Hindari melabeli anak dengan sebutan negatif, seperti “cengeng” atau “terlalu sensitif.” Label itu dapat membuat anak tumbuh sebagai anak yang perasaannya tidak tervalidasi. Coba bunda soroti sisi positifnya. Misalnya, pujilah ketika mereka bisa mengenali perasaan orang lain atau ketika mereka menunjukkan kepedulian kecil. Dengan begitu, anak belajar melihat sensitivitasnya sebagai kekuatan. 

2. Ajarkan Mengelola Emosi

Daripada langsung “menyelamatkan” anak setiap kali menangis, coba melatih mereka untuk menenangkan diri saat emosi mereka tampak meledak. Bunda bisa mencoba permainan sederhana seperti berkata “freeze” lalu ajak anak tarik napas panjang dan hembuskan seperti naga yang mengeluarkan api. Cara ini bisa membuat anak belajar mengendalikan emosinya sendiri. 

3. Alihkan dengan Aktivitas

Distraksi yang tepat sering kali membantu. Anak yang mulai menangis bisa diajak berhitung sampai 10 atau melakukan aktivitas ringan lain. Dengan begitu, perhatian mereka teralihkan dan emosinya lebih cepat reda. Namun, distraksi ini tidak baik kalau dilakukan sepanjang waktu karena membuat anak tidak merasakan emosinya sendiri. Sebaiknya, bunda tetap menanyakan kondisinya, alasan ia menangis, dan memberikan penjelasan terkait emosinya, setelah melakukan aktivitas distraksi. 

4. Kendalikan Emosi Orang Tua

Anak sangat peka dalam membaca reaksi orang tua. Jika orang tua ikut panik atau marah, tangisan anak bisa makin menjadi dan emosinya akan meledak. Tetap tenang, beri contoh respon positif, dan tunjukkan bahwa masalah ini bisa dihadapi dengan kepala dingin. Orang tua dapat menenangkan anak dengan tenang dan tidak langsung memberikan emosi marah dengan nada tinggi.

5. Bantu Cari Solusi

Ajak anak mengungkapkan apa yang membuatnya sedih, lalu bimbing untuk menemukan solusi. Misalnya, jika ia kecewa karena tidak diajak bermain, tanyakan apa yang bisa membuatnya lebih baik. Dengan latihan ini, anak akan terbiasa mencari jalan keluar sendiri di kemudian hari. 

Anak yang mudah menangis bukan berarti lemah atau manja. Bisa jadi mereka adalah anak dengan sensitivitas tinggi yang memandang dunia lebih dalam dibandingkan anak-anak lain. Dengan pemahaman yang tepat, sensitivitas ini bisa menjadikan mereka individu yang penuh empati, peka terhadap sekitar, dan peduli pada orang lain.

Sebagai orang tua, alih-alih merasa frustrasi, kita bisa mengubah cara pandang bahwa anak yang rewel hanyalah anak yang butuh bantuan ekstra untuk menata emosinya. Dengan dukungan dan strategi yang tepat, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat sekaligus lembut hati.