Jauh dari Toxic, Begini 8 Tips Membangun Hubungan yang Sehat dan Dewasa

Ketidakpercayaan atau trust issues bisa muncul karena pasangan pernah berbuat salah. Namun terkadang, akar masalahnya justru ada dalam diri sendiri. Mungkin kamu pernah disakiti, dikhianati, atau punya pengalaman masa kecil yang membentuk pola pikir negatif terhadap hubungan.

Misalnya, kamu jadi cepat curiga kalau pasangan telat balas chat, padahal mereka hanya sibuk. Dengan mengenali keyakinan dan "luka batin" ini, kamu bisa belajar memilah mana yang nyata dan mana yang hanya rasa trauma yang belum sembuh.

2. Hargai Saat Pasangan Mulai Terbuka

Di awal hubungan, kita mungkin terlihat bahagia, seru, dan menyenangkan. Tapi lambat laun, akan muncul sisi rapuh dari masing-masing pihak. Mungkin pasanganmu mulai menceritakan pengalaman traumatis, rasa insecure, atau kesalahan masa lalu. 

Ini adalah momen penting. Alih-alih bereaksi dengan candaan atau menghakimi, tunjukkan empati. Katakan bahwa kamu menghargai kepercayaan mereka dan siap jadi tempat aman untuk berbagi. Dari sinilah hubungan bisa tumbuh semakin sehat.

Banyak orang merasa "nggak enakan" atau takut dianggap lemah saat minta bantuan, terutama dalam hubungan. Padahal, saling membantu adalah bentuk kasih sayang yang nyata. Saat kamu berani bilang, "Aku butuh kamu," kamu menunjukkan bahwa kamu percaya dan menghargai peran mereka dalam hidupmu.

Bantuan yang diberikan tak harus besar, bisa sekadar menemanimu saat cemas, mendengarkan cerita, atau sekadar menemani belanja harian. Relasi yang sehat adalah relasi yang mau saling menampung, bukan hanya saling menghibur.

4. Lindungi Hubungan dari Tekanan Sehari-hari

Stres karena kerja, keluarga, atau masalah pribadi bisa menggerus energi yang seharusnya digunakan untuk membina hubungan. Kalau dibiarkan, hubungan bisa terasa hambar, penuh keluhan, atau makin menjauh. 

Salah satu cara melindungi hubungan dari stres adalah dengan berbagi cerita. Misalnya, daripada berkata, “Aku capek, jangan ganggu dulu ya,” sebaiknya diganti dengan, “Hari ini berat banget, tapi senang bisa pulang dan ketemu kamu.” Kalimat sederhana ini menunjukkan bahwa kamu melihat pasangan sebagai bagian dari solusi, bukan sumber masalah.

Semua orang berubah. Apa yang jadi impianmu tahun lalu bisa jadi beda hari ini. Maka penting untuk saling melakukan life update satu sama lain, bukan cuma soal kabar sehari-hari, tapi juga tentang harapan, rasa takut, atau impian baru.

Luangkan waktu khusus—misalnya seminggu sekali—untuk benar-benar berbicara tanpa distraksi. Percakapan bermakna seperti ini bisa menyalakan kembali keintiman yang mungkin sempat redup.

6. Hadapi Konflik dengan Tujuan Menyelesaikan, Bukan Menang

Bertengkar dalam hubungan itu wajar. Tapi yang membuatnya sehat atau tidak adalah bagaimana cara menyelesaikannya. Hindari saling menyalahkan, dan fokuslah pada solusi. Ingat, kalian berdua melawan masalah, bukan melawan satu sama lain.

Kalau suasana makin panas, sebaiknya ambil jeda dan katakan, “Boleh kita bahas ini nanti saat kita sama-sama tenang?” Memberi ruang untuk mengelola emosi bukan berarti menghindar, tapi justru langkah dewasa agar masalah dibahas dengan kepala dingin.

Kamu dan pasanganmu tak harus selalu sepakat dalam segala hal. Selera musik, cara mengatur uang, hingga kebiasaan tidur bisa berbeda. Tapi perbedaan bukan berarti ketidakcocokan—justru di sanalah tempat untuk saling belajar dan menyesuaikan.

Kuncinya adalah saling menghargai. Lihat perbedaan sebagai kekayaan, bukan ancaman. Kamu bisa berkata, “Aku nggak terlalu ngerti soal hobi kamu, tapi aku senang kamu punya hal yang bikin kamu bahagia.”

8. Bangun Batasan Sehat dengan Komunikasi yang Jelas

Batasan bukan tanda kamu menjauh, tapi justru bentuk rasa hormat. Misalnya, kamu butuh waktu sendiri di akhir pekan atau ingin komunikasi yang tidak terlalu intens saat sedang sibuk kerja. Kamu bisa mengkomunikasikan itu dengan jujur dan tenang.

Sebaliknya, juga belajar peka terhadap batasan pasangan. Kalau mereka butuh waktu sendiri atau sedang tidak ingin bercerita, jangan dianggap sebagai penolakan. Kamu bisa menanyakan seperti, “Ada yang bisa aku bantu atau kamu butuh ruang dulu?”

Sahabat Fimela, itulah beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk membangun hubungan yang sehat dan dewasa. Ingat bahwa pada akhirnya, hubungan yang dewasa adalah bukan yang saling menyakiti—melainkan saling menguatkan satu sama lain.