85 Tahun Bango, "Komitmen Tinggi Menjaga Kualitas Sepenuh Hati"

FimelaDiterbitkan 02 Februari 2013, 10:41 WIB

Pada tanggal 31 Januari kemarin, Bango, merk kecap terkemuka produksi PT Unilever Indonesia Tbk. merayakan ulangtahunnya yang ke 85. Melalui perjalanan yang begitu panjang, Bango hadir di tengah masyarakat dan menjadi bagian kekayaan kuliner Nusantara dengan konsistensi dan sepenuh hati dalam menjaga kualitas rasa.  

Perjalanan Bango dimulai dari langkah kecil Tjoa Pit Boen yang mendirikan usaha rumahan di kawasan Benteng, Tangerang, pada tahun 1928 dimana Bango pertama kali dijajakan di toko kecil di garasi rumahnya. Rasa dan kualitas kecap Bango yang prima membuatnya jadi tersebar luas melalui kabar mulut ke mulut. Berkat usaha keras dan konsistensi dalam menjaga rasa dan kualitas, Bango terus bertahan bahkan lebih berkembang, dan pertumbuhannya semakin pesat ketika Bango diakuisisi oleh Unilever pada tahun 2001.

Ainul Yaqin, Foods Director PT. Unilever Indonesia Tbk. mengatakan, “Secara filosofis, nama 'Bango' dipilih pendirinya agar kecap ini dapat terbang tinggi. Kami bersyukur bahwa di bawah bendera Unilever Indonesia, Bango mampu mengokohkan dirinya sebagai merek kecap nomor satu di Indonesia. Hal ini tercapai karena selama 85 tahun Bango selalu konsisten dalam menjaga kualitas sepenuh hati, yang tercermin dalam penggunaan bahan-bahan terbaik dan proses pembuatan dengan standar tertinggi.”

Marieska Widhiana, Senior Brand Manager Bango menuturkan, “Bango hanya menggunakan kedelai hitam dengan kualitas terbaik untuk dapat menghasilkan rasa lebih gurih alami, yang merupakan syarat kualitas kecap yang tinggi. Kedelai hitam terbaik menjadi kunci bagi kelegendarisan Bango, selain karena menghasilkan rasa yang jelas berbeda, penggunaan kedelai hitam adalah bentuk komitmen Bango untuk melestarikan resep otentik kecap manis. Oleh karena itu, dengan moto ‘Benar-Benar Kecap’, Bango selalu berkomitmen untuk mempersembahkan sekaligus melestarikan keotentikan rasa kecap yang sebenarnya.”

Kepedulian Bango yang begitu tinggi akan kedelai hitam dibuktikan dengan pengembangan varietas kedelai hitam khusus bernama Mallika. Mallika adalah varietas kedelai hitam unggulan yang dikembangkan melalui kerjasama tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Unilever Indonesia untuk Bango.  

Prof. Mary Astuti, penemu kedelai Mallika yang juga seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Teknologi Pertanian, UGM mengemukakan fakta bahwa kedelai hitam Mallika memiliki begitu banyak keunggulan dibandingkan varietas kedelai lainnya. Selain lebih tahan cekaman fisik dan juga lebih tahan serangan penyakit, kedelai hitam Mallika merupakan sumber pangan berkualitas yang tidak hanya lezat, namun juga bernutrisi.

Mengenai kerjasamanya dengan Unilever Indonesia, Prof. Mary berkisah, ”Peneliti UGM merasa beruntung bermitra dengan Unilever Indonesia yang mempunyai wawasan ke depan dan wawasan ilmiah. Oleh karena itu kami tidak ragu mempercayakan kedelai hitam Mallika kepada Unilever Indonesia agar dapat tumbuh dan berkembang bersama. Kami percaya bahwa Unilever Indonesia akan terus mengembangkan kedelai hitam Mallika bersama petani binaannya sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan industri kecap Bango.”

Uniknya, program kemitraan dengan petani kedelai hitam Mallika tidak hanya untuk menjamin pasokan kedelai hitam, tapi juga untuk memberdayakan para pemangku kepentingan dalam bisnis ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

Maya Tamimi, Enhancing Livelihood Program Manager PT. Unilever Indonesia Tbk. mengemukakan, ”Hingga saat ini Bango membina lebih dari 9000 petani kedelai Mallika, yang pada awalnya di tahun 2001 hanya berjumlah 12 petani saja. Total persebaran lahan pertanian Mallika-pun semakin luas, dari 5 hektar  di tahun 2001 hingga kini menjadi 1.600 hektar. Kegiatan kerjasama Bango dengan para petani meliputi pengadaan bahan baku kedelai, penanaman, hingga pemberdayaan masyarakat. Hal ini yang menjadi landasan bagi misi ’Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam’. Program ini juga menyentuh berbagai aspek sosial, misalnya pemberdayaan perempuan yang terlibat dalam kegiatan penyortiran kedelai hitam Mallika pasca panen.”

Berangkat dari menjaga kualitas sepenuh hati, Bango selalu berupaya untuk menggali, menampilkan dan mempopulerkan kekayaan warisan kuliner Nusantara melalui inovasi produk serta kegaiatan yang dilaksanakan. Salah satunya Festival Jajanan Bango (FJB) event kuliner akbar yang menampilkan aneka ragam makanan tradisional yang legendaris persembahan para penjaja makanan yang legendaris. Tahun ini, FJB akan memuaskan selera para pecinta kuliner Nusantara di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang dan Semarang dengan tema “Legenda Kuliner Nusantara”.

Selain itu, tahun 2012 Bango meluncurkan inovasi baru melalui berbagai fasilitas bagi pecinta kuliner melalui jalur digital. Keseluruhan fasilitas digital ini bertujuan agar kekayaan warisan kuliner Nusantara baik itu dalam bentuk resep, video demo masak, tips tempat-tempat jajanan favorit dan lainnya dapat terdokumentasikan dan terlestarikan dengan baik, serta tentunya dapat diakses dengan mudah oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun.

Dalam upaya melestarikan warisan kuliner Nusantara, Bango mendapat dukungan dari begitu banyak pihak. Melalui peranan mereka, misi Bango untuk mendorong kecintaan dan kepedulian untuk melestarikan warisan kuliner Nusantara dapat tersebar dengan baik ke berbagai lapisan masyarakat.

Bondan Winarno, ikon pelestarian warisan kuliner Nusantara yang juga pernah menjadi host program televisi mingguan Bango bertajuk ”Bango Cita Rasa Nusantara (BCRN) mengungkapkan, ”Bango merupakan pionir dalam menyebarluaskan kekayaan warisan kuliner Nusantara melalui televisi, sebagai host pertama BCRN saya merasa sangat bangga dapat ikut menjadi bagian dari kesuksesan Bango dalam mengedepankan pentingnya mengenal dan mendokumentasikan berbagai hidangan khas di seluruh pelosok negeri.”

Hadir pula Surya Saputra, selebriti yang telah menjadi bagian dari 85 tahun perjalanan Bango untuk turut berbagi kebahagiaan, “Menjadi bagian dari keluarga Bango merupakan pengalaman yang luar biasa, karena saya mendapatkan kesempatan untuk ikut menyebarkan kecintaan saya terhadap dunia kuliner Indonesia dan juga mengajak masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian warisan kuliner Nusantara ini. Berkat pengalaman ini, saya selalu terdorong untuk terus menyebarluaskan pentingnya melestarikan warisan kuliner Nusantara kepada orang-orang di sekitar saya.”

(vem/cey dan red)
What's On Fimela