Agar Terhindar dari Kanker Serviks, Berapa Usia Ideal Lakukan Vaksin HPV?

Karla Farhana diperbarui 20 Apr 2018, 00:12 WIB

Fimela.com, Jakarta Virus HPV yang menyebabkan timbulnya kanker mulut rahim atau serviks bisa tersebar melalui hubungan seksual dan juga kontak kulit. Karena rawan, penting buat perempuan untuk melakukan vaksin HPV agar terhindari dari penyakit mematikan ini. Namun, usia berapa yang ideal untuk melakukan vaksin ini?

BACA JUGA
Selain Seks, 4 Aktivitas Ini Bisa Bikin Cewek Orgasme

Pemberian vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks paling dianjurkan saat anak perempuan berumur di bawah 13 tahun.

"Kalau ada yang bertanya buat apa vaksinasi padahal belum menikah, justru itu. Karena belum, harus vaksinasi, jangan menunggu virusnya masuk dulu," kata Vaksinologis dari In Harmony Clinic, Kristoforus Hendra Djaya di forum diskusi Ayo Vaksin HPV pada Kamis, 19 April 2018.

Rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menganjurkan, vaksin HPV pada anak bisa dimulai saat mereka umur sembilan tahun. Namun, regulasi di Indonesia, kata Hendra, baru diperbolehkan di usia 10 sampai 13.

Bila dimulai di umur segitu, pemberiannya pun cukup dua kali. Menurut dia, antibodi yang masih sangat bagus, membuat efektivitas vaksin HPV cukup besar, lebih-lebih mereka belum aktif berhubungan seks sehingga belum ada virus yang masuk.

"Kalau sudah lewat 13 tahun, mau tidak mau pakai dosis yang tiga kali," jelas Kristoforus.

2 dari 2 halaman

Keuntungan Suntik Vaksin HPV di Umur 13 Tahun

Program Nasional Vaksin HPV Harus Segera Terlaksana Kalau Bisa Sebelum 2020 (iStockphoto)

Orangtua tidak harus mengeluarkan duit lebih banyak jika sudah memberikan vaksin HPV pada anak di umur 10 sampai 13 tahun. "Sudahlah lebih murah, lebih efektif, lebih bagus pula," kata dia.

Efektivitas ini memang tidak 100 persen, hanya 99 persen. "Artinya, masih ada kemungkinan, walaupun sangat-sangat kecil," kata Hendra.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam ini mengibaratkan vaksin HPV selayaknya pakaian besi yang akan dipakai berperang. Kemungkinan untuk mati akibat ditembak akan sangat kecil, karena peluru akan mental. Namun, apa jadinya kalau yang perang itu justru dibombardir dengan bom, besar kemungkinan mati juga.

Hendra tidak bisa memastikan individu yang telah divaksin akan 100 persen terbebas dari risiko terinveksi. Semua bergantung pada jumlah virus yang masuk ke dalam tubuhnya nanti.

"Kalau vaksin HPV sejak anak-anak tapi besarnya dia jadi melacur, ya tidak tahu juga bisa terbebas atau tidak," ujarnya.

Apalagi jika saat besarnya, anak yang sudah vaksin HPV itu tidak melakukan skrining. Jadi, Hendra menganjurkan, untuk melakukan skrining sesudah mereka aktif berhubungan seksual.

"Vaksin HPV itu pencegahan primer, skrining itu pencegahan sekunder. Ibarat benteng, dia mempertahankan sebelum virus masuk. Kalau HPV itu sudah masuk ke dalam sel, vaksin tidak bisa apa-apa jika tidak dibantu dengan skrining," ujarnya.

 

 

Penulis: Aditya Eka Prawira

Sumber: Liputan6.com