Tips Mengajarkan Anak tentang Consent Sejak Dini agar Lebih Percaya Diri dan Mandiri

Tips Mengajarkan Anak tentang Consent Sejak Dini (photo by freepik.com) — Membangun pemahaman tentang consent atau persetujuan sejak dini adalah bekal penting bagi anak dalam tumbuh kembangnya. (foto/dok: freepik)... Selengkapnya

Fimela.com, Jakarta Membangun pemahaman tentang consent atau persetujuan sejak dini adalah bekal penting bagi anak dalam tumbuh kembangnya. Anak yang diajarkan tentang consent akan lebih mudah memahami bahwa tubuh mereka berharga, berhak dilindungi, dan tidak boleh disentuh tanpa izin. Hal ini bukan hanya membentuk rasa percaya diri, tapi juga membantu mereka belajar menghargai orang lain.

Di usia anak-anak, pengenalan tentang consent bisa dilakukan lewat hal-hal sederhana. Misalnya, memberi kesempatan anak untuk menolak pelukan atau ciuman saat tidak nyaman, atau mengajarkan mereka untuk meminta izin sebelum meminjam barang teman. Cara-cara kecil ini dapat menanamkan kesadaran bahwa setiap orang memiliki batasan pribadi yang patut dihormati.

Lebih jauh lagi, orangtua juga berperan penting dalam membicarakan topik ini secara terbuka. Dengan komunikasi yang hangat, jujur, dan berulang kali dilakukan sesuai usia anak, mereka akan merasa lebih aman untuk bertanya atau menyampaikan ketidaknyamanan. Hal ini bisa menjadi langkah awal yang besar untuk mencegah berbagai bentuk pelecehan di masa depan. Dilansir dari End Sexual Violence, mengajarkan consent sejak dini dapat melahirkan anak yang lebih kuat, berani, dan siap menghadapi dunia. Sahabat Fimela, yuk simak 8 tipsnya.

TERKAIT: 7 Stimulasi yang Bisa Meningkatkan IQ dan EQ Anak, Penting untuk Tumbuh Kembangnya

TERKAIT: Manfaat Memelihara Hewan bagi Perkembangan Emosional Anak

TERKAIT: Dampak Negatif Tontonan Berlebihan bagi Perkembangan Anak

1. Ajarkan Anak bahwa Mereka adalah “Bos” untuk Tubuhnya

Anak perlu tahu sejak kecil bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sendiri. Biarkan mereka memilih cara menyapa orang lain, apakah dengan melambaikan tangan, tos, atau sekadar tersenyum. Jangan memaksa mereka untuk memeluk atau dicium jika mereka tidak nyaman.

2. Biasakan Meminta Izin Sebelum Menyentuh

Orangtua bisa memberi contoh dengan bertanya sebelum menyentuh, bahkan dalam hal sederhana. Misalnya, “Boleh Ibu bantu pasangkan kancing bajunya, ya?” atau “Sekarang Ayah mau keramasin rambutmu biar bersih.” Cara ini melatih anak memahami bahwa sentuhan selalu perlu komunikasi.

3. Kenalkan Anak pada “Safe Adults”

Anak perlu tahu siapa saja orang dewasa yang bisa dipercaya ketika mereka merasa takut atau tidak nyaman. Ajak anak menyebutkan beberapa nama, bukan hanya orangtua, agar mereka punya banyak pilihan untuk tempat bercerita.

4. Bicara Jujur soal Bagian Tubuh

Gunakan istilah anatomi tubuh yang benar, seperti penis atau vagina, bukan sebutan yang dibuat-buat. Dengan begitu, anak akan tumbuh tanpa rasa malu terhadap tubuhnya sendiri, dan lebih berani bercerita jika ada yang membuatnya tidak nyaman.

Consent tidak melulu soal seksualitas. Ajarkan anak untuk meminta izin sebelum meminjam barang, mengunggah foto teman, atau bahkan saat bermain bersama. Hal ini melatih mereka terbiasa menghormati batasan orang lain.

6. Mulai Sejak Dini dan Ulangi Secara Konsisten

Pendidikan tentang consent tidak cukup hanya sekali. Orangtua perlu rutin membicarakan hal ini sesuai tahap usia anak, sehingga mereka merasa aman dan terbuka untuk bertanya.

7. Diskusikan Media yang Sering Salah Kaprah

Ketika ada tayangan atau berita yang menyalahkan korban, orangtua bisa langsung menjelaskan pada anak bahwa tidak ada seorang pun yang pantas disalahkan jika disakiti. Pesan ini penting untuk melawan stereotip yang sering tertanam sejak kecil.

Bacakan buku atau tontonkan video yang sesuai usia anak tentang consent dan batasan sehat. Misalnya, buku No Means No untuk usia dini, atau Can We Talk About Consent? untuk anak yang lebih besar. Media positif bisa jadi cara menyenangkan untuk mengajarkan nilai penting ini.

Penulis: Siti Nur Arisha