Puasa Ternyata Bisa Jadi Awal Hidup Sehat dan Detoksifikasi!

Fimela Editor diperbarui 08 Jul 2013, 10:00 WIB

 

 

 

 

What's On Fimela
Puasa = detoksifikasi Ya, berpuasa bisa disamakan dengan proses pembersihan racun dari tubuh alias detoksifikasi. Itulah yang ditekankan Andang mengenai detoksifikasi dan berpuasa. “Puasa adalah pengalaman multidimensi. Secara fisik, puasa akan mengurangi beban organ-organ pencernaan termasuk lambung, usus, pankreas, empedu, dan liver. Khususnya liver, organ yang paling berperan dalam proses pengeluaran racun (detoksifikasi), akan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan pembersihan dan menghasilkan senyawa-senyawa baru yang dibutuhkan tubuh kita. Jadi, anjuran berpuasa itu sebenarnya bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum selama 12 jam atau lebih saja. Tapi, ada hikmah detoksifikasi di dalamnya,” urainya.
Detoksifikasi lebih efektif berkat berpuasa Secara alami tubuh sebenarnya sudah melakukan detoksifikasi setiap hari. Antara lain melalui usus (buang air besar), kandung kemih (buang air kecil), kulit (keringat), dan paru-paru (C02). Proses ini akan berlangsung dengan baik jika kamu berpola makan baik dan sehat. Namun, siapa yang mampu menjaga pola makannya selalu baik dan sehat dalam setahun? “Oleh sebab itu jangan melihat anjuran puasa sebagai kewajiban yang menyiksa. Karena, yang memperoleh manfaat puasa itu adalah tubuh atau dirimu sendiri. Perlu diketahui, detoksifikasi lebih efektif jika dilakukan pada puasa panjang seperti puasa Ramadhan. Puasa panjang lebih meningkatkan proses pembuangan dan pelepasan racun dari usus besar, ginjal dan kandung kemih, paru-paru dan sinus, serta kulit. Dalam proses ini tubuh akan mengeluarkan zat yang disebut mukus atau lendir dari saluran usus, saluran pernapasan, sinus, atau dalam urin. Mukus adalah bagian dari sistim kekebalan tubuh yang mengikat dan membawa racun keluar dari dalam tubuh,” jelas Andang.
Kenali proses detoksifikasi Layaknya penyembuhan yang membutuhkan waktu, detoksifikasi pun memiliki berbagai tahap yang menandakan proses pembersihan telah bekerja. “Setiap proses detoksifikasi akan menghasilkan sejumlah gejala yang tidak nyaman, bahkan ada yang seperti penyakit. Sakit kepala, lesu, atau gelisah adalah gejala umum yang terjadi pada satu-dua hari pertama puasa. Bau mulut juga menandakan proses detoksifikasi sudah dimulai. Lapisan berwarna keputihan atau kekuningan yang ada di permukaan lidah sebaiknya dibersihkan setiap hari dengan alat khusus pembersih lidah. Pada sebagian orang pun bisa mengalami tumbuh jerawat dan bisul yang merupakan upaya tubuh mengeluarkan racun/kotoran melalui kulit. Gangguan pencernaan juga bisa terjadi seperti mual, kembung, diare, atau sembelit, sementara sebagian orang bisa mengalami sulit tidur atau sebaliknya mimpi buruk saat tubuh sedang melepaskan racun di malam hari. Selain itu, tingkat energi pada awal puasa biasanya menurun karena sebagian besar simpanan energi memang banyak dipakai oleh sistim detoksifikasi,” kata Andang.
Healing crisis, proses lanjutan detoksifikasi Bila kamu sudah mengalami tanda-tanda seperti yang disebutkan sebelumnya, jangan takut, itu adalah awal menuju tubuh yang lebih sehat. Healing crisis, nama lain dari proses telah berjalannya detoksifikasi itu, dijanjikan Andang akan segera berakhir. “Terminologi pengobatan alami untuk periode tidak nyaman yang muncul selama puasa, terutama pada awal puasa, ini disebut ‘healing crisis’. Dalam pengobatan konvensional dikenal sebagai withdrawal symptom atau gejala putus obat. Kebanyakan healing crisis berlangsung dalam 1-2 hari saja. Namun, gejala seperti pilek atau hidung mampet bisa berlangsung lebih lama tergantung tingkat keracunan dalam tubuhmu. Yang sebaiknya dilakukan saat crisis ini muncul, pertama yaitu hentikan semua aktivitas yang menguras energi. Lalu, banyak minum dan mengonsumsi buah dan sayuran segar selama berbuka puasa. Kurangi juga makanan tinggi lemak dan gula, serta tidak perlu makan berlebihan karena ukuran lambung tetap sama saat berpuasa atau tidak. Memenuhi lambung dengan banyak makanan justru hanya akan menghambat proses pencernaan makanan itu sendiri,” lanjut Andang.
Kenapa perlu detoksifikasi? Melihat betapa banyaknya manfaat dari detoksifikasi, membuat puasa makin menarik untuk segera dijalani. Terlepas dari itu, tahukah kamu apa alasan sebenarnya kenapa detoksifikasi perlu kamu lakukan, minimal setahun sekali? “Pola makan buruk dan gaya hidup tidak sehat menyebabkan banyak proses dalam tubuh kita terganggu. Akibat paling nyata adalah penuaan dini dan penyakit karena sel-sel tidak cukup memperoleh oksigen dan zat gizi, juga tidak maksimal mengeluarkan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi. Puasa Ramadhan setiap setahun sekali membantu tubuh melancarkan pembuangan zat-zat tidak berguna tersebut. Saran saya, bila niat berpuasa sekaligus detoksifikasi akan dijalankan, hindari obat-obat yang tidak perlu seperti anti flu, sakit maag, atau sakit kepala yang dijual bebas. Penggunaan obat sebaiknya di bawah pengawasan dokter atau ahli,” sarannya. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan, Fimelova!