Sukses

FimelaMom

Anak Balita Sering Tantrum Saat Liburan? Ini Penyebabnya

ringkasan

  • Anak balita sering tantrum saat liburan karena perubahan rutinitas, kelelahan, stimulasi berlebihan, dan kurangnya kontrol, yang dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang tepat.
  • Memastikan nutrisi yang cukup, jadwal istirahat teratur, dan aktivitas fisik yang sesuai minat anak adalah kunci penting untuk liburan agar anak tidak tantrum.
  • Orang tua perlu memprioritaskan kenyamanan dan kebutuhan anak, termasuk memberikan perhatian satu lawan satu, demi pengalaman liburan yang menyenangkan bagi seluruh keluarga.

Fimela.com, Jakarta - Liburan adalah momen yang ditunggu-tunggu banyak keluarga untuk bersantai dan menciptakan kenangan indah. Namun, bagi sebagian orang tua, masa liburan justru bisa menjadi pemicu tantrum pada anak, mengubah suasana ceria menjadi penuh drama. Mengapa demikian? Tantrum, yang merupakan luapan emosi atau frustrasi, sangat wajar dialami anak-anak, terutama usia 1-3 tahun, ketika kemampuan verbal mereka belum memadai untuk mengungkapkan perasaan.

Kondisi ini seringkali membuat orang tua panik, apalagi jika terjadi di tempat umum. Padahal, tantrum pada anak saat liburan bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang mungkin tidak disadari. Memahami akar penyebab tantrum adalah langkah pertama untuk mengatasinya secara efektif dan menciptakan pengalaman liburan yang lebih menyenangkan bagi seluruh anggota keluarga.

Sahabat Fimela, jangan khawatir! Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tepat, Anda bisa mencegah tantrum dan memastikan liburan tetap nyaman serta penuh tawa. Mari kita selami lebih dalam penyebab dan solusi agar liburan anak tidak tantrum.

Mengapa Anak Sering Tantrum Saat Liburan?

Liburan memang mengacaukan jadwal, dan perubahan rutinitas adalah salah satu pemicu utama tantrum pada anak. Anak-anak, khususnya balita, sangat bergantung pada jadwal tidur, makan, dan aktivitas harian yang konsisten. Ketika rutinitas ini terganggu, mereka bisa merasa kehilangan kendali dan prediktabilitas, yang berujung pada frustrasi dan kelelahan. "Ketika jadwal tidak sesuai rutinitas, anak-anak terkadang bisa merasa kehilangan kendali dan prediktabilitas," menurut Taking Cara Babies.

Selain perubahan rutinitas, kelelahan dan kelaparan juga menjadi faktor penting. Anak-anak lebih mudah merasa lelah dan bosan, terutama selama perjalanan panjang atau aktivitas liburan yang padat. Kurang tidur atau jadwal makan yang terganggu dapat membuat mereka mudah tersinggung dan memicu tantrum. "Merasa lapar atau lelah lebih sulit bagi si kecil untuk mengelola dan dapat mengakibatkan tantrum," jelas Piccalio.

Stimulasi berlebihan (overstimulation) dari lingkungan liburan yang baru juga bisa sangat membanjiri indra anak. Lampu terang, suara bising, keramaian, dan aktivitas yang tidak biasa dapat menyebabkan kewalahan emosional pada anak-anak, terutama balita. "Pertemuan liburan seringkali datang dengan lampu terang, musik keras, dan wajah baru, yang semuanya bisa sangat membanjiri bagi balita," ungkap Ergobaby.

Terakhir, harapan tinggi dan kegembiraan berlebihan juga bisa menjadi bumerang. Anak-anak mungkin memiliki ekspektasi besar terhadap liburan, dan ketika harapan ini tidak terpenuhi atau ada penundaan, kekecewaan dapat memicu tantrum. Kegembiraan yang berlebihan juga bisa membuat anak sulit mengelola emosi. Berikut adalah beberapa penyebab utama anak tantrum saat liburan:

  • Perubahan Rutinitas: Jadwal tidur, makan, dan aktivitas harian yang terganggu menyebabkan anak merasa kehilangan kendali.
  • Kelelahan dan Kelaparan: Kurang tidur atau jadwal makan yang tidak teratur membuat anak mudah tersinggung.
  • Stimulasi Berlebihan: Lingkungan baru yang ramai dan penuh stimulus dapat membanjiri indra anak.
  • Harapan Tinggi dan Kegembiraan Berlebihan: Kekecewaan saat harapan tidak terpenuhi atau kesulitan memahami konsep menunggu.
  • Kecemasan Terhadap Orang Asing dan Tekanan Sosial: Bertemu banyak orang baru atau tekanan untuk berinteraksi.
  • Kurangnya Kontrol dan Kemandirian: Sedikitnya kesempatan anak untuk membuat pilihan sendiri.
  • Stres Orang Tua: Anak-anak dapat merasakan dan mencerminkan emosi stres orang tua.
  • Kurangnya Perhatian 1-on-1: Sedikitnya waktu berkualitas bersama orang tua dapat membuat anak merasa tidak aman.
  • Kondisi Khusus: Gangguan pemrosesan sensorik, kecemasan, atau keterlambatan perkembangan dapat memperburuk tantrum.

Kiat Jitu Mencegah Tantrum Saat Liburan

Untuk memastikan liburan berjalan lancar dan liburan agar anak tidak tantrum, prioritas utama adalah mempertahankan rutinitas dasar anak. Usahakan untuk menjaga jadwal tidur dan makan anak tetap konsisten sebisa mungkin, bahkan saat bepergian. San Mehra, pakar perilaku anak, menekankan pentingnya menjaga "titik labuh" seperti waktu bangun tidur, jam makan, dan jam tidur agar tetap konsisten. "Kekacauan sepanjang hari sulit dihadapi anak-anak. Jika satu bagian rutinitas berubah, itu masih bisa dikelola, tapi jika semuanya berubah, rasa kewalahan akan menumpuk dengan cepat," jelasnya.

Selain rutinitas, pastikan anak tidak merasa kelaparan atau kelelahan. Sediakan camilan sehat yang mudah dijangkau dan air minum yang cukup. Jika perjalanan panjang, rencanakan waktu istirahat yang memadai agar anak bisa meregangkan badan dan beristirahat. "Feeling hungry or tired is harder for your little one to manage and may result in a meltdown," kata Piccalio.

Batasi stimulasi berlebihan yang bisa membanjiri indra anak. Hindari tempat yang terlalu ramai atau bising untuk waktu yang lama. Berikan anak waktu tenang untuk beradaptasi atau sekadar beristirahat dari keramaian. Membawa mainan favorit atau buku cerita juga bisa menjadi penyelamat saat anak mulai bosan atau rewel.

Melibatkan anak dalam proses pengambilan keputusan kecil juga dapat memberikan rasa kontrol dan kemandirian. Misalnya, biarkan mereka memilih pakaian atau camilan, atau tanyakan aktivitas apa yang ingin mereka lakukan selanjutnya. Fleksibilitas dalam rencana juga sangat penting, karena anak-anak seringkali sulit diprediksi.

Pentingnya Nutrisi dan Aktivitas Fisik untuk Liburan Nyaman

Kebutuhan nutrisi yang cukup memegang peranan vital dalam menjaga suasana hati anak selama liburan. Kreator konten Yoga Arizona, seorang ayah, menekankan bahwa tantrum seringkali terjadi karena anak merasa lelah atau tidak tahu apa yang diinginkan. "Kebutuhan nutrisi mereka juga harus dipikirkan melalui makanan. Terus habis itu kayak minuman yang diminum juga penting," ujarnya dalam sebuah acara Talkshow Bebelac Slurp&Bounce. Memastikan asupan gizi seimbang dan hidrasi yang cukup dapat membantu menjaga energi dan stabilitas emosi anak.

Yoga Arizona juga menyoroti pentingnya mengikuti minat anak saat liburan. Ia mengungkapkan bahwa kenyamanan anak menjadi pertimbangan utamanya. "Kalau aku sendiri sebenarnya kalau liburan itu lebih ke minat anaknya ya. Karena kadang kita itu sering orang tua itu pengen liburan karena bapak ibunya juga pengen. Sedangkan anaknya mungkin kurang nyaman gitu," jelasnya. Dengan memprioritaskan pilihan anak, mereka akan merasa lebih nyaman dan mengurangi risiko tantrum.

Selain nutrisi, aktivitas fisik juga sangat krusial. Yoga kerap mengajak kedua anaknya melakukan quality time di luar ruangan untuk menghindari kebosanan dan kecanduan gadget. Aktivitas fisik membantu anak menyalurkan energi, bereksplorasi, dan belajar hal-hal baru. Liburan yang melibatkan gerakan aktif seperti berjalan-jalan atau berenang dapat membuat tubuh anak lebih sehat.

Terakhir, jangan lupakan pentingnya perhatian satu lawan satu. Di tengah kesibukan liburan, meluangkan waktu khusus untuk berinteraksi dengan anak dapat memberikan stabilitas emosional. "Connection with parents provides stability for children, but during busy seasons, there is often less intentional 1-on-1 time," menurut Taking Cara Babies. Dengan kombinasi nutrisi, aktivitas fisik, dan perhatian penuh, liburan agar anak tidak tantrum dapat terwujud.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading