Menilik Makna di Balik Ketidaksetiaan Seseorang yang Berakibat Adanya Perselingkuhan

Ilustrasi selingkuh. (Image by jcomp on Freepik)... Selengkapnya

ringkasan

Perselingkuhan tidak selalu berarti akhir hubungan, justru bisa menjadi pemicu perubahan positif dan diskusi yang lebih sehat.
Menurut Esther Perel, perselingkuhan seringkali berakar pada kurangnya harga diri individu, bukan kekurangan dalam hubungan itu sendiri.
Perselingkuhan dapat menjadi bentuk penemuan diri dan berpotensi meningkatkan hubungan jika pasangan memiliki komunikasi dan kesadaran diri yang kuat.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, anggapan bahwa perselingkuhan selalu menjadi akhir dari sebuah hubungan mungkin perlu ditinjau ulang. Sebuah perspektif baru muncul, menantang pandangan konvensional tentang ketidaksetiaan yang selama ini kita kenal. Artikel dari independent.co.uk yang ditulis oleh Olivia Petter, mengulas gagasan revolusioner ini.

Wacana ini mengutip pemikiran psikoterapis ternama dunia, Esther Perel, yang menawarkan pemahaman lebih mendalam. Ia mengajak kita untuk melihat perselingkuhan bukan hanya sebagai pengkhianatan, tetapi juga sebagai cerminan kompleksitas manusia. Mari kita selami lebih jauh pandangan ini yang mungkin mengubah cara Anda memahami dinamika hubungan.

Pemikiran ini menekankan bahwa perselingkuhan seringkali lebih dari sekadar tindakan semata, melainkan sebuah sinyal. Ini bisa menjadi 'panggilan bangun' yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan pribadi dan hubungan. Jadi, apakah perselingkuhan benar-benar selalu menjadi tanda berakhirnya segalanya?

TERKAIT: Psikologi di Balik Emotional Affair saat Chat Lebih Berarti daripada Sentuhan

TERKAIT: 5 Alasan Orang Bercerai yang Sering Terjadi di Indonesia

Perselingkuhan sebagai Pemicu Perubahan Positif

Risiko Pasangan Berselingkuh Lebih Besar — Ilustrasi Pasangan Credit: unsplash.com/Rone... Selengkapnya

Perselingkuhan seringkali dianggap sebagai pukulan telak yang menghancurkan fondasi hubungan. Namun, Sahabat Fimela, beberapa ahli justru melihatnya sebagai 'panggilan bangun' yang esensial. Situasi ini dapat memaksa pasangan untuk menghadapi isu-isu mendasar yang selama ini terabaikan dalam hubungan mereka.

Krisis yang ditimbulkan oleh perselingkuhan bisa menjadi katalisator untuk diskusi yang lebih sehat dan terbuka. Pasangan mungkin mulai berbicara tentang apa yang berhasil dan tidak berhasil, serta kebutuhan yang belum terpenuhi. Proses ini, meskipun menyakitkan, berpotensi mendekatkan mereka kembali dengan pemahaman yang lebih dalam.

Lebih jauh lagi, pengalaman perselingkuhan dapat mendorong individu atau pasangan untuk mencari bantuan profesional, seperti terapi. Sesi terapi seringkali mengungkap penemuan pribadi yang penting. Ini dapat mengarahkan hidup mereka ke arah baru, bahkan membuka jalan bagi pertumbuhan pribadi yang signifikan.

Dengan demikian, alih-alih menjadi akhir, perselingkuhan bisa menjadi awal dari transformasi. Ini adalah kesempatan untuk membangun kembali hubungan di atas fondasi yang lebih jujur dan kuat. Tentu saja, ini membutuhkan komitmen dan upaya dari kedua belah pihak.

Perspektif Esther Perel: Bukan Kurangnya Hubungan, Tapi Diri

Esther Perel, seorang psikoterapis terkenal, menawarkan pandangan yang menantang keyakinan lama tentang perselingkuhan. Ia berpendapat bahwa perselingkuhan seringkali bukan tentang kekurangan dalam hubungan itu sendiri. Sebaliknya, hal ini lebih sering berkaitan dengan kekurangan dalam diri orang yang berselingkuh.

Perel menjelaskan bahwa akar masalah ini umumnya bermuara pada kurangnya harga diri. Kondisi ini, dalam beberapa kasus, dapat menumbuhkan kecenderungan untuk merusak diri sendiri atau mencari validasi dari luar. Ini adalah pencarian akan sesuatu yang hilang dari dalam diri, bukan dari pasangan.

Bagi banyak orang, perselingkuhan dapat menjadi bentuk penemuan diri atau pencarian identitas baru. Ini bisa menjadi upaya untuk menemukan kembali versi diri yang hilang atau yang ingin mereka jelajahi. Pengalaman ini sering digambarkan sebagai ekspansif, melibatkan pertumbuhan, eksplorasi, dan transformasi pribadi.

Perel menegaskan, "Terkadang, ketika kita mencari pandangan orang lain, bukan pasangan kita yang kita palingkan, melainkan diri kita yang telah kita menjadi." Ini berarti, seseorang mungkin tidak mencari kekasih lain, melainkan versi lain dari diri mereka sendiri yang ingin mereka rasakan atau alami.

Potensi Peningkatan Hubungan Pasca Perselingkuhan

Meskipun sulit dipercaya, perselingkuhan berpotensi untuk benar-benar meningkatkan hubungan. Ini terjadi jika "bintang-bintang selaras," artinya kedua belah pihak dilengkapi dengan keterampilan komunikasi yang kuat. Tingkat kesadaran diri yang tinggi juga menjadi faktor penentu keberhasilan.

Banyak klien Perel telah mengalami peningkatan hubungan setelah melewati krisis perselingkuhan. Dengan kondisi yang tepat, perselingkuhan dapat menjadi katalisator untuk perbaikan dan pertumbuhan yang signifikan. Ini bukan berarti perselingkuhan dianjurkan, melainkan sebuah pengamatan terhadap realitas kompleks.

Proses pemulihan dan pertumbuhan ini memerlukan kejujuran radikal dan kesediaan untuk introspeksi. Pasangan harus bersedia untuk memahami akar penyebab perselingkuhan dan bekerja sama untuk mengatasi masalah yang ada. Ini adalah perjalanan yang menuntut, namun hasilnya bisa sangat memuaskan.

Pada akhirnya, manusia dan hubungan adalah entitas yang rumit. Tidaklah membantu untuk memandang perselingkuhan dalam istilah biner, yaitu baik atau buruk secara mutlak. Terkadang, kita akan melakukan kesalahan, dan penting untuk tidak langsung menarik kesimpulan yang menciptakan korban dan penjahat yang jelas, yang justru dapat merusak keluarga.