Jalan Hidup Bisa Ditemukan dengan Cara yang Tak Pernah Diduga

Fimela diperbarui 12 Apr 2018, 10:00 WIB

Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.

***

Kutemukan jalan hijrah saat menjadi guru.

Awal mula saya menjadi guru saat tahun 2010, saat ingin melegalisir ijazah SMK untuk keperluan sidang skripsi di sana saya mendapat tawaran dari kepala sekolah SMK untuk membantu kawannya kepala sekolah SMK lainnya yang membutuhkan guru perhotelan untuk mata pelajaran housekeeping.

Saat itu pergolakan batin muncul antara ego tetap ingin di dunia industri dengan pendapatan besar atau beralih jadi pengajar dengan pendapatan yang kecil, setelah berdiskusi dengan orangtua akhirnya saya putuskan menerima tawaran itu sambil mencari pekerjaan yang sesuai minat dan bakat saya.

Esok harinya saya datang ke sekolah membawa lamaran lengkap sesuai alamat yang diberikan kepala SMK saya. Saya datang ke ruangan kepala sekolah menyampaikan maksud kedatangan saya ke sana dan disambut dengan hangat oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan sekretaris kurikulum.

Saya menjalani tes interview dan microteaching. Mereka ingin melihat sejauh mana saya mampu dan menguasai materi housekeeping yang akan dijarkan pada siswa mereka. Hasil tes akan diberitahukan dua hari selanjutnya.

Setelah dua hari saya diumumkan lulus jadi guru perhotelan di sekolah mereka dan saya diundang untuk hadir dalam rapat tahun ajaran baru sekaligus perkenalan dengan dewan guru dan para staf tata usaha di sana.

Hari rapat tahun ajaran baru tiba dan saya memperkenalkan diri dengan keluarga besar SMK di sana, jujur awalnya saya ragu mengingat background pendidikan saya murni perhotelan bukan dari pendidikan seperti mereka. Apakah saya bisa menyesuaikan diri dengan administrasi pendidikan yang sempat membuat saya bingung dan pusing? Bagaimana cara membuatnya? Serta beberapa tugas tambahan administrasi yang menambah pengalaman baru untuk saya.



Hari pertama mengajar di kelas saya ditemani oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum, banyak catatan yang beliau berikan dari cara saya menyampaikan materi, situasi kelas dan materi yang akan disampaikan di kelas.

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum adalah mentor saya dalam belajar tentang administrasi perangkat mengajar yang baik serta seni mengajar di kelas yang membuat siswa remaja usia SMK nyaman dan tetap menghargai saya sebagai guru mereka.

Pengalaman unik yang ditemui saat mengajar di kelas 12 di mana usia mereka yang hanya terpaut 4-5 tahun dengan saya tidak mau memanggil saya dengan sebutan Ibu tetapi Miss, dan berlanjut hingga kini semua siswa perhotelan di SMK memanggil saya dengan sebutan Miss. Di sekolah mereka memanggil saya dengan sebutan Miss sedangkan di luar sekolah mereka memanggil saya dengan sebutan Kakak.

Menghadapi siswa dengan berbagai latar belakang yang berusia remaja mengharuskan saya bisa menyesuaikan diri kapan jadi sahabat, kakak dan guru panutan untuk mereka. Sering saya jumpai masalah utama kenakalan mereka karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua.

Selain mengajar saya mendapat tugas tambahan menjadi sekertaris jurusan di mana saya harus belajar lebih banyak tentang administrasi sekolah terkait akreditasi, manajemen mutu (ISO), LSP (lembaga sertifikasi profesi), MOU internship dengan hotel sekitar.

Saya sempat merasakan titik jenuh selama 7 tahun dengan keseharian saya berkutat dengan mengajar dan administrasi sekolah, hingga akhirnya nama saya lulus dipanggil oleh dikti untuk menjalani pendidikan profesi guru (ppg) bersubsidi  selama 4 bulan di UPI Bandung.

Di sana saya dipertemukan dengan para guru muda hebat SM3T/talent scouting yang mempunyai pengalaman mengajar luar biasa di pedalaman dengan minimnya fasilitas dan medan yang harus ditempuh untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar, suka duka mereka selama setahun harus pisah dengan keluarga dan hidup tanpa listrik dan air bersih serta minimnya uang saku untuk kehidupan mereka.

Saya bersyukur dengan status guru honorer dapat kesempatan ikut PPG dan dapat mengenal mereka yang luar biasa dedikasinya dalam bidang pendidikan, memotivasi saya bahwa kesulitan fasilitas dan dana tidak menjadi penghalang untuk tetap mencerdaskan anak bangsa.

Saya tersadar bahwa hijrahku adalah ketulusan dan keikhlasan dari hati saat mengajar dengan penuh kasih sayang masih harus terus diasah, lebih mensyukuri apa yang Allah sudah berikan karena dengan mengajar semoga ilmu yang saya berikan dapat bermanfaat untuk orang lain.

(vem/nda)
What's On Fimela