Ingin Resign dari Pekerjaan yang Dibenci tapi kok Masih Takut?

Endah Wijayanti diperbarui 18 Mar 2019, 14:41 WIB

Fimela.com, Jakarta Adakah yang merasa terjebak dalam situasi ini? Ingin berhenti atau resign dari pekerjaan yang dibenci tapi masih belum siap untuk berhenti. Tapi di sisi lain bertahan di pekerjaan ini pun makin menyiksa batin. Ujung-ujungnya kita malah memilih bertahan di pekerjaan yang sebenarnya tidak kita suka ini karena merasa masih terjebak di jalan buntu.

Bila ada yang merasakan atau sedang mengalami hal tersebut, bisa jadi kita sedang mengalami yang namanya escalation of commitment. Dilansir dari themuse.com, escalation of commitment atau yang juga disebut irrational escalation ini adalah perilaku di mama kita tetap lanjut menghabiskan waktu, uang, dan energi kita pada sebuah keputusan buruk atau tindakan tidak produktif meski di dalam hati kita merasa sedang melakukan hal yang salah. Dalam karier, penyebab utamanya karena kita takut mengubah karier dan lebih memilih bertahan pada pekerjaan yang dibenci. Di situasi seperti ini kita bisa mengalami stres berat dan membuat kita tak lagi semangat menjalani rutinitas.

1. Syukuri pencapaian yang sudah didapat selama ini

Terlepas dari pekerjaan yang makin dibenci dari waktu ke waktu, coba untuk ambil jeda sejenak. Cek lagi pencapaian apa yang sudah didapat selama ini. Perubahan apa yang telah diperoleh selama menekuni pekerjaan yang ada saat ini. Dari sini kita bisa mencoba mengambil keputusan yang lebih pasti, soal apakah tetap bertahan lebih kuat di pekerjaan sekarang atau mulai mengambil langkah pertama untuk resign.

2. Perhatikan lagi prioritas lain yang lebih penting di hidup kita

Keluarga, teman, hobi, passion, hingga kebahagiaanmu. Mungkin ada prioritas lain yang perlu kembali diperjuangkan saat ini. Bisa jadi alasanmu membenci pekerjaan yang ada sekarang karena ada sesuatu yang harus dikorbankan dan dijauhkan darimu. Ada hal berharga yang hilang dari hidupmu. Kalau merasa sudah ingin resign tapi masih merasa takut, coba cari sumber kekuatan baru. Misal, bila keluarga bisa menerima apapun keputusan yang kita buat, kita bisa lebih mantap untuk resign atau benar-benar berhenti dari pekerjaan yang kita benci ini.

 

2 dari 2 halaman

“Your work is going to fill a large part of your life. And the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking, and don’t settle. As with all matters of the heart you’ll know when you find it.” – Steve Jobs

Perempuan milenial sukses berkarier./Copyright shutterstock.com

3. Setiap keputusan selalu ada konsekuensinya

Kalau masih mau bertahan, ya harus siap menjalani hari-hari yang mungkin akan makin teras berat setiap saatnya. Kalau memutuskan untuk resign, ya harus siap memulai sesuatu yang baru dengan tantangan berbeda. Setiap keputusan selalu ada dampak dan konsekuensinya. Pilihan dan keputusan apapun bisa kita ambil. Tergantung dari siap tidaknya kita menghadapi konsekuensi yang ada.

4. Saat dilanda rasa bimbang, itu pertanda kita perlu melakukan perubahan

Kita akan selamanya merasa bimbang, cemas, dan dilema bila tak segera mengambil keputusan atau melakukan perubahan dari situasi yang ada. Membuat pertimbangan soal karier kadang bisa sangat rumit dan melelahkan. Kita selalu terombang-ambing dengan berbagai ketakutan yang ada. Tapi justru di saat sepert ini kita harus berani membuat sebuah perubahan. Tak apa bila perubahan yang dilakukan sedikit atau kecil selama bisa membawa kita ke arah yang lebih baik.

Semoga yang saat ini masih dilanda rasa ragu dan takut, bisa segera membuat pilihan dan keputusan terbaik. Tidaklah menyenangkan pastinya bila kita bertahan di dalam situasi atau kondisi yang terus menguras energi kita dan membuat kita lelah setiap saat.