Reinventing Eve: Upaya Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Berkesenian

Karla Farhana diperbarui 15 Mar 2019, 07:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Perempuan kerap dipandang sebelah mata dalam segala dimensi kehidupan. Termasuk dalam berkarya dan berkesenian. Selama berabad-abad, ketidakadilan ini terjadi dan terus terulang. Hasil karya peremupuan kerap dianggap kerajinan belaka tanpa ada nilai seni.

Seperti seni tekstil dan dekoratif lainnya yang dianggap sebagai kerajinan tangan semata, bukan karya seni rupa. Perempuan bukan hanya dicegah untuk menempuh pendidikan layak, tetapi juga untuk mengikuti pelatihan seni. Dampaknya, pria mendominasi jalur seni. Lantas perempuan dianggap sebagai pekerja seni yang inferior. 

Hans Hoffman bahkan pernah melontarkan komentar kepada pelukis ekspresionis abstrak Lee Krasner di pertengahan abad 20. "Lukisan ini sangat baik, kamu tidak akan pernah tahu itu dibuat oleh seorang perempuan." 

Para seniwati tak begitu terdengar gaungnya. Padahal, perempuan berhak mengekspresikan kreativitas mereka pada tingkat yang sama, tanpa harus terbentur batasan jenis kelamin. Perempuan yang bekesenian kerap menghadapi tantangan saat menjual karya seninya dan sulit untuk mendapat pengakuan. Padahal, bulan depan perempuan Indonesia merayakan Hari Kartini.

Di Indonesia, Kartini bukan hanya dikenal sebagai ibu pendidikan bagi kaum Hawa, namun juga sebagai pendobrak dan pejuang hak-hak perempuan. Kartini, simbol gerakan feminisme dan kebebasan perempuan modern, dikenang di bulan April setiap tahunnya. Menyambut Hari Kartini, Indonesian Luxury menghadirkan Reinventing Eve, sebuah eksibisi berkelompok yang menampilkan karya 14 seniwati di Function Hall, 1Park Avenue, yang digelar pada 13-17 Maret 2019. 

"Reinventing Eve merupakan pameran khusus yang menampilkan hasil karya seni oleh 14 seniwati berbakat dan inspiratif dalam rangka menyambut perayaan Hari Kartini," ujar pendiri Indonesian Luxury, Debora C Iskandar. 

 

2 dari 2 halaman

Menyambung Gerakan Feminisme Melalui Karya Seni

Deborah C Iskandar, pendiri Indonesian Luxuy bersama para seniwati di pembukaan pameran Reinventing Eve | Karla Farhana/fimela.com

Reinventing Eve merupakan pameran karya seni berkelompok yang menampilkan karya-karya menakjubkan milik 14 seniwati berbakat dan terkemuka. Karya-karya seni tersebut dikuratori oleh ISA ART Advisory, anggota Indonesian Luxury. 

Pameran ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari gerakan feminisme yang ditampilkan melalui karya dari 8 seniwati Indonesia, yaitu Arahmaiani, Melati Suryodharmo, Sinta Tantra, Ines Katamso, Rega Ayundya, Natisa Jones, Ella Wijt, dan Inge Kotjo. 

Pameran ini juga menampilkan 6 pekerja seni perempuan dari berbagai negara, yaitu Marisa R Ng dari Malaysia, Mary Lou Pavlovic, Lindy Lee, dan Sally Smart dari Australia, serta Mella Jaarsma dari belanda dan Melissa Tan dari Singapura. 

Dengan digelarnya pameran ini, Debora berharap karya-karya seni dapat bisa diakses semua orang. "Melalui acara seperti pameran ini, kami berharap dapat lebih memamerkan karya seni kami yang tersedia di Indonesiabagi peminat dan kolektor seni yang berkembang di Indonesia," katanya.