Mengenal Sikap Avoidant dalam Hubungan dan Tanda-Tandanya

Avoidant attachment berakar dari pengalaman masa kecil di mana kebutuhan emosional tidak terpenuhi dengan baik. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang secara emosional tidak hadir atau kurang peka terhadap kebutuhan kasih sayang sering kali belajar untuk tidak menggantungkan diri pada orang lain. Mereka mengembangkan keyakinan bahwa menunjukkan kebutuhan emosional justru berisiko dan tidak akan mendapatkan respons yang diinginkan.

Faktor lain yang berkontribusi adalah jika orang tua juga memiliki avoidant attachment, adanya pengabaian emosional, atau tekanan untuk menjadi mandiri sejak dini. Semua ini memperkuat pola tersebut. Anak-anak dari lingkungan seperti ini cenderung tumbuh dengan keyakinan bahwa kemandirian adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup, bahkan ketika mereka menjalin hubungan cinta saat dewasa.

Tidak semua orang menyadari bahwa mereka mungkin memiliki avoidant attachment. Seringkali, perilaku ini tersembunyi di balik sikap yang tampak mandiri dan tenang. Namun, jika diamati lebih dekat, ada beberapa pola khas yang sering muncul berulang kali.

Berikut adalah beberapa tanda umum dari avoidant attachment dalam suatu hubungan:

1. Menghindari Keintiman Emosional

Merasa tidak nyaman ketika hubungan mulai memasuki wilayah emosional yang lebih dalam, sering kali mengalihkan pembicaraan dari topik yang bersifat pribadi.

2. Menarik Diri Saat Hubungan Semakin Dekat

Memilih untuk menjaga jarak meskipun pasangan menunjukkan kasih sayang yang lebih, sebagai cara melindungi diri secara emosional.

3. Kesulitan Mempercayai Pasangan

Lebih cenderung percaya pada diri sendiri daripada orang lain, dan jarang berbagi masalah pribadi.

4. Sulit Mengekspresikan Perasaan

Memilih untuk menyimpan emosi agar terhindar dari perasaan rentan.

5. Menolak Dukungan atau Bantuan

Cenderung mengandalkan diri sendiri meskipun sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain.

6. Merasa Bebas Saat Sendiri

Menjadikan kemandirian yang ekstrem sebagai kebanggaan, meskipun hal ini bisa merugikan kedekatan dalam hubungan.

Pada awalnya, orang dengan avoidant attachment tampak mandiri dan tidak menuntut. Namun, seiring berjalannya waktu, pasangan mereka akan mulai merasakan adanya jurang emosional. Hubungan yang awalnya hangat bisa berubah menjadi dingin, sepihak, dan berisiko berkembang menjadi toxic relationships.

Avoidant attachment Pola keterikatan menghindar ini membuat pasangan merasa tidak dihargai. Ketika konflik muncul, mereka cenderung menarik diri daripada berusaha menyelesaikan masalah. Akibatnya, komunikasi terhenti dan hubungan pun menjadi stagnan.

Mengutip dari situs resmi Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara, pola keterikatan menghindar atau avoidant attachment bukanlah sebuah kutukan, melainkan sebuah pola yang dapat diubah dengan kesadaran, usaha, dan dukungan yang tepat. Jika kamu atau pasanganmu memiliki tipe keterikatan ini, langkah awal yang sangat penting adalah memahami penyebab dan pola perilaku yang ada.

Mengatasi avoidant attachment memerlukan waktu dan kesadaran. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Menyadari Pola yang Ada dalam Diri

Langkah pertama adalah mengakui bahwa gaya keterikatan ini ada dan dapat mengganggu. Kesadaran ini sudah setengah jalan menuju perubahan.

2. Memahami Penyebab dari Masa Lalu

Refleksi terhadap masa kecil sangat penting untuk memahami akar dari pola keterikatan menghindar ini. Ini dapat membantu memutus mata rantai pola lama.

3. Membangun Keintiman Secara Bertahap

Mulailah dengan berbagi hal-hal kecil kepada pasangan. Kedekatan emosional bisa dilatih secara perlahan.

4. Menggunakan Komunikasi Asertif Saat Membutuhkan Ruang

Daripada menghilang atau menarik diri, sampaikan kebutuhanmu dengan cara yang sehat. Misalnya, "Aku butuh waktu sebentar, tapi kita bisa lanjut bicara nanti."

5. Berlatih Mempercayai Pasangan

Meski terasa canggung, cobalah untuk mempercayakan beberapa hal kecil kepada pasangan. Ini akan membantu membangun kepercayaan dan koneksi emosional.

6. Konsultasi dengan Profesional Jika Diperlukan

Terapi bisa menjadi tempat yang aman untuk mengurai pola pikir yang sudah mengakar. Psikolog dapat memberikan bimbingan personal sesuai dengan kebutuhanmu.

Pola avoidant attachment tidak hanya dapat diatasi oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga memerlukan empati dan pengertian dari orang-orang terdekat. Pasangan harus memahami bahwa menjauh bukan berarti tidak peduli, melainkan cara untuk melindungi diri dari ketakutan yang lebih dalam. Dukungan yang tenang dan konsisten jauh lebih efektif daripada memberikan tekanan atau tuntutan.

Bagi orang tua, pencegahan dapat dimulai sejak dini dengan menjadi figur yang responsif secara emosional. Menunjukkan empati, hadir secara aktif, dan memberikan rasa nyaman saat anak merasa cemas adalah langkah penting. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan emosional yang aman cenderung mengembangkan gaya kelekatan yang aman pula.

Mengajarkan anak untuk mengenali emosi mereka dan membiarkan mereka mengekspresikan kebutuhan afeksinya sangatlah penting. Melalui waktu berkualitas bersama dan pendekatan penuh kasih, anak belajar bahwa kedekatan adalah sesuatu yang aman. Ini membentuk fondasi yang kuat untuk hubungan yang sehat di masa depan.