[Vemale's Review]: Secangkir Kopi dan Pencakar Langit - Aqessa A.

Fimela diperbarui 17 Sep 2016, 10:30 WIB

Judul : Secangkir Kopi dan Pencakar Langit
Penulis : Aqessa Aninda
Editor : Pradita Seti Rahayu
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2016
Halaman : 352 hlm
ISBN: 978-602-02-8759-1

Satrya nggak munafik, first impression seorang laki-laki terhadap perempuan pasti tampilan fisik dulu sebelum inner beauty. Namun teori itu terbantahkan ketika Satrya tanpa sengaja meminta bantuan Athaya, seorang IT system analyst yang begitu passionate dengan profesinya, dan juga dijaga habis-habisan sama cowok-cowok IT yang pada sayang sama 'dedek' mereka ini. Satrya bisa memilih cewek cantik mana saja untuk didekati—penampilan Satrya memang mampu bikin cewek-cewek melirik sekilas kepadanya. Tapi, ia memilih Athaya. Sedangkan Athaya diam-diam sudah lama memendam rasa pada Ghilman. Masalahnya... Ghilman sudah punya pacar.

Di tengah-tengah business district nomor satunya Jakarta, kopi, rokok, meeting, report, after office hour, cowok-cowok rapi dengan kemeja slim fit, kaki jenjang cewek-cewek dengan heels tujuh sentimeter, ada sepotong kisah cinta segitiga antara Athaya, Satrya, dan Ghilman. Siapakah yang akan Athaya pilih? Satrya yang menarik dan fun atau Ghilman yang baik hati serta gesture-nya yang selalu bikin jantung Athaya deg-degan? Benarkan dicintai rasanya lebih menyenangkan daripada mencintai?


Secangkir Kopi dan Pencakar Langit (SKdPL), novel ini bercerita seputar kisah cinta Satrya, Athaya, dan Ghilman. Diceritakan Athaya sudah naksir duluan dengan Ghilman. Cuma sayangnya Ghilman sudah punya pacar. Sementara itu, Satrya yang jadi idola para cewek ternyata tertarik sama Athaya. Terlebih karena Athaya mirip sekali dengan Alisha, sahabat Satrya sejak kuliah yang sayangnya sudah menikah duluan sebelum Satrya sempat menyatakan perasaannya.

Tak lama kemudian, Ghilman putus dengan pacarnya karena alasan yang benar-benar nggak bisa bikin mereka balik lagi. Lalu, Ghilman dikenalin dengan cucu dari sahabat neneknya. Surprise! Ternyata Ghilman dikenalin dengan Athaya. Ternyata nenek Athaya dan nenek Ghilman merupakan teman baik. Bahkan keluarga Athaya juga masih ingat dengan Ghilman waktu masih kecil.

Dari situlah, Ghilman mulai memberi perhatian lebih pada Athaya. Di sisi lain, Satrya mulai dekat sama Athaya. Tapi kemudian, Athaya bingung dengan perasaannya sendiri. Terlebih ketika akhirnya masing-masing saling membuka perasaan. Jadi, siapa yang akhirnya dipilih sama Athaya?

Novel ini sukses membuat saya nggak bisa berhenti membaca sampai habis. Meski sudah kerasa Athaya bakal jadian sama siapa pada akhirnya, tetap saja menarik untuk menamatkan halaman demi halamannya. Ada empat hal utama yang menarik dari novel ini. Pertama, soal cinta dan pernikahan. Ada banyak pesan yang jleb banget soal pernikahan. Athaya yang dianggap dewasa sudah saatnya untuk menemukan pasangan hidup. Tapi hati Athaya juga masih tak menentu.

Nikah itu memindahkan tanggung jawab, menyesuaikan dua kepala jadi satu.
(halaman 91)


Khususnya soal mencintai atau dicintai. Kita akan lebih bahagia jika dicintai atau mencintai? Mana yang akan memberi happy ending, mencintai lebih dulu atau menerima perasaan dicintai dulu?

Kita nggak bisa memilih dicintai atau mencintai duluan. Dicintai duluan memang lebih menyenangkan, tapi kalaupun kita mencintai duluan sebelum dicintai, rasanya dicintai itu jadi terasa tidak begitu penting, ya?
(halaman 236)


Kedua, soal persahabatan. Saya ngefans gemes sama sosok Ganesh dan Radhi, dua teman kerja Athaya yang sudah seperti kakak. Yang hobi ngejahilin dan ngusilin Athaya. Tapi juga yang bakala jadi orang pertama untuk melindungi Athaya. Cara mereka bercanda dengana Athaya benar-benar sukses bikin ketawa. Kerjaan yang bikin stres jadi terasa fun bareng mereka. Apalagi mereka juga punya sebutan sayang khusus untuk Athaya yang makin membuat hubungan persahabatan mereka lucu.

Juga soal sahabat yang jadi cinta. Satrya tampak begitu menyesal tak sempat menyatakan perasaannya pada Alisha. Sampai akhirnya Alisha menikah dengan orang lain. Saat ada perasaan lebih dari sepasang sahabat laki-laki dan perempuan, tampaknya hubungan akan jadi terasa lebih rumit.

Kalau ada yang bilang bahwa laki-laki dan perempuan tidak akan pernah bisa berhasil menjadi sepasang sahabat, mungkin ada benarnya. Toh, persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang sudah rusak ketika salah satunya terbawa perasaan lebih, bukan?
(halaman 253)


Ketiga, soal karakter Athaya sendiri. Bekerja di bidang IT yang masih jarang digeluti perempuan, Athaya membuktikan dirinya mampu mengerjakan semua tanggung jawab. Tapi ya gitu, mungkin karena dia sendiri sudah mabok duluan dengan kode-kode program komputer, jadi agak susah untuk menangkap kode dari pria yang mendekatinya. Ia digambarkan jadi perempuan yang tangguh tapi juga memiliki sedikit perasaan kurang percaya diri. Ungkapan cuma "remah-remah biskuit Regal" atau "remah-remah rempeyek" memperlihatkan betapa ia terkadang tak menyadari pesona dan kelebihannya sendiri. Perempuan... kadang memang suka merasa ciut, apalagi jika mulai membanding-bandingkan diri sendiri dengan perempuan lain.

Sedih juga saat mengetahui kondisi keluarga Athaya. Ayahnya yang sakit. Ibunya yang mengerahkan semua waktu dan energinya untuk merawat Ayahnya. Juga soal Athaya yang merasa punya tanggung jawab untuk memastikan keluarganya baik-baik saja.

Kadang kita terlalu sibuk untuk tumbuh dewasa dan lupa bahwa orangtua kita juga beranjak tua.
(halaman 286)


Keempat, soal kedewasaan Satrya dan Ghilman. Memang ya pria yang matang itu punya sikap dan pemikiran yang berbeda soal cinta. Satrya dan Ghilman terang-teranganya menyatakaan diri mereka menyukai satu perempuan yang sama. Tapi alih-alih berantem atau saling menjatuhkan, mereka masing-masing punya cara sendiri untuk mendapatkan cinta Athaya. Dan mereka juga terbuka untuk berlapang dada dengan keputusan Athaya akan memilih siapa. Baik Satrya maupun Ghilman, masing-masing memang sudah punya aura suami-able banget. Dan setuju banget kalau pria yang wajahnya basah karena air wudlu itu gantengnya maksimal.

Berlatar dunia kerja dan kota metropolitan, kita akan dibawa ikut merasakan rutinitas dan keseharian mereka. Ikut terhanyut dengan perasaan Athaya dan tersentuh dengan kisah hidupnya. Merasakan kegalauan dan mengurai perasaan yang terpendam dari masing-masing tokohnya. Juga menemukan lagi makna mencintai dan dicintai dari sudut pandang yang berbeda.




(vem/nda)