Pasien Gagal Ginjal Bisa Jalankan Ibadah Puasa Ramadan, Asalkan...

Fimela diperbarui 25 Mei 2018, 18:00 WIB

Kesehatan menjadi syarat utama ketika kamu harus menjalankan ibadah puasa Ramadan. Jika kesehatan prima, maka seorang muslim wajib menjalankannya jika tidak ada pantangan lain. Tapi bagaimana dengan pasien yang mengalami penyakit gagal jantung? Mendengarnya saja pasti sudah ragu, apakah bisa puasa?

Ternyata bisa. Penelitian yang dipresentasikan pada 1 Maret 2018 dalam 29th Annual Conference of the Saudi Heart Association (SHA29) di Riyadh, Arabi Saudi, menunjukkan bahwa puasa Ramadan aman dijalankan bagi pasien gagal jantung dengan beberapa syarat.

Di Arab Saudi, puasa umumnya berlangsung 15 hingga 16 jam. Demi menjalankan puasa dengan aman, pasien gagal jantung disarankan membatasi asupan cairan setiap hari hingga kurang dari dua liter dan mengurangi asupan sodium hingga kurang dari 2500 mg. Jika tidak mematuhi batasan tersebut, kondisi tubuh justru makin memburuk.

Penelitian yang melibatkan 249 pasien rawat jalan dari tiga klinik gagal jantung di tahun 2017 ini mengungkapkan bahwa sebanyak 227 pasien (91%) berpuasa selama bulan Ramadan. Sebanyak 209 pasien (92%) di antaranya mengalami gejala membaik, dan hanya mengalami gejala memburuk pada 18 pasien (8%).

Gejala gagal jantung meliputi sesak napas, pembengkakan pergelangan kaki, dan kelelahan. Para ahli dari European Society of Cardiology (ESC) sendiri mengungkapkan, bahwa pasien dengan penyakit kronis dibebaskan berpuasa, tapi banyak orang memilih untuk berpuasa.

Ahli jantung Rami Abazid, dikutip dari Medical Xpress, Jumat (25/5/2018) mengatakan, "Pasien gagal jantung yang tidak mengikuti rekomendasi cairan dan garam selama berpuasa Ramadan akan makin buruk gejalanya. Apalagi ketika mereka dikunjungi teman-teman yang banyak bawa makanan. Kandungan garam normal atau tinggi dan minum banyak cairan dalam waktu singkat dapat menyebabkan pergeseran cairan dalam tubuh."

"Puasa Ramadan aman untuk kebanyakan pasien dengan gagal jantung kronis. Saran saya adalah mematuhi pembatasan cairan dan garam. Selain itu, tidak menghilangkan dosis obat. Tetap minum obat, tapi pada jam-jam setelah buka puasa (malam hari)," jelas Abazid.

Karena ternyata banyak pasien mengurangi dosis obat atau bahkan berhenti minum obat yang bersifat diuretik, karena bisa mengurangi cairan tubuh. Mereka takut haus selama berjam-jam selama puasa.

Jadi, sebenarnya bukan penghalang bagi banyak orang untuk menjalankan ibadah puasa, termasuk penderita gagal jantung, asal mengetahui kondisi kesehatannya dan apa yang perlu dilakukan agar puasa bisa berjalan lancar ya ladies.

Sumber: Liputan6.com

(vem/feb)