Next
Pada tahun 2005, Santi bertemu dengan Prof. Sugiharto, mereka pun ber-partner untuk memulai usaha kebun jati dan pada tahun 2010 usaha jati tersebut resmi ia ambil alih sendiri. “Kali pertama saya menjalankan bisnis jati, saya menyewa sebuah ruko di Senayan Trade Center (STC). Saya menjual pohon satu-satu karena saya percaya dari satu pohon bisa berangsur-angsur menjadi ribuan pohon nantinya dan fokus adalah kunci kesuksesan,” Santi berbagi.
What's On Fimela
powered by
Next
Sudah mencapai taraf sejahtera, tidak membuat Santi justru malah ingin berhenti dari bisnisnya. “Sebenarnya kalau mau berhenti, saya bisa berhenti kapan saja. Tetapi, saya tidak mau berhenti begitu saja. Saya ingin terus kreatif dan produktif karena dengan demikian saya bisa menciptakan lapangan kerja dan memberi manfaat bagi warga sekitarnya. Misalnya saja, ketika banyak mahasiswa yang ingin melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN), saya selalu membuka pintu karena itu merupakan salah satu cara untuk mencerdaskan para pekerja di kebun saya,” tutur Santi dengan nada serius.
Next
Walaupun dengan latar belakang pendidikan yang sama sekali tidak bersinggungan dengan bisnis yang sedang ia jalani saat ini, Santi tetap penuh perhitungan setiap kali akan memilih lahan yang akan dibeli. “Lahan yang saya beli tentunya harus subur, bukan bekas lahan tambang, harus ada sungai, dan yang paling penting legalitasnya terjamin. Dan tidak hanya itu, saya pun juga melihat keberuntungan sebuah tempat dari nama diperhitungkan dari segi feng shui, almanak Cina, dan juga kebijaksanaan Islam semua itu saya gabungkan jadi satu. Beberapa contoh tempat yang saya ambil misalnya saja Sukamulya, Sukadamai, dan Sukamakmur” ujar Santi menutup pembicaraan.