Kalau Menikah Dilandasi Niat Baik, Tuhan Pasti Merestui

Endah Wijayanti diperbarui 16 Jul 2019, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.

***

Oleh: Natalia Listyani S - Purwokerto

Mulai Merencanakan

Setelah lamaran tanggal 31 Januari 2016, kami memutuskan sendiri tanggal pernikahan kami dan menyampaikan ke orang tua kami. Untungnya orang tua kami tidak masalah dengan tanggal yang kami pilih, kami tidak pakai hitungan tanggal baik berdasarkan weton, tanggal lahir ataupun hitungan nama, karena kami percaya kalau niat kami baik pasti Tuhan merestui. Kami memutuskan menikah 7 Januari 2017.

Kurang lebih 11 bulan sebelum hari H, kami memutuskan tempat pernikahan. Saya yang besar di Purwokerto dan dia tinggal di Yogyakarta, dengan pertimbangan banyak saudara saya tinggal di Semarang jadi awalnya kami ingin menikah di Semarang tapi berubah menikah di Bandungan sekalian mengajak keluarga liburan, kami berencana menyediakan tempat menginap. Karena saya kerja di Jakarta dan dia kerja di Yogyakarta jadi tidak memungkinkan untuk sering ke Semarang, namun puji Tuhan, kami mendapat banyak bantuan dari mama saya dan saudara sepupu saya yang tinggal di Semarang.

Sekitar akhir Februari kami sudah membayar DP untuk tempat, catering, paket prewed dan hari H, dekorasi, wedding organizer karena kami pikir tanggal yang kami pilih cantik takutnya banyak orang yang akan menikah di tanggal yang sama. Lega rasanya sudah kasih DP.

 

2 dari 4 halaman

Pencobaan Pertama dan Berlanjut dengan Pencobaan yang lainnya

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Konon katanya, tiap pasangan yang akan menikah akan ada saja cobaan yang menerpanya. Ibarat pelaut tidak bisa dikatakan handal jika dia mengarungi laut yang tenang, demikian pula yang akan mengarungi bahtera rumah tangga, tidak akan kokoh kalau tidak bisa menghadapi cobaan persiapan pernikahan. Dari pencobaan ini, kami diuji bagaimana kami menyelesaikan masalah.

Awal Mei, sekitar 8 bulan sebelum hari H, saya dan dia baru mempunyai waktu ke Semarang. Ini adalah pertemuan pertama dengan pihak WO, kurang lebih 4 jam baru selesai dengan pemilik WO. Pembiacaraan dengan pihak WO membuatku pusing karena menurut pemilik tempat bisa muat 200 orang sementara menurut perkiraan perhitungan WO hanya muat sekitar 15 meja, pusing karena harus mencoret nama-nama tamu undangan.

Pagi itu kami ke Gereja Katolik di Ambarawa untuk menanyakan tentang prosedur menikah, dan ternyata nggak bisa menikah di Kapel biasa yang nggak ada misa mingguannya, kalau mau menikah di Bandungan disarankan di Gereja Bunda Kasih. Kami melihat tempat penginapan ternyata full booked karena sudah dipesan orang untuk acara pernikahan juga di tanggal yang sama. Akhirnya tempat pemberkatan dan penginapan untuk saudara dan teman masing belum jelas, ini cobaan kedua.

3 dari 4 halaman

Mulai Menemukan Titik Terang

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Sekitar pertengahan Juni 2016, kurang lebih 6 bulan sebelum hari H mengubah semua lokasi pemberkatan pernikahan dan lokasi resepsi. Dihitung-hitung sacara kasar ya biaya jadi membengkak tapi kami percaya Tuhan yang akan mencukupkan semua kebutuhannya. Untuk penginapan tamu masih ada kendala karena tidak bisa pesan di satu tempat saja dikarenakan sudah ada yang booking tapi pihak hotel berbaik hati membantu kami mencarikan penginapan lain yang tidak jauh dari hotel dan kebetulan ada penginapan baru yang akan buka lebaran tahun 2016 dan kami diberikan nomor telepon penginapan baru tersebut. Puji Tuhan belum ada yang booking.

Lima bulan sebelum hari H akhirnya memutuskan untuk pindah tempat pemberkatan, ini untuk ketiga kalinya pindah tempat pemberkatan, fix sudah mantap dengan pilihan ini dengan berbagai pertimbangan. Pada tanggal yang kami pilih ternyata ada 4 pasang yang akan menikah termasuk kami. Beruntung kami saat mendaftarkan kami urutan kedua jadi dapat waktu yang sesuai harapan, sungguh baik karyaMu Tuhan.

4 dari 4 halaman

Cobaan Datang Lagi

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

17 Agustus 2016 kurang lebih 4,5 bulan sebelum hari H, mama mertua meninggal dunia. Tadinya saya berpikir atau mau diundur saja pernikahannya, tapi akhirnya tetap sesuai kesepakatan tanggal 7 Januari 2017 karena pihak keluarga dia tidak ada yang keberatan.

Tiga bulan sebelum hari H mulai pesan souvenir pernikahan, dijanjikan jadi 1 bulan. Ternyata dua bulan lebih, saya sempat was-was, karena 2 minggu sebelum hari H katanya masih dalam proses packing. Cobaan berikutnya seminggu sebelum hari H dapat informasi visa dia ditolak. Dia sepertinya kecewa sekali, karena dia sangat ingin berlibur ke luar negeri.

Dan Akhirnya

Dan akhirnya hari H pun datang. Puji Tuhan acara berjalan lancar. Di mana ada niat yang baik pasti Tuhan akan merestui walaupun dalam perjalanan menuju ke sana penuh liku tapi kami dimampukan untuk melewatinya. Untuk para capeng (calon pengantin) selamat mempersiapkannya, hadapi setiap pencobaan dengan kepala dingin, jangan lupa bawa dalam doa kalian juga ya.

Jakarta, 15 Juli 2019

#GrowFearless with FIMELA