Meratapi Nafas PADI yang Mati Suri

Altov Johar diperbarui 08 Nov 2015, 12:20 WIB

Fimela.com, Jakarta Di era 90-an,PADI merupakan band yang bersinar terang dengan karya-karyanya yang dinamis dan kompleks. PADI mampu mendobrak barisan band Indonesia yang didominasi lagu-lagu dengan aransemen sederhana dan tempo cenderung lambat. Sayang, belakangan PADI seakan kehilangan gairah menghibur para Sobatnya. Mati suri dan entah kapan bangkit kembali.

Beranggotakan Fadly (vokal), Piyu (gitar), Ari (gitar), Rindra (bass), dan Yoyo (drum), album-album PADI terbilang cukup sukses menembus pasar musik Indonesia. Jimat utama band ini terletak pada penguasaan instrumen para personelnya yang jauh di atas rata-rata para musisi band tanah air. Maklum, punggawa PADI merupakan jawara berbagai kejuaran instrumen musik.

Tercatat sudah lima album yang ditelurkan PADI berikut satu album kompilasi. Sebut saja album Sesuatu yang Tertunda yang terjual hingga 2 juta keping dan berbulan-bulan merajai chart MTV. Bahkan album ini berhasil menyabet 4 penghargaan Anugerah Music Indonesia (AMI) Awards 2001, serta menjadi album terbaik. Di masanya.

Wajar jika para pecinta musik PADI begitu kehilangan saat band idolanya menyatakan vakum. Berbagai spekulasi bermunculan seiring keputusan Fadly, Yoyo dan Rindra bersama Stephen Santoso membuat grup Musikimia yang dimanajeri Ari. Sedangkan Piyu asyik bersama projek solo dan bisnisnya.

Piyu sendiri selaku motor utama grup ini tak dapat memprediksi kapan PADI kembali menghadirkan karya-karya kepada pecinta musik. Ironisnya, kala itu Piyu mengatakan, vakumnya PADI berimbas dengan hilangnya komunikasi antara personel. Meskipun ada hanya untuk momen-momen tertentu saja.

"Kita kerjasama sudah lama. Buat kita sudah cukup untuk mendewasakan satu sama lain. Kalau sudah waktunya, kita jalan bareng lagi bersama-sama. Sekarang waktunya belum tepat," kata Piyu. Saat itu vakumnya PADI bermusik sudah menginjak tahun kelima.

Eksistensi PADI pun menjadi tanda tanya besar. Bahkan ada rumor mengatakan, PADI bubar lantaran kesibukan masing-masing personelnya dan lansung dibantah Fadly. Namun bantahan sama yang sering kali dia ucapkan tanpa ada kejelasan. Hidup segan, mati pun tak mau, begitu kata pepatah bilang.

"Enggak bisa dibilang bubar. PADI vakum. Kita masih tetap berlima dan tidak bubar. Enggak tahu kapan (eksis kembali). Saya cuma satu bagian dari lima orang. Kalau saya, belum tau kapan, sampai lima orang ini memutuskan kapan," kata Fadly saat dijumpai di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/11/2015).

Entah apa rencana besar di balik vakumnya PADI dalam waktu yang cukup lama. Masih adakah 'nyawa' untuk mengembalikannya menancapkan taji di industri musik. Atau 'Apakah harus berakhir sudah dan berhenti sampai di sini', seperti penggalan lirik lagu Apakah Harus Seperti Ini mikik Musikimia. (Tov)