Pulau Pari, Melihat Jakarta di Panorama yang Sama Sekali Berbeda

Asnida Riani diperbarui 10 Agu 2015, 19:10 WIB

Fimela.com, Jakarta Pergantian warna air laut jadi penanda kapal kayu yang berlayar mulai menjauhi Kali Adem. Gelombang di tengah laut yang seakan bernyanyi membentuk satu harmoni jadi teman yang menemani selama berada di lantai dua kapal kayu yang akan bersua dengan pelabuhan Pulau Pari dalam dua jam ke depan.

"Ini gelombang air laut dari speed boat yang sudah lewat dua hingga tiga jam sebelumnya", ujar Krisna, salah satu orang asli Pulau Pramuka, disela-sela perbincangan tentang profesinya sebagai penyelam. Itu lah nikmatnya menaiki transportasi umum saat travelling, kamu bisa bertemu orang dengan beragam latar belakang.

Kapal kayu yang sudah membelah ombak sedari pagi pun akhirnya menepi. Terbius pesona gradasi air laut yang begitu epik, seketika kamu akan lupa kalau sedang ada di Jakarta. Papan bertuliskan 'Kec. Kepulauan Seribu Selatan, DKI Jakarta' lah yang membuatmu terhempas kembali ke realitas. Ya, ini lah Jakarta dengan panorama yang sama sekali berbeda.

Hampir pukul tiga sore adalah saat yang tepat untuk snorkeling. Tak perlu jauh dari pulau 'utama', dengan jarak tempuh selama 10 menit menggunakan perahu kecil, kamu langsung bisa menikmati keindahan bawah laut Pulau Pari. Koral berbonggol, kecil warna-warni, kecil dengan bentuk pipih, serta gerombolan karang berbentuk bintang dengan warna oranye adalah pesona yang bisa kamu temukan.

Memilih homestay di tepi pantai akan menghantarkanmu pada sensasi tidur di-nina-bobo-kan oleh suara ombak yang mengalun dengan ritme yang begitu menghipnotis.

Pantai Pasir Perawan yang ada di ujung Pulau Pari adalah satu spot terkenal untuk menikmati matahari terbenam. Namun, landskap yang sangat berbeda akan menyambutmu kalau datang di pagi hari. Air surut membuat pantai ini jadi padang pasir putih dengan tanaman mangrove yang bergerombol ataupun berdiri tunggal di beberapa titik.

Selain berjalan kaki, kamu juga bisa menikmati eksotisme Pari di sela-sela kayuhan sepeda. Menunggu hingga tengah hari saat perahu kayu menjemput untuk kembali ke wajah metropolitan Jakarta.

 

Baca Juga: Menyicip Ketenangan yang Berpadu dengan Eksotisme Pulau Togean

What's On Fimela