Bedakan Syndrom Baby Blues dengan depresi Pasca Melahirkan

Fimela diperbarui 18 Des 2015, 16:27 WIB

Memiliki anak tentunya jadi momen yang menyenangkan. Namun, di sini lain, melahirkan dan mengurus bayi, bisa dibilang menguras emosi. Tahukah Anda, hampir 80% ibu yang habis melahirkan mengalami gangguan emosional yang disebut sindrom baby blues. Hormon estrogen dan progesteron yang tadinya ada di level tinggi demi menjamin kehamilan yang sehat, tiba-tiba turun drastis. Perubahan ini membawa dampak tidak enak pada emosi ibu.

Kondisi ini sering diperparah dengan kondisi kurang tidur, bolak-balik harus menyusui, menenangkan bayi, mengganti popok, mencuci baju dan celana bayi dan lain sebagainya. Tidak heran jika banyak ibu lantas menjadi mudah menangis, berpikiran buruk, dan mudah tersinggung.
Kabar baiknya, sindrom baby blues tidak muncul sepanjang waktu tapi hanya beberapa menit atau beberapa jam setiap hari dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu kira-kira 14 hari setelah melahirkan.

Kabar kurang baiknya, sindrom baby blues dapat menjadi pertanda suatu gangguan emosi yang lebih berat yaitu depresi pasca melahirkan (postpartum depression). Depresi pasca melahirkan dialami oleh sekitar 20% ibu. Calon ibu dan ayah wajib tahu perbedaan keduanya supaya bisa mencari pertolongan yang tepat.

"Banyak orang keliru membedakan antara baby blues dengan depresi pasca melahirkan. Seorang ibu yang baru melahirkan kedapatan menangis, itu wajar. Tapi jika dia terus menangis sepanjang waktu sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai ibu, itu masalah. Itulah depresi. Jadi, ini bukan tentang apa yang dirasakan oleh si ibu tapi tentang seberapa sering itu terjadi dan bagaimana efeknya terhadap kehidupan sehari-hari," kata Karen Kleiman, MSW, LCSW, pendiri dan direktur Postpartum Stress Center di Rosemont, Pennsylvania.

Seorang ibu baru dicurigai sedang menderita depresi pasca melahirkan jika menunjukkan gejala-gejala berikut ini.

  1. Ketidakstabilan emosi berlangsung lebih dari tiga minggu setelah melahirkan

  2. Mengabaikan tugasnya sebagai ibu karena terlalu sedih, terlalu cemas, terlalu marah untuk sebab-sebab yang sulit dijelaskan

  3. Merasa beban dan perasaan yang ditanggungnya tidak tertahankan lagi

  4. Tidak bisa tidur meski sudah sangat lelah

  5. Atau sebaliknya, ingin tidur setiap saat

  6. Terus-menerus menangis

  7. Tidak dapat menikmati keibuannya

  8. Tidak mau berdekatan dengan bayinya

  9. Cemas berlebihan terhadap bayinya

  10. Nafsu makan berubah drastis, jadi sangat banyak, sangat sedikit atau tidak mau makan sama sekali

  11. Sering merasa sangat marah untuk alasan yang sulit dijelaskan

  12. Mudah tersinggung

  13. Memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami depresi

  14. Menjauhi aktivitas yang tadinya disukai

  15. Merasa jika ia pergi maka keluarganya akan lebih baik

  16. Merasa kehilangan jati diri

  17. Berpikir untuk melukai diri sendiri

Depresi pasca melahirkan bukan sesuatu yang memalukan dan bisa disembuhkan. Dukungan paling awal idealnya didapat dari orang-orang terdekat yaitu suami dan keluarga dekat lainnya. Dukungan lebih lanjut adalah pertolongan dari psikiater atau psikolog yang berpengalaman menangani depresi jenis ini. Doronglah ibu yang sedang depresi untuk mau melakukan aktivitas yang disukainya lagi. Bantu ia merawat bayinya dan yakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Lakukan dengan sabar karena jika tidak, situasi akan bertambah parah. Semakin cepat mencari pertolongan, semakin mudah depresi disembuhkan.

Sumber: http://meetdoctor.com/

(vem/apl)
What's On Fimela